Elvi Citraresmana
English Studies Program, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Padjadjaran

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KONSEP MAKNA KITA DAN KAMI DALAM DEBAT CAPRES BULAN JANUARI 2019: KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF MELALUI STUDI KORPUS (THE CONCEPTUAL MEANINGS OF KITA AND KAMI IN INDONESIAN PRESIDENTIAL DEBATE ON JANUARY 2019: COGNITIVE SEMANTICS ANALYSIS-CORPUS BASED STUDY) Elvi Citraresmana
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 17, No 2 (2019): METALINGUA EDISI DESEMBER 2019
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.076 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v17i2.299

Abstract

AbstrakArtikel ini membahas makna konseptual kita dan kami yang sering digunakan oleh kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden (01 dan 02) melalui analisis skema citra. Dalam pandangan bahasa Indonesia, kata sapaan kita mengacu pada pembicara dan yang diajak bicara sehingga bermakna inklusif. Sementara itu, kata sapaan kami bermakna eksklusif, yakni petutur tidak termasuk di dalam pembicaraan. Dalam debat politik ini, penggunaan sapaan kita dan kami tidak selalu merujuk makna eksklusif dan inklusif. Penelitian ini menggunakan pendekatan semantikkognitif untuk mengkaji skema citra kata kita dan kami terkait konteks debat dalam pandangan semantik kognitif. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode korpus dengan menggunakan piranti lunak Antconc. Analisis penggunaan sapaan kita dan kami menggunakan pendekatan semantik kognitif yang menghasilkan skema citra pemaksaan (attraction schemas compulsion): skema citra perpindahan (locomotion—momentum, source-path-goal), dan skema citra pemaksaan (enablement dan removal of restraint).AbstractThis article discusses the conceptual meaning of pronoun kita and kami which were frequently used by both of president and vice president candidates (01 and 02). In Indonesian language, the pronoun kita has the inclusive meaning, i.e. both speaker and hearer are included in the conversation, while kami has the exclusive meaning, i.e. only speaker is included in the conversation and the hearer is excluded. In this presidential debate, the usage of kita and kami does not always refer to the meaningmentioned before. This research aims to identify the conceptual meaning of kita and kami used by both of president and vice president candidates by using semantic cognitive study. The data are collected and analyzed using Antconc software as corpus method. It is concluded that there were compulsion schemas appeared into the data such as attraction schemas, compulsion; locomotion: momentum—source—path-- goal; enablement and removal of restraint. 
REPRESENTASI TKI DI SURAT KABAR INDONESIA: KAJIAN WACANA DAN KOGNISI MELALUI STUDI KORPUS (REPRESENTATION OF INDONESIAN LABOR ON INDONESIAN MEDIA: A DISCOURSE AND COGNITION STUDY THROUGH CORPUS STUDY) Elvi Citraresmana; Rosaria Mita Amalia; Erlina - -
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 16, No 1 (2018): Metalingua Edisi Juni 2018
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.321 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v16i1.143

Abstract

Artikel ini berjudul “Representasi TKI di Media Surat Kabar Indonesia: Kajian Wacana dan Kognisi melalui Studi Korpus”. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengamati bagaimana TKI direpresentasikan dalam media surat kabar Indonesia melalui pendekatan Wacana dan Kognisi dengan pengumpulan data menggunakan metode korpus. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori Discourse and Cognition yang diajukan oleh Graesser and Millis (dalam Van Dijk, 2009), dan Analisis Wacana Teks Media yang ditulis oleh Eriyanto (2001). Sumber data adalah 10 surat kabar nasional daring. Metode penelitian digunakan metode korpus linguistik dengan menggunakan software Antconc. Data yang terjaring adalah sebanyak 2949 kata dengan frekuensi tertinggi adalah pemerintah yang terkait dengan TKI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah direpresentasikan secara negatif baik melalui tataran inferensi maupun strategi wacana sementara TKI direpresentasikan secara positif sebagai pihak yang lemah dan menjadi korban.