Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EFFECT OF CHRYSOMYA DOMINATION ON CALCULATING POST MORTEM INTERVAL Kristanto, Erwin G; Sembel, Dantje T; Salaki, Christina L; Kairupan, Carla; Huijbregts, Hans
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 1 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.1.2012.748

Abstract

Abstrak. Perkiraan saat kematian dihitung melalui penelitian dengan empat ekor bangkai hewan coba babi domestik pada lapangan terbuka dan area bersemak di Manado, Indonesia. Proses dekomposisi mulai dari tahap segar sampai skeletonisasi berlangsung selama 7-11 hari dengan tahap-tahap tumpang tindih, yang berbeda dengan di daerah empat musim (temperate). Chrysomya rufifacies dan Chrysomya megacepahala merupakan jenis lalat primer dominan yang ditangkap dari sekitar bangkai hewan coba dan dari hasil rearing. Simpulan: pada bangkai hewan coba yang didominasi oleh Chrysomya rufifacies dan Chrysomya megacephala, perkiraan saat kematian dengan menggunakan kedua spesies ini merupakan alat ukur terpercaya. Karakteristik perkembangan serangga amat dibutuhkan sebagai alat analitik untuk kepentingan penegakan hukum di Indonesia. Kata kunci: Chrysomya rufifacies, Chrysomya megacephala, dominasi, post mortem interval  Abstract. Post mortem intervals (PMIs) were estimated in each of four decomposing pig carcasses located in an open field, as well as in a bushy area in Manado, Indonesia. The decomposition in Manado, proceeded from fresh to complete skeletonization, which occured within seven to eleven days, and lacked the intermediate step characteristics of decomposition as would be found in more temperate climates. Chrysomya rufifacies and Chrysomya megacepahala were the most dominant fly species collected near the carcasses, and from the rearing. Conclusion: estimation of PMIs in carcasses dominated by Chrysomya rufifacies and Chrysomya megacephala is best done by using the two spesies as measuring tools. Detailed characterization of the development of forensically important species across an array of conditions is necessary to provide adequate analytical tools for law enforcement agencies in Indonesia.Key words: Chrysomya rufifacies, Chrysomya megacephala, domination, post mortem interval
Efektivitas Ekstrak Serai Wangi (Cimbopogon nardus L.) sebagai Larvasida Nyamuk Aedes aegypti Makkiah, Makkiah; Salaki, Christina L; Assa, Berty
JURNAL BIOS LOGOS Vol 10, No 1 (2020): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.10.1.2020.27977

Abstract

Efektivitas Ekstrak Serai Wangi (Cimbopogon nardus L.) sebagai Larvasida Nyamuk Aedes aegypti (The Effectiveness of Citronella Extract (Cymbopogon nardus) as Larvaside of Aedes aegypti) Makkiah*), Christina L Salaki **), Berty AssaProgram Studi Entomologi Pascasarjana Universitas Sam RatulangiManado, 95155*Email: khiaimoet@gmail.com,**Email korespondensi: christinasalaki@ymail.com  (Article History: Received 20-10-2019; Revised 27-11-2019; Accepted 30-12-2019) AbstrakPengendalian nyamuk sebagai vektor utama penularan penyakit DBD hanya dapat dilakukan dengan cara memutuskan rantai penularannya melalui pengendalian nyamuk. Pengendalian nyamuk dapat dilakukan pada tahap larva dengan menggunakan biolarvasida yang terbuat dari bahan alami dan salah satunya adalah dengan menggunakan ekstrak kasar dari tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus). Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak serai wangi sebagai larvasida larva Aedes aegypti instar III dan IV. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap. Larva yang digunakan adalah larva instar III dan IV, dengan  perlakuan konsentrasi ekstrak serai wangi 20%, 30%, 40%, dan 50% dalam 250 ml air. Pada penelitian ini terdapat kontrol yaitu aquades yang tidak ditambahkan larutan apapun. Pengamatan kematian larva dilakukan pada jam ke 1, 3, 6, 12, 24, dan jam ke 48 dengan replikasi sebanyak 4 kali. Data presentase mortalitas larva digunakan untuk menghitung nilai LC50 dan LT50 dengan menggunakan analisisi Probit. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak serai wangi efektif dalam mematikan 50% dari populasi  larva uji  dengan  nilai LC50 pada konsentrasi 36,48%serta waktu yang di butuhkan untuk mematikan  50% populasi larva uji adalah 10,45 jam. Kata kunci : Ekstrak, Cymbopogon nardus, larvasida, Aedes aegypti AbstractControl of mosquitoes as the main vector of transmission of DHF can only be done by breaking the chain of transmission through mosquito control. Mosquito control can be carried out at the larval stage by using biolarvasides made from natural materials, one of which is by using a crude extract from the citronella plant (Cymbopogon nardus). This research is to find out the effectiveness of citronella extract as larvae of Aedes aegypti larvae instar III and IV. This research is a pure experimental study using a complete random design. The larvae used were instar larvae III and IV, with the treatment of citronella extract concentration of 20%, 30%, 40%, and 50% in 250 ml of water. In this study, there was a control i.e. aquades which did not add any solution. Observation of larvae death was done at 1 hour, 2 hours. 4 hours, 12 hours, 24 hours and 28 hours with replication 4 times. Data on larval mortality were used to calculate LC50 and LT 50 values using Probit regression analysis. The results showed that citronella extract was effective in killing 50% of the population of test larvae with LC50 values at a concentration of 36.48% and the time needed to kill 50% of the population of test larvae was 10,450 hours.Keywords:  Extract, Cymbopogon nardus, larvasida, Aedes aegypti