Berlian Nurtyashesti Kusumadewi
Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi Kelompok Suportif Pada Klien Dengan Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis Berlian Nurtyashesti Kusumadewi; Novy Helena Catarina Daulima; Ice Yulia Wardani
Jurnal Kesehatan Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngesti Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.995 KB) | DOI: 10.46815/jkanwvol8.v7i1.85

Abstract

Gangguan mental emosional dapat terjadi pada individu yang mengalami kondisi kesehatan yang kronis. Pasien yang sedang menjalani pengobatan medis ditemukan 25% diantaranya mengalami depresi dengan berbagai variasinya. Proses penyakit yang melemahkan juga merupakan hal yang berperan menyebabkan ketidakberdayaan klien dengan penyakit kronis. Ketidakberdayaan dan gejala depresi menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif dengan ide untuk bunuh diri. Hasil pemberian tindakan keperawatan ners, terapi kognitif, psikoedukasi keluarga dan terapi suportif dapat menurunkan tanda gejala dan meningkatkan kemampuan klien penyakit kronis dengan ketidakberdayaan beserta keluarganya. Perlunya optimalisasi dan pengembangan pelayanan kesehatan jiwa kepada klien dengan masalah psikososial terkhusus klien dengan ketidakberdayaan di tatanan pelayanan puskesmas.Kata kunci: penyakit kronis; pelaku rawat; dukungan keluarga; dukungan sosial; depresi
E Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi Kelompok Suportif Pada Klien Dengan Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis Berlian Nurtyashesti Kusumadewi; Novy H.C. Daulima; Ice Yulia. W
Jurnal Kesehatan Vol 7 No 1 (2018): Jurnal Kesehatan Volume 7 tahun 2018
Publisher : STIKES Ngesti Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.995 KB)

Abstract

Gangguan mental emosional dapat terjadi pada individu yang mengalami kondisi kesehatan yang kronis. Pasien yang sedang menjalani pengobatan medis ditemukan 25% diantaranya mengalami depresi dengan berbagai variasinya. Proses penyakit yang melemahkan juga merupakan hal yang berperan menyebabkan ketidakberdayaan klien dengan penyakit kronis. Ketidakberdayaan dan gejala depresi menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif dengan ide untuk bunuh diri. Hasil pemberian tindakan keperawatan ners, terapi kognitif, psikoedukasi keluarga dan terapi suportif dapat menurunkan tanda gejala dan meningkatkan kemampuan klien penyakit kronis dengan ketidakberdayaan beserta keluarganya. Perlunya optimalisasi dan pengembangan pelayanan kesehatan jiwa kepada klien dengan masalah psikososial terkhusus klien dengan ketidakberdayaan di tatanan pelayanan puskesmas.
Stres dan Korelasinya dengan Faktor Demografi pada Wanita Pekerja di Sektor Tembakau Monica Kartini; Berlian Nurtyashesti Kusumadewi
Jurnal Keperawatan Karya Bhakti Vol. 5 No. 2 (2019)
Publisher : Akademi Keperawatan Karya Bhakti Nusantara, Magelang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.49 KB)

Abstract

Latar Belakang: Peran ganda perempuan, khususnya yang bekerja di sektor pertanian tembakau, membuatnya harus bisa membagi waktu untuk urusan domestik dan juga mampu untuk melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh pekerja tembakau laki-laki. Konflik peran ganda berkaitan erat dengan munculnya gangguan kecemasan, depresi dan perasaan bersalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stress pada perempuan yang bekerja di sektor tembakau dan hubungannya dengan beberapa faktor demografi. Metode: penelitian ini adalah penelitian analitik korelasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 75 wanita pekerja di sektor tembakau di wilayah Kabupaten Temanggung berpartisipasi dalam penelitian ini, yang dipilih dengan menggunakan teknik non-probability sampling. Tingkat stress diukur dengan menggunakan instrumen Perceived Stress Scale (PSS) dan faktor demografi dilihat dari faktor usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, lama bekerja, jumlah anak, status tempat tinggal dan pendapatan keluarga. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis bivariat Chi- square. Hasil: Sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat persepsi stres sedang, yaitu sejumlah 52 wanita (69,33%). Sedangkan responden yang memiliki tingkat stress rendah sejumlah 21 wanita (28%) dan sebanyak 2 perempuan (2,67%) memiliki tingkat stress tinggi. Variabel demografi status pernikahan dan tingkat pendidikan memiliki p-value<0,05. Sedangkan faktor demografi lainnya memiliki p-value>0,05. Kesimpulan: Sebagian besar responden memiliki tingkat stres sedang (69,33%) dan hanya 2,67% subjek memiliki tingkat stres tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan status pernikahan dan usia. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres denganfaktor demografi lainnya. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana para perempuan pekerja di sektor tembakau beradaptasi dengan stres yang dihadapi dan adakah korelasi dengan tingkat kebersyukuran yang dimiliki.