Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

KARAKTERISTIK, KESESUAIAN, DAN PENGELOLAAN LAHAN UNTUK TAMBAK BUDIDAYA DI KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN Hasnawi Hasnawi; Akhmad Mustafa
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.251 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.449-463

Abstract

Kabupaten Luwu Utara (Lutra) memiliki lahan potensial untuk tambak dan produktivitas tambaknya untuk budidaya udang dan ikan relatif rendah. Oleh karena itu, dilakukan survai untuk mengetahui karakteristik lahan dalam upaya menentukan kesesuaian dan pengelolaan lahan untuk budidaya tambak demi peningkatan produktivitas tambak di Kabupaten Lutra. Faktor yang dipertimbangkan dalam mengetahui karakteristik lahan adalah: tanah, topografi, hidrologi, vegetasi, dan iklim. Analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis digunakan untuk penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak. Pengelolaan lahan ditentukan berdasarkan karakteristik lahan yang disesuaikan dengan teknologi dan komoditas yang dapat diaplikasikan di tambak. Kawasan pesisir Kabupaten Lutra didominasi oleh tanah bermasalah yaitu tanah sulfat masam, tanah gambut, dan tanah sulfat masam yang berasosiasi dengan tanah gambut. Tanah sulfat masam adalah jenis tanah dominan di Kabupaten Lutra yang memiliki potensi kemasaman dan unsur-unsur toksik yang tinggi dan sebaliknya unsur hara makro yang rendah dengan tekstur tanah yang  tergolong pasir berlempung dan lempung berpasir. Topografi lahan umumnya relatif datar dan elevasi yang tergolong rendah yang didominasi oleh vegetasi Sonneratia sp., Rhizophora sp., dan Nypa fruticans. Curah hujan yang rendah pada bulan September sampai Februari berdampak pada kondisi kualitas air yang lebih baik terutama pada salinitas, pH, Ca, dan Mg yang lebih tinggi daripada musim hujan. Hasil analisis menunjukkan bahwa lahan tambak di Kabupaten Lutra yang tergolong sangat sesuai (kelas S1) seluas 1.821,9 ha; tergolong cukup sesuai (kelas S2) seluas 368,2 ha; dan tergolong sesuai marjinal (kelas S3) seluas 3.268,1 ha. Untuk perbaikan tanah bermasalah tersebut dapat dilakukan melalui remediasi maupun dengan pemupukan.Coastal area of North Luwu Regency has suitable areas for brackishwater ponds, however many of those areas are low in productivity for shrimp and fish culture. Hence, a survey was conducted to study the characteristics of the area as an effort to determine land suitability and land management for increasing the productivity of brackishwater ponds in North Luwu Regency. Factors that were taken into acount to determine the characteristics of land were soil, topography, hydrology, vegetation and climate condition. Spatial analysis using Geographical Information System software was used to determine land suitability for brackishwater ponds. Land management was determined based on the characteristics of land that are adaptable to the types of technology and commodity applied in the brackishwater ponds. The coastal area of North Luwu Regency was dominated by types of infertile soils, i.e., acid sulfate soil, peat soil and acid sulfate soil associated with peat soil, Acid sulfate soil in North Luwu Regency has high potential acidity and high level toxic element. On the other hand, the area has low level macro elements and soil textures are dominated by loamy sand and sandy loam. In general, the land topography is flat and the elevation is classified as low. The areas are dominated by Sonneratia sp., Rhizophora sp., and Nypa fruticans. Low rainfall level is occurred in September to February and directly affects the coastal water quality, causing higher salinity, pH, Ca, and Mg than in rainy season. Results of analysis show that brackishwater ponds in North Luwu Regency were classified as highly suitable (1,821.9 ha), moderately suitable (368.2 ha) and marginally suitable (3,268.1 ha). Remediation and fertilization are highly recommended in order to improve the soil quality for optimum culture production.
FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN Akhmad Mustafa; Erna Ratnawati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.043 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.1.2007.117-133

Abstract

Kabupaten Pinrang memiliki tambak terluas di Provinsi Sulawesi Selatan dan ditetapkan sebagai pusat pengembangan produksi udang windu, namun produktivitas tambaknya masih relatif rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang. Sebagai peubah tergantung adalah produktivitas tambak, sedangkan sebagai peubah bebas adalah faktor-faktor status pembudi daya tambak, kondisi tambak, pengelolaan tambak, kualitas air tambak, dan kualitas tanah tambak yang masing-masing terdiri atas 9, 11, 31, 11, dan 17 peubah. Regresi berganda dengan peubah boneka digunakan untuk menganalisis data untuk memprediksi peubah tergantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang rata-rata 499 kg/ha/musim. Produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang masih dapat ditingkatkan melalui penambahan tenaga kerja dan pemisahan saluran pemasukan dan pengeluaran air serta penambahan tinggi pematang agar tinggi air juga dapat ditingkatkan. Aplikasi pupuk urea pada saat persiapan tambak dan aplikasi urea dan SP-36 sebagai pupuk susulan dapat meningkatkan produktivitas tambak, sebaliknya aplikasi KCl pada saat persiapan tambak dapat menurunkan produktivitas tambak. Pengurangan kapur susulan dan peningkatan pupuk yang mengandung fosfat dapat meningkatkan produktivitas tambak.Pinrang Regency has largest brackishwater ponds in South Sulawesi Province and determined as a centre for developing of shrimp production. However, their brackishwater ponds productivity is still low. Because of that, it was conducted research with aims to know the dominant factors that effect on the productivity of brackishwater pond in Pinrang Regency. As a dependent variable in this research was productivity of brackishwater ponds. Independent variables were grouped into: (a) farmer status factor, consist of 9 variables; (b) pond condition factor, consist of 11 variables; (c) pond management factor, consist of 31 variables; (d) water quality factor, consist of 11 variables and (e) soil quality factor, consist of 17 variables. Multiple regressions with dummy variable were used to analyze the data in predicting dependent variable. The results showed that the productivity of brackishwater pond in Pinrang Regency was 499 kg/ha/cycle in average. The productivity of brackishwater pond could be increased through addition of labor and separating of outlet and inlet canals and making higher the pond dyke for increasing the water depth. Application of urea fertilizer as an initial fertilizing and application urea and SP-36 as a continuing fertilizing could be increased the brackishwater pond productivity. In contrary, application of KCl fertilizer as an initial fertilizing would be decreased the brackishwater ponds productivity. Decreasing of continuing liming and increasing the fertilizer containing phosphate would be increased the brackishwater ponds productivity in Pinrang Regency.
FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DI PERAIRAN PANTAI SELATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Erna Ratnawati; Akhmad Mustafa; Rohama Daud
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.185 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.491-504

Abstract

Perairan pantai Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, dan Bulukumba merupakan sentra produksi rumput laut Kappaphycus alvarezii di Sulawesi Selatan. Pengelolaan budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya di daerah tersebut cukup bervariasi sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor pengelolaan budidaya yang mempengaruhi produksi rumput laut. Metode survai melalui pengajuan kuesioner kepada 62 responden secara terstruktur. Sebagai peubah tidak bebas dalam penelitian ini adalah produksi rumput laut, sedangkan peubah bebas adalah faktor pengelolaan budidaya. Analisis regresi berganda dengan peubah boneka digunakan untuk memprediksi produksi rumput laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi rumput laut di perairan selatan Sulawesi Selatan berkisar antara 463-5.000 dengan rata-rata 1.502,3 kg kering/3.000 m2 yang dibudidayakan dengan tali panjang. Faktor pengelolaan budidaya yang mempengaruhi produksi rumput laut adalah jarak antar tali ris, jarak antar rumpun dalam tali ris, hama baronang, penyakit ice-ice, bobot bibit, asal bibit dan sumber cemaran. Untuk meningkatkan produksi rumput laut di perairan selatan Sulawesi Selatan dapat dilakukan melalui peningkatan bobot bibit antara 36,9 sampai 100,0 g/rumpun, menggunakan bibit yang tidak diangkut terlalu lama, tidak menambah jarak antar tali ris sampai melebihi 1,0 m, tidak menambah jarak antar rumpun dalam tali ris yang melebihi 25 cm serta melakukan penanaman berdasar kalender musim tanam untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit serta cemaran.Coastal waters of Jeneponto, Bantaeng, and Bulukumba Regencies are the centre of seaweed Kappaphycus alvarezii production in South Sulawesi. Culture management practices applied by farmers in these areas are highly variable. Therefore, this research was conducted to study culture management practices affect the seaweed production in the area. Field survey was conducted by interviewing 62 respondents using questionnaires. The dependent variable in this research was seaweed production, while the independent variables were culture management factors. Multiple regressions with dummy variable were employed to analyze the data to predict seaweed production. The results show that the seaweed productions per one cycle in the south coastal waters of South Sulawesi were ranging from 463 to 5,000 kg dry/3,000 m2. Using long line method, the average yield production was 1,502.3 kg dry/3,000 m2. Culture management practices that affect the seaweed production were distance between ropes, distance between seaweed seeds along the rope, rabbitfish predatory, ice-ice disease, weight of seed, seed origin, and source of pollution. Increasing seaweed production in the south coastal waters of South Sulawesi could be done through increasing weight of seed from 36.9 to 100.0 g/clump, quicker transport of seed, maintaining the distance between the ropes not more than 1.0 m, not increasing the distance between clump along the ropes more than 25 cm along as well as conducting seed planting based on cultivating season to prevent pest diseases and pollution.
ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN TAMBAK BERDASARKAN PADA KUANTITAS AIR PERAIRAN DI SEKITAR KECAMATAN BALUSU KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN Akhmad Mustafa; Tarunamulia Tarunamulia
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.698 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.3.2009.395-406

Abstract

Daya dukung lahan termasuk lahan budidaya tambak merupakan salah satu konsep dasar yang perlu diketahui lebih awal agar dapat dilakukan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui daya dukung kawasan pertambakan di sekitar Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan yang didasarkan pada kapasitas alaminya untuk menampung limbah agar produktivitas tambak dapat meningkat dan berkelanjutan. Metoda penelitian yang diaplikasikan adalah metoda survei. Pengukuran langsung di lapangan dan pengambilan contoh air dilakukan di laut dan saluran tambak untuk dianalisis di Laboratorium Air Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros.  Data fisik lahan diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dan hasil ekstrak dari  citra beresolusi tinggi yaitu Quickbird akuisisi 28 Oktober 2006 dan 25 September 2007. Kuantitas air tersedia ditentukan dengan memanfaatkan fasilitas analisis 3-D dalam Sistem Informasi Geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air perairan di sekitar Kecamatan Balusu yang akan menerima limbah budidaya tambak tergolong sesuai untuk budidaya tambak dan dapat berfungsi sebagai pengencer limbah budidaya tambak. Kuantitas air perairan tersedia sebagai penerima limbah di sekitar pertambakan Kecamatan Balusu sebesar 2.025.647,94 m3 yang dapat  mendukung usaha tambak yang berkelanjutan seluas 236,40 ha (43,11% dari luas total tambak 548,33 ha) jika dikelola dengan teknologi tradisional dengan produksi maksimal 141,84 ton/musim. Kawasan mangrove yang tersisa hanya seluas 38,97 ha dan masih dibutuhkan lagi minimal seluas 93,39 ha, sehingga program rehabilitasi mangrove menjadi sangat penting. Carrying capacity of brackishwater pond in a specific location or land is a very important aspect to consider in order to determine the sustainability of the use of natural resources and environmental management of land-based aquaculture development. Therefore, it was conducted a research with the purpose of  knowing the carrying capacity of brackishwater pond areas in Balusu Sub-district, Barru Regency, South Sulawesi Province based on their natural capacity to assimilate different environmental waste as the basic information to support the sustainability of pond production. Survey method was applied in this research. In situ measurement of water quality was conducted on the seashore and pond canal and more depth analysis was done at the Water Laboratory of The Research Institute for Coastal Aquaculture, Maros. Physical property of brackishwater land was analysed and interpreted from detailed field measurement and image classification output of Quickbird imagery with acquisition date of 28 October 2006 and 25 September 2007. The quantity of water available for the brackishwater aquaculture was determined by employing 3-D analysis extension in Geographic Information System. The result of research showed that the quality of waters in coastal areas of Balusu Sub-district is still able to accommodate or neutralize the waste from the existing brackishwater ponds and therefore it can still be classified as suitable for brackishwater pond. The quantity of water available in the sea to dilute waste from the existing brackishwater ponds in Balusu Sub-district was estimated about 2,025,647.94 m3 and is considered enough to support the sustainability of only 236.40 ha (43.11% of the total area of existing brackishwater ponds (548.33 ha). If farmers use a traditional or an extensive aquaculture method, this area can produce fish a maximum of 141,84 ton/season. Based on the environmental regulation this location must have a minimum of 93.39 ha of mangrove areas, however existing mangrove areas are only 38.97 ha, so that farmer awareness and political intervention are urgently needed to recover those areas.
VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS POTENSI TAMBAK DI KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Mudian Paena; Akhmad Mustafa; Hasnawi Hasnawi; Rachmansyah Rachmansyah
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.051 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.1.2008.137-146

Abstract

Wilayah pesisir merupakan daerah yang menerima beban terberat dalam pembangunan regional, sebagai konsekuensinya maka pengaturan pemanfaatan ruang pesisir harus berorientasi pada potensi dan daya dukung lahan yang berbasis Intergrated Coastal Zone Management (ICZM) yaitu suatu kesatuan sistem yang terintegrasi yang memiliki hubungan terhadap tujuan lokal, regional, nasional, dan internasional. Kedepan sangat diharapkan Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan dalam mengembangkan wilayah pesisirnya juga merujuk pada konsep pengelolaan terpadu dan terintegrasi sehingga tercipta pengelolaan wilayah pesisir berkelanjutan tanpa konflik sektoral. Oleh karena itu, dilakukan kajian untuk mendapatkan data aktual dari berbagai sektor termasuk perikanan dan kelautan, antara lain adalah validasi data luas periodik dan potensi lahan tambak. Kajian ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis. Citra satelit yang digunakan adalah Landsat-7 ETM+ akuisisi 2002 dan 2005. Hasil kajian menunjukkan bahwa luas tambak di Kabupaten Luwu Utara tahun 2002 dan 2005 masing-masing 4.938,84 ha dan 7.838,94 ha; sedangkan potensi lahan tambak sebesar 15.444,15 ha.Coastal zone is dumping area in regional development, it need regulation of utilization of coastal zone that oriented on the potential and carrying capacity based on Integrated Coastal Zone Management (ICZM). ICZM is an integration of unity system have relation to local goals, regional and international. In the future, North Luwu Regency, South Sulawesi Province will develop its coastal zone based on concept of ICZM to find sustainability management of coastal zone without sector conflict. Hence, it conduct a study to find actual data of some sectors including fisheries and marine, i.e. data of temporal area and potential area of brackish water ponds. Remote sensing technology and geographical information system were used in this study. Image satellite was used are Landsat-7 ETM+ acquisition 2002 and 2005. The result of study show that area of brackish water ponds in North Luwu Regency in 2002 and 2005 are 4,938.84 ha and 7,838.94 ha, respectively with potential area is 15,444.15 ha.
MODEL KESESUAIAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT Utojo Utojo; Akhmad Mustafa; Hasnawi Hasnawi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.278 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.465-479

Abstract

Penelitian ini memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menentukan lokasi yang sesuai bagi pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Data sekunder yang diperoleh berupa data iklim, peta Rupabumi Indonesia kawasan Pontianak skala 1:50.000, citra digital ALOS AVNIR-2 dan peta batimetri skala 1:200.000. Data primer diperoleh dengan metode survai di lokasi penelitian yaitu kualitas air dan tanah serta pasang surut. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara acak dan sistematik. Setiap lokasi pengambilan contoh ditentukan posisi koordinatnya dengan alat Global Positioning System (GPS). Data lapangan (fisika-kimia air dan tanah), data sekunder, dan data citra satelit digital, dianalisis secara spasial dengan metode PATTERN menggunakan SIG. Berdasarkan hasil survai dan evaluasi kesesuaian lokasi budidaya tambak di wilayah pesisir Kabupaten Pontianak seluas 497,077 ha. Pada umumnya yang tergolong sangat sesuai (114,986 ha), cukup sesuai (168,819 ha), tersebar di wilayah pesisir Kecamatan Sungai Pinyuh, Sungai Kunyit, Mempawah Hilir, dan Mempawah Timur, sedangkan yang kurang sesuai (213,272 ha), terdapat di Kecamatan Segedong dan Siantan. This research used GIS technique to find location suitable to develop sustainable brackhiswater pond in Pontianak Regency, West Kalimantan. Secondary data such as wheather data, Indonesia earth surface map of Pontianak area scale of 1:50,000, ALOS satellite imagery digital data, and navigation map scale 1:200,000 were collected and used. The primary data (water and soil quality) and tidal variation were determined during the field survey. Simple systematic random sampling was used to allocate sampling points. Digital Remote Sensing (ALOS) data, secondary data, and field data (water quality) were analyzed using PATTERN method and Geographical Information System (GIS). Thematic map of the area suitability as the main expected output of the study was created using spatial analysis and GIS as suggested by references. The potential areas suitable for brackhiswater pond development at Pontianak Regency were 497.077 ha, classified as brackhiswater pond with high suitability (114.986 ha) and moderate (168.819 ha), distributed in subdistrict shore area of Pinyuh River, Kunyit River, Mempawah Hilir, and Mempawah Timur, and the area classified as low suitability (213.272 ha) distributed in Segedong and Siantan Subdistricts. 
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN PINRANG PROVINSI SULAWESI SELATAN Akhmad Mustafa; Hasnawi Hasnawi; Mudian Paena; Rachmansyah Rachmansyah; Jesmond Sammut
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2021.76 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.2.2008.241-261

Abstract

Kabupaten Pinrang memiliki tambak terluas di Provinsi Sulawesi Selatan, tetapi produktivitas tambaknya masih relatif rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menentukan kesesuaian lahan, faktor pembatas, dan rekomendasi pengelolaan budidaya tambak sebagai salah satu upaya peningkatan produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang. Faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak, meliputi: faktor-faktor hidrologi dan topografi lahan, kondisi tanah, kualitas air, dan iklim. Kualitas air diamati pada musim hujan dan musim kemarau. Analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak di Kabupaten Pinrang. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari luas total tambak di Kabupaten Pinrang, 15.026,2 ha ternyata 7.389,4 ha tergolong sangat sesuai (kelas S1); 1.235,1 ha tambak tergolong cukup sesuai (kelas S2); 3.229,0 ha tambak tergolong sesuai marjinal (kelas S3); dan 3.102,7 ha tergolong tidak sesuai (kelas N) pada musim hujan dan 7.119,8 ha tergolong kelas S1; 4.908,6 ha tergolong kelas S2; 1.606,9 ha tergolong kelas S3; dan 1.390,9 ha tergolong kelas N pada musim kemarau. Sebagai faktor pembatas utama kesesuaian tambak di Kabupaten Pinrang pada musim hujan adalah banjir di sekitar muara Sungai Saddang, sedangkan salinitas menjadi faktor pembatas utama pada musim kemarau. Faktor pembatas lain secara umum adalah jarak sumber air yang jauh, kesuburan tanah yang relatif rendah, pH tanah yang rendah pada tempat tertentu, serta tekstur tanah yang tergolong kasar pada tempat tertentu pula.Pinrang Regency has the largest brackishwater aquaculture pond area in South Sulawesi Province, but it’s productivity is consistently low. A land evaluation program was implemented to determine land suitability and limiting factors for brackishwater pond production as an effort to elevate productivity and to propose appropriate management practices. The study assessed land suitability for brackishwater ponds based on the local hydrology and topography, soil conditions, water quality, and climate. Water quality was measured in rainy and dry seasons. Field data were analyzed using Geographical Information Systems to determine land suitability for brackishwater ponds. The results showed that of the total of 15,026.2 ha of farmed land; 7,389.4 ha were classified as highly suitable; 1,235.7 ha were moderately suitable. 3,229.0 ha were marginally suitable; and 3,102.7 ha fall into the unsuitable category in the rainy season. In the dry season; 7,119.8 ha were highly suitable; 4,908.6 ha were moderately suitable; 1,606.9 ha were marginally suitable and 1,390.9 ha were considered unsuitable. The differences in the area for each suitability class between seasons were attributed to the flooding problems close to the mouth of the Saddang River in the rainy season and increasing pond salinity in some areas during
PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Utojo Utojo; Akhmad Mustafa; Rachmansyah Rachmansyah; Hasnawi Hasnawi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1001.571 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.3.2009.407-423

Abstract

Penelitian ini memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk menentukan lokasi yang layak bagi pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Lampung Selatan. Data sekunder yang diperoleh berupa data iklim, peta Rupa Bumi Indonesia kawasan Lampung Selatan skala 1:50.000, citra digital landsat-7 ETM+ dan peta batimetri skala 1:200.000. Data primer diperoleh dengan metode survai di lokasi penelitian yaitu kondisi kualitas perairan, kualitas air, dan pasang surut. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara acak dan sistematik. Setiap lokasi pengambilan contoh ditentukan posisi koordinatnya dengan alat Global Positioning System (GPS). Data lapangan (fisika-kimia perairan), data sekunder, dan data citra satelit (Landsat ETM+) digital, dianalisis secara spasial dengan metode PATTERN menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Berdasarkan hasil survai dan evaluasi kelayakan budidaya tambak udang di wilayah pesisir Lampung Selatan seluas 4.052,3 ha. Pada umumnya yang memiliki tingkat kelayakan tinggi (1.223,1 ha), sedang (2.065,4 ha), dan rendah (763,8 ha) tersebar di wilayah pesisir Kecamatan Sragi, Ketapang, dan Panengahan, sedangkan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Kalianda, Sidomulyo, dan Katibung, serta lokasi yang tidak layak berupa perbukitan, masing-masing dituangkan dalam peta prospektif skala 1:50.000.This research used GIS technique to find location suitable to develop sustainable brackishwater pond culture in South Lampung Regency. Secondary data such as weather data, Indonesia earth surface map of South Lampung area scale of 1:50,000, landsat-7ETM digital imagery, and navigation map scaled 1:200,000. Primary data (water quality) and tide were collected using survey method. Simple systematic random sampling was used to allocate sampling points. Digital Remote sensing (Landsat ETM+) data, secondary data, and field data (water quality) were analyzed using PATTERN method and Geographic Information System (GIS). Tematic map of area suitability as the main expected output of the study was created through spatial analysis and GIS as suggested by reference. The potential areas which are suitable for shrimp brackishwater pond culture development in South Lampung Regency are 4,052.3 ha, consisting of high suitability area (1,223.1 ha), moderate (2,065.4 ha), and low (763.8 ha) and are distributed in the coastline areas of Subdistrict of Sragi, This research used GIS technique to find location suitable to develop sustainable brackishwater pond culture in South Lampung Regency. Secondary data such as weather data, Indonesia earth surface map of South Lampung area scale of 1:50,000, landsat-7ETM digital imagery, and navigation map scaled 1:200,000. Primary data (water quality) and tide were collected using survey method. Simple systematic random sampling was used to allocate sampling points. Digital Remote sensing (Landsat ETM+) data, secondary data, and field data (water quality) were analyzed using PATTERN method and Geographic Information System (GIS). Tematic map of area suitability as the main expected output of the study was created through spatial analysis and GIS as suggested by reference. The potential areas which are suitable for shrimp brackishwater pond culture development in South Lampung Regency are 4,052.3 ha, consisting of high suitability area (1,223.1 ha), moderate (2,065.4 ha), and low (763.8 ha) and are distributed in the coastline areas of Subdistrict of Sragi, 
HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR TEKNIS DENGAN PRODUKTIVITAS TAMBAK INTENSIF DI LAMPUNG SELATAN Mudian Paena; Irmawati Sapo; Akhmad Mustafa; Rachmansyah Rachmansyah
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.059 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.2.2009.267-275

Abstract

Sub sektor perikanan budidaya menjadi salah satu penyokong produksi perikanan nasional. Terkait dengan semakin meningkatnya permintaan pasar internasional dan domestik maka program revitalisasi perikanan budidaya khususnya udang yang dicanangkan sejak tahun 2005 telah direspon baik oleh semua pemerhati perikanan budidaya. Produksi udang nasional tersebut dihasilkan oleh tambak dari berbagai tingkat teknologi mulai dari tambak tradisional sampai pada tambak intensif. Pengembangan tambak intensif di Indonesia masih didominasi oleh para pengusaha atau perorangan yang memiliki modal besar, mengingat dalam pengoperasian tambak intensif membutuhkan biaya produksi yang sangat tinggi dan bervariasi antara tambak satu dengan tambak yang lainnya. Namun demikian pengelolaan tambak intensif secara teknik tidak sama antara satu pengelola tambak dengan pengelola tambak lainnya. Hal tersebut berdasarkan kemampuan dan pengalaman para teknisi dan tenaga ahli pendamping serta kondisi spesifik setiap tambak. Berdasarkan hal tersebut maka  telah dilakukan penelitian tentang hubungan antara beberapa faktor teknis dengan produktivitas udang di tambak intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor teknis mana yang sangat berpengaruh terhadap produksi udang di tambak intensif. Penelitian ini dilakukan di kawasan tambak intensif Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung pada tahun 2007. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survai untuk mendapatkan data primer dari proses produksi yang dilakukan melalui pengajuan kuisioner dan perekaman pada saat wawancara kepada responden secara terstruktur. Analisis data dilakukan untuk menentukan koefisien korelasi untuk mengetahui tingkat hubungan atau keeratan hubungan antara produktivitas tambak dengan faktor teknik pengelolaan tambak. Seluruh data dianalisis menggunakan Program Statistial Product and Service Solution (SPSS) 15,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengapuran dolomit awal, pengapuran kaptan awal, padat penebaran dan waktu penebaran mempengaruhi produktivitas tambak intensif di Kabupaten Lampung Selatan.Aquaculture sector has been one of the backbones of national fisheries production. Increasing demand from international and domestic markets has made the revitalization of aquaculture, particularly in prawn culture which has been proclaimed since 2005, getting positive response from fisheries stakeholders. National prawn production mainly comes from pond culture applying different technology levels from traditional to intensive systems. Development of intensive pond in Indonesia is dominated by entrepreneurs who have massive capital resources. Intensive ponds require a very high production costs and vary from one pond to the others. Furthermore, intensive pond is managed differently between one manager and the others. It depends on the skill and experience of technicians, aquaculture extensions and specific conditions of the pond. This research was aimed to find out technical factors which influence prawn culture in intensive pond. The research was done in intensive pond area in South Lampung in 2007. A field survey was conducted using questionaire and structured interview to gather primary data of production processess. Data analysis was done to determine the coefficient correlation or the closeness of correlation between pond productivity and pond technical factors. All data were analyzed using Statistical Product and Service Solution (SPSS) 15.0 program. The result showed that the initial dolomite plastering, captan application, stocking density, and time of stocking influence the productivity of intensive ponds in South Lampung, province of Lampung.
MODEL ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TAMBAK SKALA SEMI-DETAIL BERDASARKAN PEUBAH KUNCI TAMBAK SISTEM EKSTENSIF DAN SEMI-INTENSIF Tarunamulia Tarunamulia; Akhmad Mustafa; Jesmond Sammut
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1692.522 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.3.2008.449-461

Abstract

Penerapan metode evaluasi multi-kriteria dalam penilaian spasial kesesuaian lahan tambak terbukti belum efektif di Indonesia. Hal ini terutama dipengaruhi oleh tidak cukup tersedianya data spasial pendukung dalam analisis tersebut. Analisis spasial yang diterapkan dalam penilaian kesesuaian lahan tambak selama ini lebih banyak mengadopsi model evaluasi multikriteria seperti yang umumnya diterapkan pada analisis kesesuaian lahan terdahulu seperti analisis kesesuaian lahan pertanian atau pemukiman yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda. Beberapa peubah lingkungan yang digunakan dalam analisis multikriteria tersebut kadangkala tidak memperhatikan kesesuaian skala peta yang berhubungan dengan level informasi. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan metode alternatif penilaian kesesuaian lahan tambak ekstensif dan semiintensif pada skala semidetail (1:50.000) dengan memanfaatkan peubah kunci lingkungan tambak yang mempengaruhi keberhasilan sistem budidaya tersebut. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Barru, dengan memanfaatkan informasi spasial berupa ketinggian lahan, kawasan sempadan pantai dan sungai, penggunaan lahan eksisting, dan jangkauan pasang surut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan peubah kunci dalam model, sudah dapat ditentukan wilayah kelayakan lahan tambak secara umum di lokasi penelitian. Studi ini juga menguraikan manfaat peta kesesuaian lahan tambak dari model tersebut untuk kepentingan perencanaan dan penelitian lebih lanjut. Model ini secara umum berhasil memberikan dasar penting dalam analisis spasial lingkungan pantai untuk kepentingan budidaya sesuai dengan tingkat skala peta yang dibahas. Penelitian ini juga memberikan peluang dalam proses pemetaan potensi lahan tambak secara cepat dengan tingkat akurasi yang cukup baik tanpa harus dibatasi oleh ketidaklengkapan data spasial pendukung.Application of multi-criteria evaluation (MCE) for land suitability assessment of brackishwater pond in Indonesia has been hindered by the unavailability of supporting spatial data for the analysis. The existing spatial analysis methods in aquaculture mainly adopt the previously developed spatial assessment techniques in agriculture, urban planning or transportation network that certainly have different characteristics as well as environmental requirements. A number of environmental factors used in the MCE analysis are sometimes inappropriate with the map scale with respect to the level of information presented. The goal of this study was to provide an alternative spatial assessment method for the evaluation of land suitability for brackishwater aquaculture at semi-detailed scale by employing key environmental/ecological factors that influence the success and the sustainability of the coastal industry. This model was developed by employing spatial dataset of Barru coastal areas which include digital land elevation data, map of buffer zone (green belt), existing land use/cover map and information of local tidal range. The research shows that the overall land suitability for brackishwater aquaculture at the scale of 1:50,000 can be achieved despite using only limited number of key environmental factors in the model. This research has also demonstrated the potential application of the map in coastal planning and in a more detailed research. Overall this study has provided a fundamental approach of spatial analysis for coastal management particularly in land-based aquaculture development at respective scale. This model has also offered an alternative solution to quickly and accurately map the potential land for brackishwater aquaculture regardless of partial availability of supporting spatial dataset for the analysis.