Woro Hastuti Setyantini
Department Of Aquaculture, Faculty Of Fisheries And Marine, Universitas Airlangga, Campus C, Mulyorejo Street, 60115 Surabaya, INDONESIA.

Published : 29 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

PENGARUH SUBTITUSI KEDELAI DENGAN FERMENTASI TEPUNG DAUN LAMTORO PADA PAKAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) TERHADAP NILAI KECERNAAN PROTEIN DAN KECERNAAN ENERGI Brian Zuliyan; Agustono Agustono; Woro Hastuti Satyantini
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 6 No. 3 (2017): JAFH Vol. 6 No. 3 September 2017
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.741 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v6i3.11291

Abstract

Udang vaname mulai dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 2001. Kendala bagi pembudidaya yaitu biaya pakan pada udang dapat mencapai 50% dari biaya produksi sehingga untuk mengatasi tingginya harga pakan, maka perlu pakan alternatif berprotein tinggi dengan harga murah. Daun lamtoro merupakan salah satu leguminosa yang dapat digunakan sebagai bahan pakan tambahan karena mempunyai kadar protein yang cukup tinggi dan mudah dicerna. Kecernaan merupakan proses usus mencerna makanan dan penyerapan nutrisi pada pakan yang diberikan. Daya cerna pada ikan menggambarkan sebagian kecil dari nutrisi atau energi dalam bahan yang tidak termakan dan diekskresikan dalam bentuk feses. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan fermentasi tepung daun lamtoro sebagai subtitusi kedelai udang vaname (Litopenaeus vannamei) terhadap nilai kecernaan protein dan kecernaan energi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan P0 (kadar fermentasi tepung daun lamtoro 0%), P1 (kadar fermentasi tepung daun lamtoro 10%) , P2 (kadar fermentasi tepung daun lamtoro 20%) dan P3 (kadar fermentasi tepung daun lamtoro 30%). Parameter yang diukur adalah nilai kecernaan protein dan kecernaan energi. Analisa data menggunakan ANOVA (Analysis of variance) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kecernaan protein dan kecernan energi yang tidak jauh berbeda (P>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa fermentasi tepung daun lamtoro dianggap mampu menggantikan bungkil kedelai sebagai bahan dasar pembuatan ransum pakan udang vaname dengan kadar fermentasi tepung daun lamtoro hingga 30%. Pemanfaatan fermentasi tepung daun lamtoro sebagai substitusi kedelai pada pakan udang vaname tidak memiliki pengaruh yang berbeda terhadap nilai kecernaan protein dan nilai kecernaan energi. 
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR PANAS Spirulina platensis PADA PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN TOTAL HEMOSIT UDANG VANAME SETELAH DIINFEKSI DENGAN Vibrio harveyi Ayu Puspitarani; Woro Hastuti Satyantini; Rahayu Kusdarwati
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 5 No. 3 (2016): JAFH Vol. 5 No. 3 September 2016
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.088 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v5i3.11329

Abstract

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan suatu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi penting. Produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei) mengalami kendala akibat adanya wabah penyakit. Salah satunya adalah akibat serangan bakteri Vibrio harveyi. Bakteri ini menyebabkan mortalitastinggi. Penanggulanganya umumnya menggunakan antibiotik namun berdampak pada munculnya resistensi bakteri dan residu pada udang. Aplikasi penggunaan bahan alami sebagai imunostimulan seperti Spirulina platensis dalam bentuk ekstrak air panas diketahui memiliki efek stimulator sehingga dapat meningkatkan respon imun pada udang vaname (Litopenaeus vannamei). Respon imun ini diperlihatkan dengan meningkatnya jumlah total hemosit yang berpengaruh langsung dengan nilai kelangsungan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhpemberian ekstrak air panas Spirulina platensis pada pakan terhadap total hemosit (Total Haemocyte Count) dan nilai kelangsungan hidup udang vaname setelah diuji tantang dengan bakteri Vibrio harveyi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan (0 mg/kg, 200 mg/kg, 400 mg/kg, 600 mg/kg, dan 800 mg/kg) dan 4 kali ulangan. Udang vaname diberikan pakan dengan kandungan ekstrak air panas Spirulina platensis selama 14 hari kemudian pada hari ke-15 udang diuji tantang dengan cara diinjeksi dengan bakteri Vibrio harveyi dosis 106 CFU/ml pada bagian segmen abdominal. Pengamatan terhadap jumlah total hemosit (Total Haemocyte Count) yaitu pada hari ke-0, ke-14, ke-16 dan ke-26. Pengamatan terhadap nilai SR (Survival Rate) dilakukan selama sepuluh hari pasca udang diinfeksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah total hemosit pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) akibat pemberian ekstrak air panas Spirulina platensis dibandingkan dengan perlakuan kontrol (tanpa pemberian ekstrak air panas Spirulina platensis). Pemberian ekstrak air panas Spirulina platensis juga efektif meningkatkan nilai kelangsungan hidup (Survival rate) udang vaname pasca infeksi dengan bakteri Vibrio harveyi dengan perlakuan terbaik pada dosis sebesar 800 mg/kg pakan. 
EFEK PENAMBAHAN KITOSAN TERHADAP PERUBAHAN JUMLAH TOTAL HEMOSIT DAN DAYA TAHAN TERHADAP STRES SALINITAS PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Okky Hermawan; Woro Hastuti Satyantini; Prayogo Prayogo
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 5 No. 3 (2016): JAFH Vol. 5 No. 3 September 2016
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.261 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v5i3.11330

Abstract

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan suatu komoditas unggulan industri perikanan Indonesia. Pada budidaya udang vaname, muncul beberapa kendala, yaitu adanya serangan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian imunostimulan untuk pencegahan penyakit melalui peningkatan sistem imun udang. Kitosan adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai imunostimulan. Kitosan dapat meningkatkan sistem imun. Stres merupakan respon fisiologis yang terjadi saat hewan berusaha mempertahankan kondisi tubuhnya dari perubahan lingkungan. Faktor lingkungan seperti suhu, oksigen terlarut dan salinitas dapat menyebabkan terjadinya perubahan jumlah total hemosit. Jumlah total hemosit dapat digunakan untuk mengetahui status kesehatan udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penambahan kitosan pada pakan terhadap perubahan jumlah total hemosit dan daya tahan terhadap stres salinitas pada udang vaname (Litopenaeus vannamei). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan serta empat ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah penambahan kitosan sebesar 0 mg/kg pakan (A1), 250 mg/kg pakan (A2), 500 mg/kg pakan (A3) dan 1000 mg/kg pakan (A4). Parameter yang diamati adalah jumlah total hemosit selama 14 hari pemeliharaan, 24 jam dan 48 jam setelah uji stres salinitas, kelangsungan hidup saat uji stres salinitas dan kualitas air. Data dianalisis menggunakan Analisis Varian (Anova) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penambahan kitosan pada pakan selama 14 hari pemeliharaan dan selama 24 jam setelah uji stres salinitas memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap jumlah total hemosit udang vaname dengan jumlah total hemosit tertinggi diperoleh pada perlakuan A2 (250 mg kitosan/kg pakan). Empat puluh delapan jam setelah uji stres salinitas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah total hemosit udang vaname dan kelangsungan hidup udang vaname. 
APLIKASI PROBIOTIK, IMUNOSTIMULAN, DAN MANAJEMEN KUALITAS AIR DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus Vannamei) DI KECAMATAN UJUNG PANGKAH, KABUPATEN GRESIK Nina Nurmalia Dewi, S.Pi., M.Si; Kismiyati Kismiyati; Rozi Rozi; Gunanti Mahasri; Woro Hastuti Satyantini
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 8 No. 3 (2019): JAFH vol. 8 no. 3 September 2019
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.679 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v8i3.15127

Abstract

Udang vannamei merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis penting. Tingginya permintaan terhadap udang vannamei menyebabkan pentingnya kegiatan budidaya. Namun adanya berbagai permasalahan pada budidaya udang vannamei menyebabkan diperlukannya suatu teknologi untuk meningkatkan produksi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengaplikasikan penyediaan probiotik, aplikasi immunostimulan, dan pengukuran kualitas air di tambak yang ada di Desa Pangkah Wetan dan Pangkahkulon, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik sebagai upaya untuk peningkatan produksi hasil panen tambak udang vannamei. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2019. Metode kegiatan ini adalah penyuluhan, peragaan, diskusi, dan demoplot di lapangan. Hasil kegiatan ini adalah anggota kelompok mitra berpartisipasi aktif dalam setiap tahapan kegiatan yang dilakukan. Materi yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan melindungi udang dari penyakit, menjaga kualitas air, dan menekan kematian udang untuk peningkatan produksi. Hasil pengukuran kualitas air dilapangan menunjukkan bahwa kondisi suhu di tambak kelompok mitra yaitu 320C, kecerahan 50 cm, warna air kecoklatan, dan pH 7.
Preleminary Study: The Effects of Different Cryoprotectants on Damage and Hatching Rates of African Catfish (Clarias gariepinus) Akhmad Taufiq Mukti; Septuresty Hartri Eka; Woro Hastuti Satyantini; Ahmad Shofy Mubarak
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 9 No. 3 (2020): JAFH Vol. 9 No. 3 September 2020
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jafh.v9i3.16562

Abstract

This study was aimed to observe the effects of different cryoprotectants in embryo cryopreservation on damage and hatching rates of African catfish (Clarias gariepinus) embryo. The gastrula-staged embryos were treated 5% (v/v) solutions concentration of dimethyl sulfoxide (DMSO), propylene glycol (PG), honey, and combined cryoprotectants, respectively and preserved at temperatures of 4 and 0ºC for 30 min, 1 h, 2 h, 3 h, 4 h, 5 h, and 6 h, respectively. Thawing of embryos was conducted in freshwater at a temperature of 28ºC. Then, the embryos were incubated in the aquaria at 28ºC temperature. The result showed that the different cryoprotectants in gastrula-staged embryo cryopreservation affect damage and hatching rates of African catfish embryos at different length of preservation. The percentage of catfish embryo damage increases with different length of preservation and the storage temperature. A combination of DMSO-honey and PG-honey has the lowest damage percentage and the highest hatching rate of catfish embryo compared to other treatments (p<0.05).
Study of Pb Heavy Metal Pollution Level on Tannin Content of Seaweed (Kappaphycus alvarezii) in Bluto and Talango Sea Waters, Sumenep, East Java Catur Pujiono; Akhmad Taufiq Mukti; Woro Hastuti Satyantini
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 10 No. 1 (2021): JAFH Vol 10 No. 1 February 2021
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jafh.v10i1.17088

Abstract

Euchema cottoni or Kappaphycus alvarezii is one type of seaweeds that is widely cultivated in Indonesia. Water pollution caused by the accumulation of Pb heavy metals will affect the seaweed to grow and develop. This study is aimed to determine the tannin levels in K. alvarezii and the relationship of Pb heavy metal pollution level with tannin levels in K. alvarezii in different waters. This study used an observational experiment, and samples were taken from two different locations with 4 stations in each. From each sample in both locations, K. alvarezii was taken and was then measured for the tannin levels, water quality, and heavy metals (Pb) in water and in K. alvarezii. The results were analyzed at the Laboratory of PT. Sucofindo and the Laboratory of Testing Service Unit, Airlangga University Surabaya. The data were analyzed using a statistical test in the form of a t-test to determine the differences in samples in both waters, and a C-square test was used to determine the relationship between PB and tannin levels in K. alvarezii. The results showed that the level of Pb heavy metal pollution in the two waters did not show a significant difference due to water quality which was quite similar in both locations. Moreover, the tannin content in K. alvarezii in Bluto waters (0.053±0.004%) was higher than that in Talango waters (0.020±0.009%). Meanwhile, a t-test showed a significant difference in seaweed tannins in both waters. The relationship between Pb heavy metal pollution and tannins of seaweed in Bluto and Talango waters was that they did not affect each other, and tannin concentration was more influenced by chemical oxygen demand (COD), salinity of both waters, and the cultivation methods used.
The Addition of Caulerpa racemosa Extract in Feed on Clinical Sign and Intestinal Histopathological Profile of Whiteleg Shrimp after Infected by Vibrio parahaemolyticus Alvira Febrianti Pratiwi; Woro Hastuti Satyantini; Gunanti Mahasri; Akhmad Taufiq Mukti; Alim Isnansetyo
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 11 No. 2 (2022): JAFH Vol. 11 No. 2 June 2022
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jafh.v11i2.29722

Abstract

The purpose of this study was to determine the administration of Caulerpa racemosa extract in clinical sign and intestinal histopathological profile of whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei) after infected by Vibrio parahaemolyticus. The study was conducted using a completely randomized design (CRD) with six treatments and three replications. Shrimp were divided into six groups, two control groups without the administration of C. racemosa extract, the other four groups with the administration of C. racemosa extract with successive doses; 30 mg/kg (P1), 60 mg/kg (P2), 120 mg/kg (P3) and 240 mg/kg (P4) through feed. On the 15th day of rearing, the control group was divided into two groups: negative control (K-) was injected with PBS and then positive control (K+) and four other treatments (P1, P2, P3 and P4) were infected with V. parahaemolyticus. The results showed that intestinal damage caused by V. parahaemolyticus infection were inflammation and necrosis. The administration of C. racemosa extract had a significant effect on the histopathological profile of the whiteleg shrimp intestine. The lowest percentage of damage was found in the P4 treatment, which was 19.6% with a indication of low damage. Clinical sigs appeared at 48 hours post-infection pale hepatopancreas, empty intestines, reddened uropods and gnats. From this study, it can be concluded that the administration of C. racemosa extract to the feed at a dose of 240 mg/kg is the best dose in reducing the level of damage to the intestinal organs of whiteleg shrimp infected with V. parahaemolyticus.
Profiling of Microbial Community in Rearing Water of White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Infected with White Feces Disease Syndrome Karina Rahardjo; Woro Hastuti Setyantini; Muhamad Amin
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 12 No. 2 (2023): JAFH Vol. 12 No. 2 June 2023
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jafh.v12i2.35023

Abstract

Shrimp farmers have reported mass mortality of white shrimp (Litopenaeus vannamei), reaching 2-3 kg/day in Gerongan Village, Kraton District, Pasuruan Regency in mid-2021. Preliminary analysis suggests that mass mortality was caused by bacterial diseases. Thus, to find out the main pathogen causing the mass mortality, the present study investigated microbial composition in rearing media of white shrimp (Litopenaeus vannamei) infected by the white feces disease (WFD) and healthy white shrimp using next-generation sequencing (NGS) technology. The research was conducted by collecting normal water samples and infected shrimp pond water samples. The results of the NGS assay showed that Vibrio vulnificus was found dominant in WFD-infected shrimp pond water, therefore was suspected to be the main cause of WFD.
Studi Perbandingan Histopatologi Udang Vaname yang Terinfeksi Vibrio parahaemolyticus dari Tiga Tambak Berbeda Asmaul Khusnah; Woro Hastuti Satyantini; Muhammad Amin
Grouper: Jurnal Ilmiah Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Vol. 14 No. 2 (2023): Grouper: Jurnal Ilmiah Perikanan
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/grouper.v14i2.212

Abstract

Udang vaname merupakan salah satu jenis udang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal ini dikarenakan banyaknya permintaan konsumen terhadap udang vaname. Namun budidaya udang vaname tidak mudah, komoditas tersebut mudah terserang penyakit apabila padat tebar terlalu tinggi dan kualitas air yang buruk. Kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan imunitas udang vaname menurun dan mengakibatkan mudah terserang penyakit salah satunya Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND). Penyakit tersebut dilaporkan salah satunya diakibatkan oleh adanya barkteri Vibrio parahaemolyticus yang menginfeksi udang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerusakan jaringan udang vaname yang terinfeksi bakteri Vibrio parahaemolyticus di tiga tambak yang berbeda. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan metode observasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapang, yakni mengumpulkan data-data primer dan sekunder di lapangan. Data diambil dari tiga lokasi, yaitu Tuban, Sidoarjo dan Pasuruan. Hasil histopatologi dilakukan skoring kerusakan kemudian dianalisis dengan IBM SPSS menggunakan Uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan Uji Z. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan jaringan pada insang dan hepatopankreas akibat infeksi dari bakteri V.parahaemolyticus memiliki kerusakan yang cukup parah. Kerusakan yang terjadi pada insang mulai dari fusi lamella dan edema. Sedangkan kerusakan yang terjadi pada hepatopankreas adalah peluruhan sel dan infiltrasi. Maka dapat disimpulkan bahwa ketiga tempat yang terinfeksi V.parahaemolyticus terdapat perbedaan tingkat kerusakan jaringan hepatopankreas dan insang pada udang vaname yang terjadi pada hepatopankreas dan insang banyak hingga sangat banyak. Kerusakan terbanyak terjadi pada sampel udang yang berasal dari Kabupaten Sidoarjo