Tri Heru Prihadi
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan, Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENENTUAN DEBIT AIR OPTIMAL DALAM PENDEDERAN BENIH IKAN GABUS Channa striata DI KOLAM TERPAL Ani Widiyati; Eddy Supriyono; Adang Saputra; Muhammad Nabil; Tri Heru Prihadi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.738 KB) | DOI: 10.15578/jra.14.1.2019.9-16

Abstract

Informasi terkait debit air yang sesuai untuk pendederan gabus di kolam terpal saat ini belum tersedia. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh debit air yang sesuai terhadap kinerja produksi pada pendederan benih ikan gabus di kolam terpal. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Perlakuan yang diberikan terdiri atas debit air: 10 mL/detik, 30 mL/detik, 50 mL/detik, dan masing-masing diulang tiga kali. Ikan uji adalah benih ikan gabus dengan bobot rata-rata 0,56 ± 0,070 g/ekor. Ikan uji dipelihara di kolam terpal berukuran 3 m x 3 m x 1 m dengan kedalaman air 20 cm dan padat tebar 50 ekor per m3. Ikan diberi pakan komersial empat kali per hari dengan persentase pemberian 5% biomassa ikan. Lama pemeliharaan ikan uji 40 hari. Parameter uji yang diamati adalah sintasan, pertumbuhan bobot mutlak, pertambahan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, kadar glukosa darah, dan kualitas air. Data dianalisis dengan ANOVA dan uji lanjut Duncans. Hasil penelitian menunjukkan debit air 50 mL/detik menghasilkan kinerja produksi terbaik, terlihat dari sintasan (80,67 ± 2,517%); pertumbuhan bobot mutlak (3,69 ± 0,223 g); panjang mutlak (4,32 ± 0,287 cm); laju pertumbuhan spesifik bobot (5,20 ± 0,127% per hari); dan efisiensi pakan terbaik (83,70 ± 3,048%) pada pendederan benih ikan gabus di kolam terpal. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk pemeliharaan benih ikan gabus pada kolam terpal.The optimum water discharge to culture snakehead fish, Channa striata, juvenile in tarpaulin-covered ponds system is currently unavailable in the literature. This study aimed to determine the optimum water discharge suitable in the nursery stage of snakehead juvenile. The treatments used in the study were as follows: water discharge 10 mL/s, 30 mL/s, and 50 mL/s with three replicates. The snakehead juvenile used had an average body weight of 0.56 ± 0.070 g. The fish were reared in the tarpaulin-covered pond sized 3 m x 3 m x 1 m with a water depth of 20 cm and a stocking density of 50/m3. The fish was fed with a commercial feed four times per day rationed to 5% of body mass for 40 days. The observed parameters consisted of survival rate, absolute weight gain, absolute length, specific growth rate, feed efficiency, blood glucose level, and water quality. Data collected were statistically analyzed using ANOVA followed by Duncan test if there was a significant difference. Results of the study showed that water discharge set at 50 mL/s gave the best production performances in terms of survival rate (80.67 ± 2.517%), absolute weight (3.69 ± 0.223g), and length (4.32 ± 0.287 cm), specific growth rates (5.20 ± 0.127% per day) and feed efficiency (83.70 ± 3.048%). The results of this study can be used as a basis for the rearing of snakehead juvenile in plastic ponds.
PENERAPAN REMEDIASI PADA SISTEM BUDIDAYA UDANG DI TAMBAK TANAH SULFAT MASAM (Studi Kasus di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur) Tri Heru Prihadi; Brata Pantjara
Media Akuakultur Vol 14, No 1 (2019): (Juni, 2019)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.065 KB) | DOI: 10.15578/ma.14.1.2019.55-62

Abstract

Remediasi tanah sulfat masam untuk tambak dapat meningkatkan produktivitas tanah yang lebih baik untuk budidaya udang sistem monokultur dan polikultur. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh remediasi tanah pada budidaya udang windu di tambak tanah sulfat masam. Penelitian dilakukan pada tambak milik masyarakat di Pulau Tempurung, Desa Kasai Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Karakterisasi tanah untuk mengetahui rona awal tambak tanah sulfat masam dilakukan sebelum budidaya. Prosedur perbaikan tambak tanah sulfat masam diadopsi dari hasil penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP). Remediasi tanah dilakukan dengan tahapan pengolahan tanah, pengeringan dasar tambak, perendaman, dan pembilasan; dan dilanjutkan dengan pengapuran dan pemupukan. Pengapuran tambak menggunakan dolomit dengan dosis 1,0 ton per ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tambak yang diremediasi menghasilkan udang windu sebanyak 357,15 kg/ha dan tanpa remediasi sebesar 100 kg/ha. Tambak yang diremediasi pada sistem polikultur menghasilkan udang windu 100,9 kg/ha dan ikan bandeng 330 kg/ha. Penerapan teknologi remediasi dasar tanah pada budidaya udang windu sistem monokultur berdasarkan analisis ekonomi sederhana memberi keuntungan sebesar Rp26.828.500,00 /ha/siklus dan BC rasio 4,68. Polikultur udang windu dan bandeng menghasilkan keuntungan sebesar Rp8.800.000,00 /ha/siklus dan BC rasio 2,47.Remediation of acid sulfate soil pond can increase the productivity of the soil used for shrimp farming with monoculture and polyculture systems. This study was conducted to determine the post effects of soil remediation on tiger shrimp cultured in acid sulfate soil pond. The study was conducted in one of the farms owned by a fish farmer in Tempurung Island, Kasai Village, Derawan District, Berau Regency, East Kalimantan Province. The characteristics of the soil were determined to serve as the baseline information before cultivation. The pond remediation followed the procedures set by the Research Institute for Brackishwater Aquaculture and Fisheries Extension, Maros. The soil reclamation was carried out following the subsequent stages: soil plowing, pond bottom drying, inundation, and flushing; followed by liming and fertilization. Ponds liming used a dolomite dose of 1 ton/ha. The results showed that the remediated acid sulfate soil ponds could produce tiger shrimp up to 357.15 kg/ha while non-remediated ponds only produced up to of 100 kg/ha. The remediated brackish fish pond used for polyculture system could produce tiger shrimp up to 100.9 kg/ha and milkfish up to 330 kg/ha. The application of soil remediation on ponds of tiger shrimp monoculture systems yielded a profit of Rp 26,828,500.00/Ha/cycle and BC ratio of 4.68. For polyculture of tiger shrimp and milkfish, the profit was Rp 8,800,000.00/Ha/cycle and BC ratio of 2.47.