Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Adopsi Inovasi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur Ridwan, Hilmi Kahmir; Sabari, -; Basuki, Rofik Sinung; Sutarya, Rahmat; Ruswandi, Agus
Jurnal Hortikultura Vol 20, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Produktivitas dan mutu buah jeruk di Indonesia saat ini masih rendah dan perlu ditingkatkan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura telah melaksanakan program penelitian dan pengkajian penerapan pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat (PTKJS) di beberapa provinsi sentra produksi jeruk. Pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat meliputi (a) penggunaan bibit berlabel bebas penyakit, (b) pengendalian OPT terutama vektor penyakit CVPD, (c) sanitasi kebun yang baik, (d) pemeliharaan tanaman secara optimal, dan (e) konsolidasi pengelolaan kebun. Tujuan penelitian adalah untuk  mengetahui adopsi inovasi teknologi PTKJS oleh petani. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dari bulan April sampai dengan Desember 2006,  menggunakan metode survai. Hasil penelitian menunjukan bahwa inovasi teknologi PTKJS dari komponen teknologi, seperti penggunaan bibit unggul berlabel bebas penyakit, konsolidasi pengelolaan kebun, dan subkomponen teknologi, seperti penggunaan perangkap kuning, penyiraman tanah dengan insektisida, penggunaan sex feromon, pemberongsongan, penyulaman dengan bibit berlabel, pemangkasan, penyiraman tanaman, dan pemanenan secara benar, tidak diadopsi oleh sebagian besar petani jeruk di Kabupaten Ponorogo.   ABSTRACT. Ridwan, H.K, Sabari, Rofik, S.B., Rahman, S., and Agus, R. 2010. Adoption of Integrated Crop Management for Healthy Citrus Orchard in Ponorogo, East Java. Productivity and quality of citrus fruit in Indonesia were still low and need to be increased. The Indonesian Center for Horticulture Research and Development had conducted research and assessment program of Integrated  Crop Management for Healthy Citrus Orchad (ICMHCO) in several provinces. The technology package of ICMHCO consisted of (a) the used of labeled and free deseases planting materials, (b) pest and deseases control especially for the CVPD vector, (c) good field sanitation, (d) optimum cultural practices, and (e) field management consolidation. The objective of this research was to access the adoption of technology package of ICMHCO by the farmers. The research was conducted at Ponorogo District, East Java, from April to Desember 2006, using survey method. The results showed that only a part of technology package of ICMHCO had been adopted by the citrus farmers in Ponorogo District. There were some technological components that had not been adopted yet by farmers, such as labeled free deseases planting materials, consolidation of orchard management, yellow trap application, drenching of insecticide solution, sex pheromone application, fruit wrapping, replanting with labelled seeds, pruning, irrigation, and good harvesting practices.
Sifat Inovasi dan Aplikasi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat dalam Pengembangan Agribisnis Jeruk di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat Kahmir, Hilmi Ridwan; ruswandi, Agus; Winarno, -; Muharam, Agus; Hardiyanto, -
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk meningkatkan produksi dan mutu buah jeruk di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura telah melaksanakan program penelitian dan pengkajian penerapan pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat (PTKJS) di beberapa provinsi sentra produksi jeruk. Pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat meliputi (a) penggunaan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, (b) pengendalian OPT terutama vektor penyakit CVPD, (c) sanitasi kebun yang baik, (d) pemeliharaan tanaman secara optimal, dan (e) konsolidasi pengelolaan kebun. Tujuan penelitian adalah mengetahui sifat inovasi teknologi PTKJS yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi oleh petani. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, dari bulan April sampai Desember 2006, menggunakan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua inovasi teknologi PTKJS diadopsi oleh petani jeruk di Kabupaten Sambas. Inovasi teknologi yang tidak diadopsi oleh petani memiliki sifat inovasi yang berkategori nilai rendah. Inovasi teknologi tersebut adalah penggunaan perangkap kuning, penyiraman tanah dengan insektisida, penggunaan sex feromon, pemberongsongan, penyulaman dengan bibit berlabel, pemangkasan arsitektur, penyiraman tanaman dan pemanenan secara benar, serta konsolidasi pengelolaan kebun. Inovasi teknologi PTKJS yang sangat cepat diadopsi oleh petani adalah penyaputan batang menggunakan bubur (belerang) Kalifornia. Faktor nonteknis yang mempengaruhi adopsi teknologi PTKJS adalah kurang dukungan benih bermutu dari instansi berwenang, kurang dukungan penyediaan input produksi, khususnya belerang, rendahnya harga jual, dan kurangnya modal finansial petani.ABSTRACT. Ridwan, H.K., A. Ruswandi, Winarno, A. Muharam, and Hardiyanto. 2008. I���v�����Innovation Characteristics and Technologies Application of Integrated Crop Management for Healthy Citrus Orchid (ICMHCO) on the Development of Citrus Agribusiness in Sambas District, West Kalimantan. To increase production and quality of citrus in Indonesia, the Indonesian Center for Horticulture Research and Development has conducted research and assessment program of ICMHCO in several provinces. Integrated Crop Management for Healthy Citrus Orchid consists of (a) labelled and free diseases planting materials use, (b) pests and diseases control especially for the CVPD vector, (c) good field sanitation, (d) optimum cultural practices, and (e) field management consolidation. The objectives of this research was to evaluate characteristics of ICMHCO innovatory technologies that affect the adoption of the innovations by the farmers. The research was conducted in Sambas District, West Kalimantan, from April to December 2006, using survey method. The results showed that only a part of the innovatory technologies of ICMHCO were adopted by the citrus farmers in Sambas District. The non-adopted technologies generally have low value of technology characteristics. The technologies were labelled free diseases planting materials, yellow trap application, drenching with insecticide solutions, sex pheromon application, pruning, fruit wraping, irrigation and good harvesting practices. The innovatory technologies promptly adopted by the citrus farmers was California (sulphur) paste application. Non-technical factors that affect the adoption of the innovatory technologies of ICMHCO were less quality seed support institutionally, less support of production input from the proper institution especially for sulphur, low selling price and less financial capital of the farmers.
PENGKAJIAN PEMANFAATAN MESIN PERONTOK GABAH (THRESHER) DAN MESIN PENGERING GABAH (DRYER) PADI SAWAH DI JAWA BARAT Ruswandi, Agus; Subarna, Trisna; Bachrein, Saeful
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment on Utilization of Grain Threshers and Dryer Machine for Lowland Rice in WestJava. The main problem in rice production is high loss (more than 20%) due to limited implementation ofpost harvest technology, especially during rice trashing. The objectives of study are to evaluate the existingperformance and feasibility of thresher and dryer utilization in lowland rice farming system Assessment onthresher and dryer utilization in lowland rice in West Java. The study was conducted from January to December,2008 in the districts of Karawang, Indramayu, Bandung, Cianjur, Ciamis and Garut. The study was conductedthrough two approaches, namely: Participatery Rural Appraisal and survey. Results of the study showedthat: (1) Rental business of thresher and dryer were relatively profitable as indicated by the value of R/Cof greater than one (1.52 for thresher and 1.9 for dryer), pay back period of 2.42 years for thresher and 5,84years for dryer (less than its economic value of 5 years and 7 years, respectively), and break event point of122,2t/year for thresher and 261,52 t/years (less than its capacity of 50 and 300 t/year, respectively); (2) Thekind of thresher which suitable to be developed in West Java was characterized by not heavy so its very easyto operate under various lowland rice conditions, easily maintenance as well as produced by local industry.Key words: Thresher, dryer, performance, feasibility Salah satu masalah penting dalam produksi padi adalah tingkat kehilangan hasil panen yang masih tinggi, sekitar20%, yang salah satunya disebabkan oleh masih terbatasnya penerapan teknologi pada pascapanen, terutama padaperontokan padi. Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa penggunaan pedal thresher dan power thresherdapat menekan kehilangan hasil dan dapat memperbaiki kualitas gabah. Tujuan pengkajian adalah mengevaluasikeragaan dan kelayakan penggunaan thresher dan dryer pada padi sawah di Jawa Barat. Pengkajian dilaksanakanpada Januari sampai Desember 2008 di enam kabupaten, yaitu: Karawang, Indramayu, Bandung, Cianjur, Ciamis,dan Garut, dilaksanakan dengan dua pendekatan, yaitu Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif dan wawancara.Data dianalisis secara deskriptif dan analisa finansial berupa Net Revenue Cost ratio (Net R/C), Titik Impas, dan PayBack Period (PBP). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa usaha jasa power thresher dan dryer layak diusahakankarena masing-masing memberikan nilai Revenue-Cost Rasio (R/C) 1,52 dan 1,88; nilai Pay Back Period (PBP)2,42 tahun dan 5,84 tahun (lebih rendah dari nilai ekonomisnya yaitu 5 tahun dan 7 tahun), dan Titik Impas 122,2dan 261,5 t/th (lebih rendah dari kapasitasnya yaitu 50 t/th dan 300 t/th). Jenis thresher yang sesuai dikembangkandi Jawa Barat adalah dengan karakteristik yang relatif ringan sehingga mudah melintasi berbagai medan sepertipematang sawah dan petakan kecil, perbaikan dan perawatan mudah, serta mudah diproduksi oleh pengrajin.Kata kunci: Thresher, dryer, keragaan, kelayakan usaha
Kajian Penguatan Sistem Inovasi Daerah Jawa Barat Ruswandi, Agus
Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs Governance Vol 5 No 1 (2013): Maret
Publisher : Research and Development Agency Ministry of Home Affairs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21787/jbp.05.2013.27-34

Abstract

AbstrakDalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029, Wilayah Jawa Barat dibagi atas enam Wilayah Pembangunan (WP), yaitu WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, WP Priangan Timur-Pangandaran, WP Sukabumi dan Sekitarnya, dan WP Cekungan Bandung. Pada masing-masing WP telah memuat sektor-sektor unggulan, namun belum mencakup komoditas atau bidang usaha unggulan. Untuk pengembangan sektor unggulan tersebut, perlu diketahui focus komoditas/usaha unggulannya, kemudian inovasi apa yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing komoditas/bidang usaha unggulan tersebut. Kajian ini bertujuan 1)menentukan sector unggulan prioritas pada masing-masinge WP; 2) menentukan komoditas/bidang usaha unggulan prioritas sektoral pada WP; 3) mengidentifikasi kebutuhan inovasi pada sektor / bidang usaha unggulan prioritas. Pengkajian dilaksanakan Bulan Oktober-Desember 2011. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer melalui survey wawancara dan observasi lapang ke beberapa kabupaten/kota meliputi Kabupaten Kuningan, Indramayu, Sukabumi, Purwakarta,Subang, Cianjur, Kota Bogor, Kota Bekasi dan Kota Cirebon. Untuk mengetahui sektor/subsektor unggulan pada masing-masing WP dilakukan analisis Location Quotient (LQ), Localization Indeks (LI) dan Specialization Indeks (SI). Dari dari hasil kajian dapat disusun kluster komoditas/bidang usaha unggulan sebagai berikut : 1) Kluster Padi Sawah terkonsentrasi di Kab. Indramayu, Karawang,Subang, dan Purwakarta; 2) Kluster Padi Ladang (Gogo) terkonsentrasi di Kab. Garut, Tasikmalaya, Ciamis Sukabumi, dan Cianjur; 3) Kluster Sapi Potong terkonsentrasi di Kab. Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Cianjur, Sukabumi, dan Sumedang; 4) Kluster Industri Kreatif terkonsentrasi di Kota Bandung,Kota Cimahi, dan Kab. Bandung; 5) Kluster Batik terkonsentrasi di Kab/Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, dan Garut; 6) Kluster Bordir, dan Konveksi teronsentrasi di Kota Tasikmalaya, dan Garut; 7) Kluster Makanan Olahan terkonsentrasi di Kab/Kota: Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Cianjur, Bogor, Sukabumi, Ciamis,dan Tasikmalaya; 8) Kluster Makanan Olahan Berbasis Bahan Baku Ikan terkonsentrasi di Indramayu, Cirebon, Karawang, dan Subang; 9) Kluster Industri Alas Kaki terkonsentrasi di Kota Bogor, Kab. Bogor, Kota Tasikmalaya, Kota Bandung, dan Garut; 10)Kluster Industri Kelautan terkonsentrasi di Kab/Kota: Cirebon, Indramayu, Karawang, Subang, Tasikmalaya, Ciamis, dan Sukabumi; 11) Kluster Perikanan Air Tawar tekonsentrasi di Kab/Kota: Tasikmalaya, Ciamis, Cianjur, dan Kabupaten Bandung.AbstractBased on Spatial Plan (Spatial Plan) West Java Province In 2009-2029, West Java is divided into six Regional Development (WP), which Bodebekpunjur WP, WP Purwasuka, Ciayumajakuning WP, WP East Priangan Pangandaran, WP Sukabumi Area, and WP Bandung Basin. In each WP has run leading sectors, but does not include main commodities. To development this sector must be know focus commodity/business superior, then what innovation is needed to improve the competitiveness of commodity / sector leading the efforts. This study aims to 1) determine the priority sectors featured in each WP, 2) determine the commodity/sector seed business priorities for each sector on WP, 3) identify the need for innovation in the sector/priorities of the business featured. Assessment carried out in October-December 2011. Data collected included secondary data and primary data through interviews and observation field survey to several districts / cities include Kuningan District, Indramayu,Sukabumi, Purwakarta, Subang, Cianjur, Bogor, Bekasi and Cirebon. To determine the sector/subsector featured on each WP analyzed Location Quotient (LQ), Localization Index (LI) and Specialization Index (SI). From the results of the study can be arranged clusters of commodity/ sector seed enterprises as follows: 1) Rice Cluster concentrated in the district. Indramayu, Karawang, Subang and Purwakarta, 2) Cluster Rice Field are concentrated in Garut, Tasikmalaya, Ciamis Sukabumi and Cianjur; 3) Beef Cattle clusters concentrated in Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Cianjur, Sukabumi, and Sumedang; 4) Creative Industries Cluster concentrated in the city of Bandung, Cimahi, and Bandung, 5) Cluster Batik concentrated in Cirebon, Tasikmalaya, and Garut, 6) Clusters Embroidery, and convection in Tasikmalaya, and Garut; 7) Clusters Processed Foods concentrated in Bandung, Cimahi, Regency Bandung, Cianjur, Bogor, Sukabumi, Ciamis and Tasikmalaya; 8) Cluster-Based Processed Food Raw Fish concentrated in Indramayu, Cirebon, Falkirk, and Subang; 9) Footwear Industry Cluster concentrated in the city of Bogor, Kab. Bogor, City Tasikmalaya, Bandung and Garut; 10) are concentrated in the Marine Industry Cluster Cirebon, Indramayu, Karawang, Subang, Tasikmalaya,Ciamis and Sukabumi; 11) Freshwater Fisheries clusters were concentrated in Tasikmalaya, Ciamis, Cianjur, and Bandung.
VALUASI EKONOMI KEKAYAAN SUMBERDAYA KELAUTAN JAWA BARAT SELATAN Gumelar, Iwang; Ruswandi, Agus
Creative Research Journal Vol 1, No 01 (2015)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.272 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan valuasi ekonomi terhadap kekayaan sumberdaya kelautan di wilayah Pantai Selatan Jawa Barat dengan teknik mengkuantifikasi nilai sumber daya dalam satuan moneter. Penelitian dilaksanakan Bulan September–Desember 2012 meliputi Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, Sukabumi. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait, sedangkan data primer dikumpulkan melalui observasi lapang dan Focus Group Discussion. Analisis yang digunakan adalah analisis deskripsi, serta perhitungan nilai ekonomi sumberdaya kelautan melalui pendekatan Total Economic Value (TEV) yang meliputi sumberdaya hayati seperti sumberdaya perikanan laut (tangkap), sumberdaya tambak, sumberdaya terumbu karang, sumberdaya padang lamun dan sumberdaya mangrove; sumberdaya non hayati (pasir besi) dan jasa lingkungan (jasa pariwisata). Dari hasil studi ini diperoleh nilai ekonomi (present value dengan discount faktor 16%) total sumberdaya kelautan Jawa Barat Selatan Tahun 2012 untuk sumberdaya hayati sebesar Rp.1.408.989.172.400, yang terdiri dari nilai ekonomi present value sumberdaya ikan Rp.1.345.910.309.000; budidaya tambak Rp. 60.725.829; sumberdaya terumbu karang Rp.9.138.987.443; sumberdaya lamun Rp. 46.367.631.672; dan sumberdaya mangrove Rp.7.511.518.456. Total estimasi nilai ekonomi untuk sumberdaya non hayati berupa cadangan pasir besi sebesar Rp 31.950 triliyun; nilai ekonomi jasa pariwisata sebesar Rp.3.558.263.040.000.
PENGARUH SISTEM IRIGASI BERSELANG DAN JARAK TANAM LEGOWO TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI DAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) Sutrisna, Nana; Ruswandi, Agus; Surdianto, Yanto
Creative Research Journal Vol 4, No 01 (2018)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.093 KB)

Abstract

Sistem irigasi berselang dan jarak tanam legowo 2:1 diduga dapat meningkatkan produktivitas padi dan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh sistem irigasi berselang dan jarak tanam legowo 2:1 terhadap produktivitas padi  dan  emisi GRK gas CH4 (metan).  Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah  dengan tiga ulangan. Petak utama adalah sistem irigasi berselang (I) meliput: I1 = Irigasi berselang 3 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (3:3); I2 = Irigasi berselang 5 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (5:3); I3 = Irigasi berselang 7 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (7:3). Anak petak adalah jarak tanam legowo 2:1 terdiri atas: L1 = Legowo 2:1 (25 x 15 x 50 cm); L2 = Legowo 2:1 (25 x 12,5 x 50 cm); L3 = Legowo 2:1 (25 x 15 x 40 cm); dan L4 = Legowo 2:1 (25 x 12,5 x 40 cm). Pengumpulan data meliputi: emisi gas CH4; pertumbuhan tanaman; bobot 1.000 butir; hasil padi. Data dianalisis dengan Analysis of Varians, uji nilai tengah Duncan. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara irigasi berselang dengan jarak tanam legowo 2:1 terhadap emisi gas metan. Irigasi berselang 5 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (5:3) dapat menurunkan emisi gas metan dan meningkatkan produktivitas padi 17,2% dari 5,88 menjadi 6,89 t/ha. Jarak tanam legowo 2:1 yang dapat menurunkan emisi gas metan adalah 25 x 15 x 40 Cm, sedangkan yang dapat meningkatkan produktivitas padi adalah 25 x 12,5 x 40 cm, yaitu sebesar 13,6% dari 6,04 menjadi 6,86 t/ha Gabah Kering Giling (GKG). 
KINERJA FASILITATOR PADA PENGEMBANGAN PROGRAM RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KUNINGAN Suryani, Ani; Ruswandi, Agus
Creative Research Journal Vol 4, No 02 (2018)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.99 KB)

Abstract

Kinerja adalah kondisi tentang individu melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Penilaian tidak hanya ditujukan untuk menilai dan memperbaiki kinerja yang buruk, namun juga untuk mendorong bekerja lebih baik. Tujuan penelitian adalah untuk mengukur tingkat kinerja fasilitator program Rumah Pangan Lestari (RPL) terhadap kepuasan pelaku utama (ibu rumah tangga). Pendekatan dalam penelitian ini didesain secara kuantitatif dan kualitatif (mixed method), dengan menggunakan metode survey, studi literatur dan wawancara. Penelitian dilaksanakan pada satu populasi ibu rumah tangga yang tergabung dalam KWT yang telah menerapkan dan masih menerapkan inovasi teknologi pengelolaan pekarangan, di Desa Sindangsari Kecamatan Sindangagung dan Desa Babakanmulya Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan pada bulan April sampai Juli 2016. Data primer didapat dari persepsi ibu rumah tangga peserta program terhadap kinerja fasilitator dilihat dari: (1) frekuensi kunjungan; (2) kualitas layanan; (3) tingkat pengetahuan; (4) tingkat kreativitas; dan (5) tingkat kerjasama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitator yang berperan dalam kegiatan pengelolaan pekarangan secara berurutan adalah fasilitator KWT, gapoktan, dinas setempat dan fasilitator BPTP. Umumnya jenis kinerja fasilitator yang dapat memuaskan ibu rumah tangga di kedua lokasi penelitian adalah tingkat kepuasan ibu rumah tangga pada jasa kinerja fasilitator pada aspek kunjungan, kualitas layanan, tingkat pengetahuan dan tingkat kreativitas. Namun pada aspek kerja sama dengan khalayak pengguna khususnya fasilitasi kemitraan bidang pemasaran dinilai antara rendah-sedang.
KARAKTERISTIK USAHATANI DAN PRILAKU PENGGUNAAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PETANI PADA TIGA STRATA PERBENIHAN DI JAWA BARAT Ishaq, Iskandar; Ruswandi, Agus
Creative Research Journal Vol 4, No 01 (2018)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.072 KB)

Abstract

Dalam upaya meningkatkan adopsi Varietas Unggul Baru (VUB) padi guna menunjang Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Jawa Barat, perlu diketahui karakteristik usahatani dan pola (prilaku) penggunaan benih petani serta mengetahui karaktersitik padi yang disukai petani. Oleh karena itu dilakukan identifikasi karakteristik usahatani padi sawah dan pola penggunaan benih bersertifikat. Penelitian dilakukan pada tiga kabupaten yang ditentukan secara purposive untuk mewakili masing-masing strata perbenihan padi di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Subang (Strata Perbenihan Formal/SPF), Garut (Strata Perbenihan Informal/SPI) dan Kabupaten Bandung (Strata Perbenihan Campuran/SPC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa VUB padi sawah yang memiliki potensi diadopsi dan dikembangkan di wilayah SPF adalah varietas dengan karakteristik bentuk gabah panjang (ramping), mutu beras baik, warna beras putih-bersih dan rasa nasi enak (untuk konsumsi) atau pera (industri), seperti varietas Ciherang, IR-42, Mekongga, Si Denuk dan Situ Bagendit. Di wilayah SPI varietas yang berpotensi diadopsi dan dikembangkan adalah varietas dengan karakteristik bentuk gabah agak bulat sampai ramping, rasa nasi enak dan toleran OPT, seperti varietas Sarinah, IR-64 dan Inpari-13, sedangkan di wilayah perbenihan campuran (SPC), karakteristik varietas yang berpotensi diadopsi dan dikembangkan adalah varietas dengan karakteristik bentuk gabah bulat sampai ramping, mutu beras baik, rasa nasi enak dan harga jual tinggi seperti varietas Pandan Wangi, Ciherang, IR-64, Sarinah, Widas, dan Inpari-14.
Kajian Penguatan Sistem Inovasi Daerah Jawa Barat Ruswandi, Agus
Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs Governance Vol. 5 No. 1 (2013)
Publisher : Research and Development Agency Ministry of Home Affairs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21787/jbp.05.2013.27-34

Abstract

AbstrakDalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029, Wilayah Jawa Barat dibagi atas enam Wilayah Pembangunan (WP), yaitu WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, WP Priangan Timur-Pangandaran, WP Sukabumi dan Sekitarnya, dan WP Cekungan Bandung. Pada masing-masing WP telah memuat sektor-sektor unggulan, namun belum mencakup komoditas atau bidang usaha unggulan. Untuk pengembangan sektor unggulan tersebut, perlu diketahui focus komoditas/usaha unggulannya, kemudian inovasi apa yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing komoditas/bidang usaha unggulan tersebut. Kajian ini bertujuan 1)menentukan sector unggulan prioritas pada masing-masinge WP; 2) menentukan komoditas/bidang usaha unggulan prioritas sektoral pada WP; 3) mengidentifikasi kebutuhan inovasi pada sektor / bidang usaha unggulan prioritas. Pengkajian dilaksanakan Bulan Oktober-Desember 2011. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer melalui survey wawancara dan observasi lapang ke beberapa kabupaten/kota meliputi Kabupaten Kuningan, Indramayu, Sukabumi, Purwakarta,Subang, Cianjur, Kota Bogor, Kota Bekasi dan Kota Cirebon. Untuk mengetahui sektor/subsektor unggulan pada masing-masing WP dilakukan analisis Location Quotient (LQ), Localization Indeks (LI) dan Specialization Indeks (SI). Dari dari hasil kajian dapat disusun kluster komoditas/bidang usaha unggulan sebagai berikut : 1) Kluster Padi Sawah terkonsentrasi di Kab. Indramayu, Karawang,Subang, dan Purwakarta; 2) Kluster Padi Ladang (Gogo) terkonsentrasi di Kab. Garut, Tasikmalaya, Ciamis Sukabumi, dan Cianjur; 3) Kluster Sapi Potong terkonsentrasi di Kab. Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Cianjur, Sukabumi, dan Sumedang; 4) Kluster Industri Kreatif terkonsentrasi di Kota Bandung,Kota Cimahi, dan Kab. Bandung; 5) Kluster Batik terkonsentrasi di Kab/Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, dan Garut; 6) Kluster Bordir, dan Konveksi teronsentrasi di Kota Tasikmalaya, dan Garut; 7) Kluster Makanan Olahan terkonsentrasi di Kab/Kota: Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Cianjur, Bogor, Sukabumi, Ciamis,dan Tasikmalaya; 8) Kluster Makanan Olahan Berbasis Bahan Baku Ikan terkonsentrasi di Indramayu, Cirebon, Karawang, dan Subang; 9) Kluster Industri Alas Kaki terkonsentrasi di Kota Bogor, Kab. Bogor, Kota Tasikmalaya, Kota Bandung, dan Garut; 10)Kluster Industri Kelautan terkonsentrasi di Kab/Kota: Cirebon, Indramayu, Karawang, Subang, Tasikmalaya, Ciamis, dan Sukabumi; 11) Kluster Perikanan Air Tawar tekonsentrasi di Kab/Kota: Tasikmalaya, Ciamis, Cianjur, dan Kabupaten Bandung.AbstractBased on Spatial Plan (Spatial Plan) West Java Province In 2009-2029, West Java is divided into six Regional Development (WP), which Bodebekpunjur WP, WP Purwasuka, Ciayumajakuning WP, WP East Priangan Pangandaran, WP Sukabumi Area, and WP Bandung Basin. In each WP has run leading sectors, but does not include main commodities. To development this sector must be know focus commodity/business superior, then what innovation is needed to improve the competitiveness of commodity / sector leading the efforts. This study aims to 1) determine the priority sectors featured in each WP, 2) determine the commodity/sector seed business priorities for each sector on WP, 3) identify the need for innovation in the sector/priorities of the business featured. Assessment carried out in October-December 2011. Data collected included secondary data and primary data through interviews and observation field survey to several districts / cities include Kuningan District, Indramayu,Sukabumi, Purwakarta, Subang, Cianjur, Bogor, Bekasi and Cirebon. To determine the sector/subsector featured on each WP analyzed Location Quotient (LQ), Localization Index (LI) and Specialization Index (SI). From the results of the study can be arranged clusters of commodity/ sector seed enterprises as follows: 1) Rice Cluster concentrated in the district. Indramayu, Karawang, Subang and Purwakarta, 2) Cluster Rice Field are concentrated in Garut, Tasikmalaya, Ciamis Sukabumi and Cianjur; 3) Beef Cattle clusters concentrated in Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Cianjur, Sukabumi, and Sumedang; 4) Creative Industries Cluster concentrated in the city of Bandung, Cimahi, and Bandung, 5) Cluster Batik concentrated in Cirebon, Tasikmalaya, and Garut, 6) Clusters Embroidery, and convection in Tasikmalaya, and Garut; 7) Clusters Processed Foods concentrated in Bandung, Cimahi, Regency Bandung, Cianjur, Bogor, Sukabumi, Ciamis and Tasikmalaya; 8) Cluster-Based Processed Food Raw Fish concentrated in Indramayu, Cirebon, Falkirk, and Subang; 9) Footwear Industry Cluster concentrated in the city of Bogor, Kab. Bogor, City Tasikmalaya, Bandung and Garut; 10) are concentrated in the Marine Industry Cluster Cirebon, Indramayu, Karawang, Subang, Tasikmalaya,Ciamis and Sukabumi; 11) Freshwater Fisheries clusters were concentrated in Tasikmalaya, Ciamis, Cianjur, and Bandung.
MODEL PENDIDIKAN KELUARGA YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEDISPLINAN BERIBADAH ANAK USIA SEKOLAH DASAR Ruswandi, Agus
TARBAWY : Indonesian Journal of Islamic Education Vol 8, No 2 (2021): November 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.317 KB) | DOI: 10.17509/t.v8i2.39480

Abstract

Abstract. This paper discusses the appropriate family education model for disciplining children in performing prayers. Through descriptive analytical research method, the author collects data from  parents who have children at elementary school age to obtain data about the prayer education model for children. The results of this study indicate that the method of education in disciplining children to pray is the habituation method. The habituation method is the method most often used by parents as well as the most effective method used. The second method is the exemplary method of parents or examples. The exemplary method is one of the most effective methods in disciplining children in prayer, but parents rarely do it because of various obstacles and problems.Keywords: Model, Education, Family, Discipline, Prayer.  Abstrak. Tulisan ini membahas model pendidikan keluarga yang sesuai untuk mendisiplinkan anak dalam melaksanakan ibadah shalat. Melalui metode penelitian analistis deskriptif, penulis melakukan pengumpulan data dari orang tua yang memiliki anak di usia sekolah dasar untuk mendapatkan data tentang model pendidikan shalat bagi anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pendidikan dalam mendisiplinkan anak untuk melakukan shalat adalah dengan metode pembiasaan. Metode pembiasaan merupakan metode yang paling sering digunakan orang tua sekaligus metode yang paling efektif digunakan. Metode yang kedua adalah metode keteladanan orang tua atau contoh. Metode keteladanan termasuk metode yang termasuk paling efektif dalam mendisiplinkan anak dalam shalat namun jarang dilakukan orang tua karena berbagai kendala dan permasalahan.  Kata Kunci: Model, Pendidikan, Keluarga, Disiplin, Ibadah Shalat.Â