Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Kajian Tentang Tenun Sesek dari Desa Pringgasela, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Ninik Juniati
KELUWIH: Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 1 No. 1 (2020): Keluwih: Jurnal Sains dan Teknologi (February)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.642 KB) | DOI: 10.24123/saintek.v1i1.2786

Abstract

Abstract—Development of fashion world has been following fashion trends including textiles, colors, shapes,fabric textures, and all other details in general fashion terms. One of the exploration and development in textiles is called wastra. Wastra isn't widely known by public. Wastra technique can come in various form, for example Tenun Sesek from Pringgasela Village, East Lombok, West Nusa Tenggara, Indonesia. This research aims to understand Tenun Sesek, from the preparation before weaving process until it serve to customer. This research also consist the explanation to preserve the sustainability process build by weavers in all related matters like designing motifs, dyeing yarn, and the weaving process itself. This research use qualitative descriptive approach with interview and observation as main focused methods. This methods was chosen to explore the subject more briefly. This methods will be supported with documentation photos to capture all the details and validated the data retrieval process. Output from this research is recycling process in every aspect to maintain the product life cycle. Keywords: Tenun Sesek, Weaving, Pringgasela Village Abstrak—Perkembangan fashion dunia selalu berkembang mengikuti fashion trend yang berlangsung. Fashion trend ini dimulai dengan perkembangan tekstil, warna, bentuk, tekstur kain dan detail busana secara global. Ide-ide untuk eksplorasi kain juga bisa berasal dari wastra yang masih belum begitu dikenal, salah satunya adalah Tenun Sesek dari Desa Pringgasela. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini bertujuan mengkaji tentang wastra yang berasal Desa Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa tenggara Barat. Hal-hal yang dikaji terkait tentang proses persiapan sebelum penenunan seperti mendesain motif, pencelupan benang, menenun benang hingga proses keberlanjutan (sustainability) yang dilakukan oleh para penenun di desa Pringgasela tersebut. Metodelogi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik wawancara dan observasi ini dipilih untuk menggali informasi tentang proses pembuatan Tenun Sesek dan didukung dengan data dokumentasi berupa foto proses pembuatan Tenun Sesek dan proses pengambilan data yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini. Salah satu hasil penelitian menunjukan bahwa disetiap proses pembuatan Tenun Sesek ini selalu ada proses daur ulang untuk meminimalkan limbah. Kata kunci: Tenun Sesek, penenunan, Desa Pringgasela
Perancangan Zero waste Collection S/S 2021 dengan Inspirasi Emosi Akibat Kabut Asap Jessica Gracilia Ulina Tarigan; Dina Natalia Prayogo; Ninik Juniati
KELUWIH: Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 1 No. 2 (2020): Keluwih: Jurnal Sains dan Teknologi (August)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1240.622 KB) | DOI: 10.24123/saintek.v1i2.2949

Abstract

Abstract— Emotion that is created by Smog tends to be different from the other disasters because smog has changing phases and causes as well as the victim’s emotions. The mixing and changing of these emotions became the inspiration that will be applied to the 60 womenswear, menswear, kidswear and lifestyle productcollection of city wear Spring Summer 2021 with the title Vigor. The process began with gathering informations about trend, techniques, and inspiration that will be summarize by using moodboard, shape, style, and details plan. Data is gathered with deeper research on written informations and also direct interview with a disaster psychologist. The results of the research is fashion product that representing emotion through dye and patch technique and also the way to reduce the production of waste in fashion products using zero waste method.Keywords: emotion, smog, zero waste Abstrak— Emosi yang dihasilkan dari bencana kabut asap cenderung berbeda dari bencana lainnya dikarenakan fase dan penyebab kabut asap mengakibatkan emosi yang muncul pun memiliki fase yang berubah. Pencampuran dan peralihan emosi ini yang menjadi inspirasi yang akan diterapkan pada 60 desain city wear dari womenswear, menswear, kidswear, dan 15 produk lifestyleZero waste collection dengan Trend Spring Summer 2021 berjudul Vigor. Perancangan dimulai dari pengumpulan informasi mengenai trend, teknik dan inpirasi yang dirangkum menggunakan moodboard, shape, style, dan details plan. Data dikumpulkan dengan penggalian literasi tertulis maupun wawancara dengan ahli disaster psikologi. Penelitian ini menghasilkan produk fashion dengan penggambaran emosi melalui teknik dye, patch, dan pengurangan limbah material dalam produksi produk fashion menggunakanKata kunci: emosi, kabut asap, zero waste
Perancangan Koleksi Pakaian dan Produk Lifestyle dengan Teknik Upcyle Jessica Wijaya; Guguh Sujatmiko; Ninik Juniati
KELUWIH: Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 2 No. 2 (2021): Keluwih: Jurnal Sains dan Teknologi (August)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/saintek.v2i2.4638

Abstract

Abstract—Social media is a very common thing nowdays. But most people these days have been addicted to social media. This could lead to physical and mental health. That is why social media addicted people tend to feel lonely, depressed, sad, and even lost themselves. Because of such issues, collection of modest citywear and lifestyle product for spring/summer 2021/2022 will be made based on Homespun trend forecast, and being titled with Fixation. This collection is made for inciting awareness about social media addiction danger in society. Fixation’s collection is made for men and women, girls and boys, with urban streetwear designs and some sporty vibes in it. Concept designs are completed with data from interview, which being done for getting upcycle techniques that fit with the concept. Upcycle technique will be applicated into 5 look of Fixation collection. Upcycling process is being done step by step, with sterilization process as the beginning of the process. Upcycle technique using much more energy and time, but it ends up well for environment and society in the future. Upcycle technique also upgrades creativity and can be made as treatment for people who need itKeywords: fixation, homespun, social media Abstrak—Media sosial merupakan hal yang sangat umum digunakan saat ini. Namun masyarakat saat ini banyak yang kecanduan akan penggunaan media sosial. Hal ini dapat berakibat pada kesehatan fisik maupun mental. Oleh karena itu pecandu media sosial cenderung merasa kesepian, depresi, sedih, hingga kehilangan jati diri mereka. Berdasarkan masalah tersebut, akan dibuat koleksi modest citywear dan lifestyle product spring/summer 2021/2022, berdasarkan tema besar Homespun, dengan judul koleksi berupa Fixation. Koleksi ini dirancang untuk mengingatkan masyarakat akan bahaya dari kecanduan sosial. Koleksi Fixation dirancang untuk dapat dikenakan oleh pria dan wanita, dari anak-anak hingga dewasa dengan desain urban streetwear dan sentuhan sporty pada desainnya. Perancangan konsep didukung dengan data wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan teknikupcycle yang sesuai dengan konsep. Teknikupcycleyang diaplikasikan pada koleksi dari Fixation yang terdiri dari 5 look. Proses upcycle dilakukan secara bertahap dengan melalui proses sterilisasi terlebih dulu. hasil penelitian menyatakan bahwa teknikupcycle membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak dalam pengerjaannya, namun berdampak baik bagi masyarakat dan lingkungan untuk kedepannya. Teknik upcycle dapat meningkatkan kreativitas dan juga sebagai terapi bagi orang yang menekuni teknikupcycle tersebut Kata kunci: fixation, homespun, social media
GAPURA WRINGIN LAWANG SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI MACRAMÉ Ninik Juniati; Ardeliah Tjiptawan
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 3 (2019): IMPLEMENTASI IDENTITAS BUDAYA LOKAL
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v7i3.971

Abstract

Wringin Lawang gapura (gate) is the entrance of all temples in Trowulan region in Mojokerto. It is unique  since it is layered and made entirely of red bricks. The brick arrangement detail of the gapura is an artistic inspiration for a macramé artwork. The purpose of this study is to combine elements of a local genius in the form of a typical East Java temple gate and an ancient art originated in Near Eastern Origin region in the form of a  wall hanging macramé. Overall the finished work is consistent with its design in terms of the amount of detail and parts of the macramé such as the layers. Thus, to overcome the shortcomings of the macramé, adding knot details to the tighter layers and or adding material such as beads or other materials that match the inspiration in the middle of the cord span to reduce the asymmetrical form of detail. A rip effect made the cord span more stable. Keywords : Wringin Lawang Gapura, Macramé, Wall Hanging___________________________________________________________________ Gapura Wringin Lawang merupakan pintu masuk dari semua candi yang ada di kawasan Trowulan, Mojokerto. Dia memiliki keunikan dari bentuk bertingkat-tingkat dan terbuat dari batu bata merah. Detail susunan batu bata pada gapura inilah menjadi inspirasi sebagai ide penciptaan karya seni macramé. Tujuan karya ini untuk memadukan unsur kearifan lokal bentuk gapura candi khas Jawa Timur dengan teknik macramé yang ada pada peradaban kuno Mesopotamia, Mesir kuno dan sekitarnya dengan bentuk wall hanging. Hasil karya ini disesuaikan dengan konsep desain secara detail dengan bagian-bagian seperti undakan. Material tambahan diletakkan di tengah bentangan tali untuk mengurangi bentuk detail yang tidak simetris, meminimalisir efek koyakan, sehingga membuat bentangan tali menjadi lebih stabil.Kata Kunci: Gapura Wringin Lawang, Macramé, Hiasan Dinding
Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Faktor Pengungkit Pengembangan Desa Wisata: Studi Kasus pada Wisata Sawah Sumber Gempong Veny Megawati; Andhy Setyawan; Hari Hananto; Hayuning Purnama Dewi; Njoto Benarkah; Aloysius Hery Pratono; Ninik Juniati
INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Vol. 5 No. 4 (2022): INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia - Edisi September 2022
Publisher : Forum Inovasi Bisnis dan Manajemen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.839 KB) | DOI: 10.31842/jurnalinobis.v5i4.251

Abstract

Pengembangan potensi desa menjadi desa pariwisata menjadi salah satu fokus pemerintah pusat dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pengembangan pariwisata tidak terlepas dari persepsi dan dukungan komunitas didalamnya. Dukungan komunitas terhadap pengembangan pariwisata dapat dijelaskan dalam kerangka pikir ekonomi maupun non ekonomi. Peran masyarakat sebagai bagian komunitas yang berfokus pada pendekatan ekonomi, yakni sisi manfaat dan biaya dijelaskan dalam perspektif Social Exchange Theory (SET). Selain faktor ekonomi, faktor non ekonomi juga menjadi pertimbangan yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan desa wisata. Pemberdayaan masyarakat desa menjadi faktor pengungkit non ekonomi yang penting untuk menggerakkan perubahan ke arah pengembangan desa wisata. Bertumpu pada Resident Empowerment through Tourism (RETS), penelitian ini berupaya mengungkap peran pemberdayaan masyarakat desa pada wisata sawah Sumber Gempong dalam ranah pengembangan desa wisata. Desain penelitian kualitatif dengan teknik field research dipilih untuk menelaah empat dimensi pemberdayaan masyarakat meliputi personal economic benefit, psychological empowerment, social empowerment, dan political empowerment. Data diperoleh melalui wawancara dan observasi pihak terkait, misalnya pemerintah desa (Kepala Desa dan jajarannya), BUMDesa Mutiara Welirang (Direktur, Manajer dan staff), serta masyarakat lokal pelaku wisata. Hasil penelitian menunjukkan adanya peran postif empat dimensi pemberdayaan masyarakat sebagai faktor pengungkit terhadap pengembangan desa wisata.
The Function and Meaning of Tope’ le’leng in the Death Ritual of The Kajang Tribe, South Sulawesi Ninik Juniati
Jurnal Kawistara Vol 12, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.72740

Abstract

Tope’ le’leng in the Kajang language means black sarong and is a typical sarong of the Kajang tribe worn by men and women, both for daily wear and worn at various ceremonies held by this tribe. The study of tope’ le’leng has been quite a lot. Still, no one has discussed its function and meaning in the death ritual of the Kajang tribe, considering that tope’ le’leng has been recognized as one of the Kajang tribe’s identities among other tribes in Indonesia. This study examines the function and meaning of Tope’ le’leng in death rituals, starting from when the corpse was still at home, funeral preparation, funeral processions, and follow-up rituals until 100 days. This research used an ethnographic approach with descriptive analysis. Data analysis used triple pattern (Pola Tiga) theories in Paradoxical Aesthetics from Jakob Sumardjo. The data sources in this study are Tope’ le’leng, the funeral ritual itself, the shaman who led the death rituals, and the local community who followed the funeral ritual. Data collection techniques used participatory observation and interviews. The results showed that Tope’ le’leng functioned as an object of donation, a sign of grief. It is a marker of a family of mourning (not wearing clothes other than tope’ le’leng) as a ritual object to cover the bamboo coffin and Pammorangan. Tope’ le’leng, as a ritual object, shows the social strata or economic level of the grieving family in the community. The Kajang people believed that the deceased spirit could see the family and the shaman as long as they did not wear clothes other than tope’ le’leng for 100 days. As one of the ritual and sacred objects, tope’ le’leng has presented a moment of transcendence and belief in the existence of spirits in death rituals. Based on the triple pattern theory (Pola Tiga), namely the relationship between the upper, middle, and lower worlds. Tope’ le’leng has another function as a relationship connector between God, man, and nature.  The simplicity of its form and composition does not detract from its function and meaning and even reinforces its sacredness as a ritual object in patuntung beliefs.
Penggunaan Teknik Wrap and Drape untuk Meningkatkan Minat Berkain Batik pada Masyarakat Desa Bejijong Ninik Juniati; Christabel AP; Veny Megawati; Hari Hananto; Njoto Benarkah
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7 No 3 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v7i3.8896

Abstract

Keberadaan kerajinan Batik di Desa Bejijong saat ini sedang mati suri dan dirasakan oleh masyarakat setempat, para perajin, penjual maupun pelaksana wisata edukasi membatik. Rendahnya hasil penjualan kain batik yang dipasarkan secara konvensional yaitu dengan cara dipamerkan di etalase toko pribadi, pusat oleh-oleh dan pameran. Melemahnya industri Batik di desa ini karena kurangnya minat masyarakat untuk memiliki kain batik dan berkain batik. Tujuan dari Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini adalah meningkatkan minat masyarakat untuk memiliki dan mau memakai kain Batik serta mengembangkan ide kreatif terkait visual merchandising yang dapat membantu para perajin Batik khas Bejijong menjual produksinya. Metode yang digunakan adalah pendampingan secara online dengan menggunakan media video tutorial tentang Teknik Wrap and Drape dan lomba modifikasi berkain batik yang diadakan secara online. Hasil pendampingan menyatakan bahwa Teknik Wrap and Drape dalam berkain batik dapat menjadi solusi untuk meningkatkan minat masyarakat untuk menambah koleksi kain Batik dan mau berkain batik dengan cara yang lebih modern, peserta lomba menjadi menjadi lebih kreatif dalam berbusana khususnya berkain batik. Ide-ide kreatif yang muncul melalui teknik ini dapat dimanfaatkan menjadi salah satu teknik pemasaran kain Batik Khas Bejijong yang lebih kreatif.