Neltje Nobertine Palinggi
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENAMBAHAN MIKROBA, Aspergillus niger DALAM BUNGKIL KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN KERAPU MACAN Neltje Nobertine Palinggi; Kamaruddin Kamaruddin; Makmur Makmur
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.837 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.3.2008.385-394

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh dosis Aspergillus niger dalam bungkil kelapa sawit sebagai bahan pakan pada pembesaran ikan kerapu macan. Ikan uji yang digunakan berukuran bobot rata-rata 23,15±0,23 g; ditebar dalam keramba jaring apung ukuran 1 m x 1 m x 2 m, dengan kepadatan 16 ekor/keramba. Perlakuan yang diuji adalah penambahan Aspergillus niger sebanyak 2, 4, 8, 16 g/kg bungkil kelapa sawit dan kontrol. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali dan disain adalah rancangan acak lengkap. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan uji dua kali sehari (pagi dan sore) secara satiasi selama 20 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 8 g Aspergillus niger/kg bungkil kelapa sawit memberikan pertambahan bobot dan laju spesifik lebih tinggi daripada kontrol (P<0,05), tetapi tidak berbeda dengan penambahan 2,4 dan 16 g Aspergillus niger/kg bungkil kelapa sawit. Sedangkan nilai efisiensi pakan, rasio efisiensi protein, dan retensi protein pada perlakuan penambahan 8 g Aspergillus niger/kg bungkil kelapa sawit tidak berbeda nyata dengan perlakuan penambahan 2 dan 4 g Aspergillus niger/kg kelapa sawit dan kontrol (P>0,05), namun nilainya nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan perlakuan penambahan 16 g Aspergillus niger. Kisaran dosis Aspergillus niger/kg bungkil kelapa sawit adalah antara 7,2—8,2 g untuk memberikan respons tumbuh yang baik.The aim of this experiment was to determine the addition effect of microbe Aspergillus niger to palm oil cake as an ingredient of diet for the tiger grouper juveniles. Tiger grouper juveniles with average initial individual weight of 23.15±0.23 g were stocked into floating cages 1 m x1 m x2 m in size, each at stocking density of 16 individuals/cage. The tested treatments were four different dosages of A. niger, i.e.; 2, 4, 8, 16 g/kg palm oil cake and a control (without A. niger), each replicates three times. The juveniles were fed with the experimental diets twice daily (in the morning and afternoon) for a feeding periode of 20 weeks. The results of the experiment showed that the weight gain and specific growth rate of tiger grouper juveniles fed on the diet with 8 g A. niger/kg palm oil cake were significantly higher (P<0.05) than the control but, there were no significant different (P>0.05) among those of the juveniles fed on the diets with 2, 4, 16 g of A. niger/kg palm oil cake. Although the feed efficiency, protein efficiency ratio and protein retention of juveniles fed on the diet with 8 g A. niger/kg palm oil cake were not significantly different (P>0.05) from those of the juveniles fed on the diets with 2 and 4 g of A. niger/kg palm oil cake, those of juveniles the fed diet with 8 g of A. niger/kg palm oil cake were significantly higher (P<0.05) than those of the juveniles fed the diet with 16 g A. niger/kg palm oil cake. The best of growth rate of tiger grouper juveniles occurred at the dosage of 7.8—8.2 g A. niger/kg palm oil cake.
AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DAN KONDISI PENCERNAAN DI USUS IKAN KERAPU MACAM (Epinephelus fuscoguttatus) SETELAH PEMBERIAN PAKAN Muh. Yamin; Neltje Nobertine Palinggi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.47 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.2.2007.281-288

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas enzim protease dan kondisi makanan di usus ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) setelah pemberian pakan. Penelitian dilakukan di keramba jaring apung (KJA) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau di Teluk Awarange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Ikan yang digunakan berukuran 200 ± 10 g berumur 6 bulan. Tujuh buah keramba berukuran 1 m x 1 m x1,2 m digunakan untuk memelihara ikan yang diletakkan secara acak untuk setiap pengambilan. Semua ikan diberi pakan moist pellet dengan kadar protein 45% sampai ikan kenyang (ad satiation). Sampling dilakukan pada 6, 9, 12, 15, 18, 21, dan 24 jam setelah pemberian pakan. Preparasi dan analisis aktivitas enzim protease dilakukan dengan pengambilan cairan usus sesaat setelah ikan dimatikan. Aktivitas protease diukur secara kuantitatif dengan modifikasi metode Bergmeyer. Hasil analisis enzim protease menunjukkan bahwa aktivitas tertinggi diperoleh pada 18 dan 21 jam setelah makan (JSM) yaitu 13,04 μ /mL dan 13,3 μ/mL dan terendah pada 9 JSM yaitu 5,83 μ/ mL. Hasil analisis persentase cairan usus menunjukkan hasil yang fluktuatif antara tiap jam pengamatan. Persentase cairan usus tertinggi diperoleh pada 9 JSM yaitu 76% dan terendah pada 6 JSM yaitu 53%.Aims of the research are to figure out proteolitic activities and intestinal digestibility on tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus) after feeding. The research was carried out on Research Institute for Coastal Aquaculture (RICA) floating net cages at Awarange Bay, Barru Regency, South Sulawesi.The fish has 200 ± 10 g on size and relatively same on age of 6 months. Seven floating net cages of 1x1x1.2 m3 were used to rearing fish with random position for each sampling. The fish fed with 45% protein of moist pellet ad satiation. Sampling was carried out at 6, 9, 12, 15, 18, 21, and 24 after fed. Preparation and analysis of protease enzyme activity collected after grouper was killed. Protease activity was analyzed by modification of Bergmeyer methods. Result of enzyme analysis show that 18 and 21 hours after fed has the highest activities i.e. 13.04 μ/mL and 13.3 μ/mL respectively, and 9 hours after fed has the lowest activities i.e. 5.83 μ/mL. Result of liquid presentation of intestinal shows fluctuation in every time of sampling. The highest presentation of liquid was at 9 hours after fed of 76% and the lowest was 6 hours after fed of 53%.
ANALISIS TINGKAT KECERNAAN PAKAN DAN LIMBAH NITROGEN (N) BUDIDAYA IKAN BANDENG SERTA KEBUTUHAN PENAMBAHAN C-ORGANIK UNTUK PENUMBUHAN BAKTERI HETEROTROF (BIOFLOK) Usman Usman; Neltje Nobertine Palinggi; Enang Harris; Dedi Jusadi; Eddy Supriyono; Munti Yuhana
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.627 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.481-490

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kecernaan pakan dan beban limbah nitrogen (N) dan karbon organik (C) pada pembesaran ikan bandeng untuk dijadikan acuan penumbuhan bakteri heterotrof (bioflok). Pakan uji yang digunakan adalah pakan komersial yang memiliki kadar protein berbeda yaitu 17%, 21%, dan 26%. Pakan tersebut digiling ulang, lalu ditambahkan kromium oksida (Cr2O3) sebagai indikator kecernaan. Untuk menentukan total limbah N termasuk ekskresi amonia, dilakukan juga pemeliharaan ikan bandeng selama 45 hari dan menghitung retensi N. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecernaan ketiga pakan tersebut tidak berbeda nyata yaitu antara 77,2%-78,2% untuk bahan kering; 88,6%-90,0% untuk protein; dan 81,6%-83,1% untuk C-organik. Namun total limbah N per 100 g pakan yang masuk ke perairan meningkat secara nyata dengan meningkatnya kadar protein pakan yaitu 2,27 g N untuk pakan berprotein 17%; 2,76 g N untuk pakan berprotein 21%; dan 3,28 g N untuk pakan berprotein 26%. Untuk mengkonversi limbah N dari budidaya bandeng ini menjadi bakteri heterotrof (bioflok), diperlukan aplikasi C-organik sebanyak 22,7 g; 27,6; dan 33 g per 100 g pakan berturut-turut untuk pakan yang berprotein 17%, 21%, dan 26%.This experiment was conducted to analyze the feed digestibility and nitrogen (N) waste of milk fish grow-out and assessment of organic-C addition to promote heterotrophic bacteria (biofloc). The three commercial diets were used containing different protein levels i.e. (A) 17%, (B) 21%, and (C) 26%. Chromic oxide was used as the digestibility marker. To assess the total nitrogen waste, the milk fish with initial weight of 48 g/fish were reared for 45 days and the protein retention was calculated. The results showed that the apparent digestibility of the all three tested diets was not significantly different (>0.05) i.e. 77.2%-78.2% for dry matter, 88.6%-90% for protein, and 81.6%-83.1% for organic-C. However, the total nitrogen waste per 100 g of feed released to the waters tended to increase with the increase of protein content of the feed, i.e. 2.27g N for 17% of diet protein content; 2.76 g N for 21% of diet protein content, and 3.28 g N for 26% of diet protein content. Conversion of the total N waste of milk fish grow-out to promote heterotrophic bacteria needed additional organic-C of 22.7 g; 27.6 g; 33 g per 100 g of feed which have 17%, 21%, and 26% protein contents.
PENGARUH PEMBERIAN RONOZYME P DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN KERAPU BEBEK, Cromileptes altivelis Neltje Nobertine Palinggi; Usman Usman; Asda Laining; Kamaruddin Kamaruddin; Makmur Makmur
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 1 (2006): (April 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.87 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.1.2006.29-34

Abstract

Ikan kerapu bebek dengan bobot awal sekitar 60 gr/ekor dipelihara dalam keramba jaring apung ukuran 1x1x2 meter kubik dengan kepadatan awal 16 ekor/keramba
PENGARUH KADAR PROTEIN DAN LEMAK PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI BADAN IKAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus Usman Usman; Neltje Nobertine Palinggi; Kamaruddin Kamaruddin; Makmur Makmur; Rachmansyah Rachmansyah
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.845 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.2.2010.277-286

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan optimum kadar protein dan lemak pakan terhadap pertumbuhan dan komposisi badan ikan kerapu macan ukuran konsumsi. Sembilan pakan uji dibuat dalam bentuk moist pelet dengan tiga dosis protein (46%, 49%, dan 52%) dan tiga dosis lemak (9%, 11%, dan 13%). Ikan uji dipelihara dalam 27 keramba jaring apung ukuran 1 m x 1 m x 2 m selama 140 hari, diberi pakan uji secara satiasi dua kali sehari dan diset dalam rancangan acak kelompok pola faktorial berdasarkan kelompok ukuran bobot awal ikan yaitu (i) 122,0±4,2 g; (ii) 144,0±7,1 g; dan (iii) 172,9±10,5 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik dan sintasan ikan relatif sama (>0,05) di antara perlakuan. Efisiensi pakan cenderung meningkat dengan meningkatnya kadar protein dan lemak pakan. Tingkat efisiensi pemanfaatan protein cenderung menurun dengan meningkatnya kadar protein pakan, tetapi meningkat dengan meningkatnya kadar lemak pakan. Hasil analisis proksimat badan ikan menunjukkan bahwa kadar bahan kering dan lemak ikan relatif tidak dipengaruhi (P>0,05) oleh peningkatan kadar protein pakan, namun kadar bahan kering dan lemak ikan tersebut sedikit naik dengan meningkatnya kadar lemak pakan. Kadar protein dan abu ikan relatif tidak dipengaruhi oleh perubahan kadar protein dan lemak pakan. Berdasarkan hasil penelitian ini tampak bahwa pakan dengan kadar protein 49% dan lemak sekitar 11% mampu memberikan pertumbuhan dan komposisi badan ikan kerapu macan yang baik.This experiment was conducted to investigate the optimum dietary protein and lipid level for growth and body composition of tiger grouper. Nine dietary experiments were formulated to moist pellet contain three levels of protein (46%, 49%, and 52%) and three levels of lipid (9%, 11%, and 13%). The fish were fed twice daily to satiation for 140 days in twenty seven net cages of 1 m x 1 m x 2 m, were set up factorial randomized block design based on fish size group i.e. (i) 122.0±4.2 g, (ii) 144.0±7.1 g, and (iii) 172.9±10.5 g. The results shown that specific growth rate and survival rate were not significant different (P>0.05) for all treatments. Feed efficiency increased when protein and lipid content increased. Protein efficiency decreased when protein diets increased and increased when lipid diets increased. No interaction occurred between protein and lipid content to all observable biological variables. Dry matter and lipid content of test fish were not affected by protein diets increase but by lipid diet content. Protein and ash of test fish were not affected by either protein or lipid contained in diet. To assure high growth rates and high quality of fish product, it is suggested to feed tiger grouper with diet containing 49% protein and 11% lipid. 
AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN Muhamad Yamin; Neltje Nobertine Palinggi; Rachman Syah
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.702 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.40-44

Abstract

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah salah satu jenis ikan karnivora yang membutuhkan kadar protein tinggi dalam pakannya. Untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mengoptimalkan pertumbuhan ikan perlu memperhatikan manajemen pakan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah aktivitas enzim protease di lambung dan usus ikan kerapu macan setelah pemberian pakan. Pengamatan yang dilakukan adalah aktivitas enzim protease dalam lambung dan usus ikan kerapu macan pada 12, 15, dan 18 jam setelah pemberian pakan. Dari hasil ini diperoleh nilai rata-rata aktivitas enzim protease dalam lambung ikan kerapu macan pada 12 dan 15 jam setelah pemberian pakan adalah 2,615 /mL dan 0,292 /mL. Pada 18 jam setelah pemberian pakan, aktivitas enzim proteasenya tidak ada. Sedang nilai rata-rata aktivitas enzim protease dalam usus pada 12, 15, dan 18 jam setelah pemberian pakan adalah 7,45 /mL; 6,08 /mL; dan 5,03 /mL. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas enzim protease di lambung dan usus menurun dengan semakin lamanya waktu setelah pemberian pakan.
PENGARUH LOGAM FeCl3 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PROTEASE IKAN KERAPU MACAN Muhamad Yamin; Neltje Nobertine Palinggi; Rachman Syah
Media Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Desember 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.287 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.2.2008.157-160

Abstract

Tepung darah (blood meal) yang mengandung protein 84,3%; berpotensi menjadi bahan pengganti tepung ikan yang semakin jarang dan mahal. Sayangnya tingkat kecernaan tepung darah sangat rendah yaitu 55,2%. Diduga hal ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi Fe yang mencapai 0,2%--0,3%. Untuk melihat pengaruh Fe maka dilakukan pengujian in vitro terhadap aktivitas enzim pada usus ikan kerapu macan. Enzim protease usus diperoleh dari ikan kerapu macan yang dipelihara pada KJA Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) di Teluk Awerange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Aktivitas protease diukur secara kuantitatif dengan modifikasi metode Bergmeyer et al. (1983) dan untuk mengukur pengaruh logam Fe dilakukan penambahan FeCl3. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada konsentrasi FeCl3 20--50 mM enzim kehilangan aktivitasnya sampai 76,54% dan 83,08%. Namun pada konsentrasi FeCl3 rendah (1 mM) aktivitas enzim protease meningkat 2%. Ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkat kecernaan tepung darah disebabkan tingginya kadar besi (Fe) yang mencapai 0,2%--0,3%.