This Author published in this journals
All Journal ALQALAM
Suadi Saad
IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PEMIKIRAN KALAM T.M. HASBI ASH-SHIDDIEQY Suadi Saad
Al Qalam Vol 22 No 3 (2005): September - December 2005
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1342.285 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v22i3.1367

Abstract

Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy adalah seorang tokoh ulama Nusantara abad XX yang sangat produktif dan telah menyumbangkan segudang karya dalam berbagai bidang ilmu, termasuk di bidang ilmu T auhid. Yang menarik untuk dicatat adalah bahwa Hasbi lebih cendenmg kepada pemikiran corak Salafi. Salah satu hal yang membuktikan tesis tersebut adalah kurang apresiatifnya Hasbi terhadap upaya mentakwilkan makna teks, sebagaimana halnya para ulama Salaf atau Ahl al-Nass.Di dalam tulisannya, Hasbi seringkali menyatakan, hendaklah kita cukupi dalam masalah yang kita bahas ini dengan apa yang diterangkan dalam Qur'an dan Sunnah, tidak membahasnya lebih lanjut lagi, karena akan membawa kepada sesuatu yang sebenamya tidak dapat diketahui akal manusia dan tidak ada kaitannya dengan kebahagiaan kehidupan manusia di dunia ini ataupun di akhirat.Kata Kunci: Dayah, maddah, salafi, kalafi, sunnah Allah, sirk, nadhar, mu'aththilah, musabbihah, ru'yah bila kayfa
PERSPEKTIF HADIS NABI SAW. TENTANG ZUHUD Suadi Saad
Al Qalam Vol 23 No 3 (2006): September - Desember 2006
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2026.928 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v23i3.1502

Abstract

Dilihat dari perspektif hadis Nabi saw, zuhud bukan berarti mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan hal-hal duniawi, tetapi merasa hati lebih terpaut kepada apa yang di sisi Allah daripada kepada harta, serta lebih berharap akan pahala dari musibah yang menimpa. Zuhud tidak selalu identik dengan kemiskinan. Kaya harta dengan cara yang halal, dan tidak menghambakan diri kepada kekayaan tersebut, sebaliknya hati selalu terpaut dengan apa yang ada di sisi Allah, juga merupakan zuhud.Dari perspektif hadis pula, pada hakikatnya zuhud ada dua: 1) zuhud dari dunia, dan 2) zuhud dari apa yang dimiliki manusia. Zuhud terhadap dunia, bukanlah dengan mengharamkan hal-hal yang dihalalkan oleh syariat, tetapi "hati lebih terpaut kepada apa yang ada di sisi Allah dari pada kepada apa yang kita miliki': dan 'Jika ditimpa musibah duniawi, lebih berharap akan pahalanya daripada tidak adanya musibah itu sendiri': Sementara, zuhud terhadap milik manusia akan menimbulkan rasa cinta mereka kepada kita.
PERSPEKTIF QUR'AN TENTANG KEHIDUPAN Suadi Saad
Al Qalam Vol 23 No 1 (2006): January - April 2006
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2009.829 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v23i1.1449

Abstract

Sikap manusia terhadap hidup di dunia ini ada dua: ada yang berpandangan optimis dan ada yang berpandangan pesimis. Kaum optimis, yang beragama maupun yang anti agama, sama-sama berpendapat bahwa hidup ini cukup berharga karena mengandung makna dan tujuan. Inilah pandangan manusia pada umumnya. Tetapi berkesimpulan bahwa hidup ini bermakna dan bertujuan belum berarti banyak, jika tidak diteruskan dengan upaya menjawab pertanyaan, makna yang mana dan tujuan yang mana, bernilai positi (baik) atau negatif (jahat)?Di dalam artikel ini dijelaskan tentang hidup di dalam perspektif ayat-ayat Qur'an menurut pemahaman saya dengan, tentusaja, ditunjang oleh hadis-hadis Nabi maupun pandangan beberapa mufasir. Upaya ini terasa penting agar kita dapat memahami apa sebenarnya hakikat, arti, dan tujuan hidup yang kita jalani ini, menurut Qur'an.
MENGGEMPUR TASAWUF HETERODOKS Suadi Saad
Al Qalam Vol 23 No 2 (2006): May - August 2006
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2078.214 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v23i2.1492

Abstract

Ajaran wahdat al-wujud (yang dibawa oleh Ibn 'Arabi) membawa konsekwensi bahwa subyek dari semua predikat adalah Tuhan, bahkan sekalipun subyek itu nyata-nyata berbeda, manusia atau non-manusia. Tuhan adalah imanen sekaligus transenden. Sekalipun demikian, doktrin tersebut terus mendominasi spekulasi sufi selama empat ratus tahun sehingga Ahmad Sirhindi menjadikan konsep-konsep dasar serta konsekuensi moral dan keagamaannya sebagai sasaran kritik tajam, dan memunculkan teosofi yang sejajar, yakni, yang dikenal dengan Wahdat al-suhud.Sirhindi melihat bahwa keyakinan akan Wujud Tunggal tidaklah obyektif. Ia adalah sebuah fenomena subyektif Bukti kesubyektifannya terletak pada munculnya ide itu sendiri. Sirhindi bersikap kritis terhadap aspek-aspek tertentu dari ajaran Ibn 'Arabi, tetapi kritik tersebut tidak menghalanginya untuk mengapresiasi kontribusi Ibn 'Arabi terhadap tasawuf secara keseluruhan.Berbagai ''gempuran" yang dilancarkan terhadap Wahdatul Wujud - corak tasawuf yang oleh sebagian ulama dianggap heterodoks - tidak lain adalah upaya purifikasi tasawuf yang ontologis-filosofis menuju kepada tasawuf yang lebih sufistik dan yang tidak mengabaikan syariat.