Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Spatial and Time Pattern Distribution of Water Birds Community at Mangrove Ecosystem of Bengawan Solo Estuary - Gresik Regency Sutopo .; Nyoto Santoso; Jarwadi Budi Hernowo
Media Konservasi Vol 22 No 2 (2017): Media Konservasi Vol. 22 No. 2 Agustus 2017
Publisher : Department of Forest Resources Conservation and Ecotourism - IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.239 KB) | DOI: 10.29244/medkon.22.2.129-137

Abstract

Mangrove ecosystem in Bengawan Solo estuary is a part of the essential ecosystem and also as important and endemic birds’ areas. Aim of this study is to analysis the parameter of habitat condition, analysis the different of time and spatial pattern and provide the management strategy for water birds and habitat. Reseach was carry out at January – May, 2017 (two period observation). Methods are used i.e. concentration count, single and unit plot, point count, interview and field observation. Data analyze using chi-square, grid-line point and mark point, beak-type and vegetation analysis. There are 41 (forty one) species of water birds (23 migrant species and 17 native species). Chi-square analysis have significance difference both the time and spatial and also type of feed with chi-square values (χ2 hit.(2;0,95) > χ2 tab.(2;0,95). Migrant birds’ occupy the mudflat for feeding and resting ground, while the native birds use pond areas. Common the invertebrate species as feed for migrant like crustace and native birds are tend to feed fish and shrimp. Feeding and resting activities by migrant birds was influence by water-tidal condition. Total of water birds population are 112.100+ individual. Total of mangrove species was identified are 15 (fifteen) species, and dominant at three habitus by Avicennia alba.Keywords: Bengawan Solo Estuary, mangrove ecosystem, spatial and time, water birds
Total Economic Value of Mangrove Forest in Pangkah Kulon and Pangkah Wetan Village Areas, Ujungpangkah District, Gresik Regency, East Java Province Nyoto Santoso; Rizki Praba Nugraha; Ricardo Andalas
Media Konservasi Vol 24 No 2 (2019): Media Konservasi Vol. 24 No. 2 Agustus 2019
Publisher : Department of Forest Resources Conservation and Ecotourism - IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.684 KB) | DOI: 10.29244/medkon.24.2.152-162

Abstract

Mangrove ecosystems have enormous benefits for the community, especially for people living on the coast. The problems in the management of mangrove forests in Pangkah Kulon and Pangkah Wetan Villages are people did not consider the importance of mangrove ecosystems in terms of economics. The purpose of this study is 1) analysis community perceptions of the mangrove ecosystem; 2) estimating the total economic value of the mangrove ecosystem in Pangkah Kulon and Pangkah Wetan Villages. Data analysis in this study used descriptive and quantitative analysis. Descriptive analysis is used to explain the activity of utilizing mangrove ecosystem resources, while quantitative analysis is used to calculate the perceptions and total economic value of mangrove ecosystems. The method of selecting respondents was purposive and snowball sampling, with a total number of respondents 60 person. Perception analysis using a Likert scale, analysis of the total economic value for the direct-use value using the price of resources used, indirect-use value using replacement costs, and option value using benefit transfers. The average perception of respondents has a value between 3.60 to 4.60, this mean that respondents agree and strongly agree to the functioning of mangrove ecosystems, both in economic, socio-cultural, ecological and physical functions, and respondents have a high dependency on mangrove resources. Analysis of the potential total economic value of the mangrove ecosystem is Rp. 97,547,237,496/year. The total economic value obtained from the direct-use value (utilization of the fisheries sector) amounted to Rp. 51,672,497,300/year, indirect-use value (abrasion restraints and sea waves) amounted to Rp. 45,161,544,004/year, and option value (biodiversity) amounted to Rp.713,196,192/year. The total economic value of the mangrove ecosystem in Pangkah Kulon and Pangkah Wetan Villages shows that the mangrove ecosystem provides great benefits for the community. Keywords: direct-use value, existence value, indirect-use value, mangrove ecosystem, option value, total economic value
Shorebird Community and Guild in Trisik Beach, Yogyakarta: KOMUNITAS DAN GUILD BURUNG PANTAI DI KAWASAN PANTAI TRISIK, YOGYAKARTA Nova Ika Rakhmawati Sumartono; Jarwadi Budi Hernowo; Nyoto Santoso
Media Konservasi Vol 24 No 3 (2019): Media Konservasi Vol. 24 No. 3 Desember 2019
Publisher : Department of Forest Resources Conservation and Ecotourism - IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.581 KB) | DOI: 10.29244/medkon.24.3.287-292

Abstract

Pantai Trisik merupakan area lahan basah yang terletak di bagian selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan Pantai Trisik berperan penting bagi kehidupan burung pantai. Tujuan penelitian yaitu menganalisis komunitas dan guild pakan komunitas burung di kawasan Pantai Trisik. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Oktober 2018 – Januari 2019 dengan teknik point count. Komunitas burung pantai di kawasan Pantai Trisik terdiri dari 22 jenis yang terbagi menjadi burung pantai migran dan residen. Tipe guild komunitas burung pantai di kawasan ini terbagi menjadi tiga kelompok guild pakan yaitu mollucivore, insectivore dan omnivore. Berdasarkan cara mendapatkan makanan, tipe guild mollucivore dikembangkan menjadi tiga tipe subguild. Tipe guild insectivore terdiri dari satu tipe guild. Tipe guild omnivore dikembangkan menjadi sepuluh tipe. Tipe guild yang paling banyak ditemukan adalah tipe guild omnivore sebanyak 17 jenis (77%). Kata kunci: komunitas burung, guild, burung pantai, kekayaan jenis
OPTIMIZATION OF THE ROLES OF STAKEHOLDERS IN THE DEVELOPMENT OF SAMARES ECOTOURISM IN BIAK NUMFOR REGENCY Gunardi Hamdani Hakim; Tutut Sunarminto; Nyoto Santoso
Media Konservasi Vol 25 No 3 (2020): Media Konservasi Vol. 25 No. 3 Desember 2020
Publisher : Department of Forest Resources Conservation and Ecotourism - IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/medkon.25.3.194-202

Abstract

Samares is a coastal area in the villages of Sepse and Imndi in the East Biak District, Papua. Samares has several natural tourism objects that have the potential to be used for ecotourism activities. However, the current condition of the potency for ecotourism has not been well developed. Stakeholders participation was analyzed to identify and map the stakeholders’ involvement and to formulate the role of stakeholders in the development of ecotourism in Samares. This research was conducted in Sepse Village from June to August 2019. Data were obtained from field observations, literature review, questionnaires and semi-directive interview. The data were analyzed using scoring technique to determine interest and influence of stakeholders. The results showed that there were 16 stakeholders involved in the development of ecotourism in Samares, which were categorized as subjects, key players, context setters, and crowds. Stakeholders consist of provincial and district government, NGO, community, and private entities. To enhance the development of ecotourism in Samares, increased collaboration of programs, synchronization and coordination that ecotourism management can be conducted unitedly and efficiently, increase stakeholders’ participation, and increasing tourism promotion activities in Samares. Keywords: cooperation, ecotourism, optimization, Samares, stakeholders’ role.
STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN Handini Widiyanti; Rinekso Soekmadi; Nyoto Santoso
RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan Vol 2 No 3 (2015): Desember
Publisher : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Taman Wisata Alam Kawah Ijen (TWAKI) merupakan salah satu obyek wisata di Jawa Timur yang sudah sangat terkenal akan keindahan alamnya dan semakin tahun jumlah wisatawan semakin meningkat. Namun, pengelolaan kawasan konservasi di TWAKI saat ini belum optimal dalam pengembangan ekowisatanya. Pengelolaan kawasan TWAKI menghadapi berbagai macam tantangan, dari faktor eksternal seperti vandalisme, kebakaran hutan, TWAKI menjadi mass tourism, gempa freatik dan keluarnya gas beracun, serta dari faktor internal, seperti: sumber daya, anggaran, tata batas, dan manajemen. Terkait permasalahan dan upaya pengelolaan yang telah dilakukan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, maka perlu dilakukan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di TWAKI. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji efektivitas pengelolaan kawasan konservasi pada setiap siklus pengelolaan yaitu perencanaan, masukan, proses dan keluaran sehingga didapat rekomendasi strategis yang efektif untuk peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dalam pengembangan ekowisata di TWAKI. Berdasarkan hasil penilaian Management Effectiveness Tracking Tool (METT) kawasan TWAKI, didapat nilai skor METT telah mencapai nilai minimum indeks METT yang artinya kawasan konservasi sudah dikelola secara efektif. Salah satu strategi untuk mendorong pengelolaan TWAKI yang berkelanjutan, efektif dan berdampak bagi kesejahteraan masyarakat yaitu pengelolaan secara bersama dengan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk membangun suatu model kolaborasi pengelolaan.
STRATEGI MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT BERKELANJUTAN PADA EKOSISTEM MANGROVE DI WONOREJO, KOTA SURABAYA Luthfia Zahra Zen; Dudung Darusman; Nyoto Santoso
RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan Vol 2 No 3 (2015): Desember
Publisher : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat adalah hal yang penting bagi perlindungan ekosistem mangrove. Bahkan sumber daya alam akan dipertahankan, jika memberikan manfaat dan menjadi sumber utama bagi pendapatan masyarakat. Penelitian  ini bertujuan untuk menentukan model mata pencaharian masyarakat yang berkelanjutan pada ekosistem mangrove di Wonorejo. Dengan pendekatan MDS dan RAPFISH, hasilnya menunjukkan bahwa penghidupan masyarakat bermata pencaharian sebagai petani mangrove, petani tambak dan nelayan harian cukup berkelanjutan. Keberlanjutan penghidupan dapat dilakukan oleh dua strategi terpilih melalui analisis SWOT yang terdiri dari menghentikan alih fungsi lahan yang bersifat komersial di tanah konversi dan pemanfaatan daerah-daerah potensial yang dikombinasikan dengan keterampilan masyarakat. Model dapat dikembangkan untuk lokasi ekowisata dengan konsep memanfaatkan potensi SDA dan potensi kelompok masyarakat di Wonorejo.
PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI LINGKUNGAN SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TWA KAWAH IJEN Restian Alif Junianti; Rinekso Soekmadi; Nyoto Santoso
RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan Vol 3 No 2 (2016): Agustus
Publisher : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

TWA Kawah Ijen merupakan kawasan pelestarian alam dengan potensi dan keunikan kawasan sebagai sarana rekreasi dan pariwisata bagi masyarakat dan pengunjung. Visi dan misi pengelolaan TWA Kawah Ijen yaitu mewujudkan kegiatan ekowisata. Namun, ekowisata di kawasan ini belum dikembangkan dengan optimal dan program pendukung konservasi kawasan masih terbatas. Untuk itu diperlukan perencanaan program interpretasi lingkungan agar membantu pengunjung mengetahui dan memahami (knowledge) potensi kawasan dan meningkatkan kepuasan (satisfaction) pengunjung. Program interpretasi yang disusun bertema “Eksplorasi Biodiversitas dan Keunikan Kawasan TWA Kawah Ijen” dengan target sasaran pengunjung kelompok umur remaja, dewasa dan orang tua. Teknik interpretasi yang digunakan yaitu teknik interpretasi langsung (personal service). Dalam mendukung pengembangan ekowisata maka pelibatan masyarakat sekitar kawasan dalam perencanaan program interpetasi lingkungan adalah sebagai jasa pemandu (interpreter) yang berkualitas dan berkompeten.Kata kunci:  program interpretasi, ekowisata, konservasi, pengunjung, interpreter
JEJARING AKTOR DALAM PENGELOLAAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT KONTEKS KPH OK Hasnanda Syahputra; Bramasto Nugroho; Hariadi Kartodihardjo; Nyoto Santoso
RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan Vol 4 No 3 (2017): Desember
Publisher : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jejaring aktor memiliki konsep suatu hubungan sosial yang diikat oleh adanya kepercayaan yang dipertahankan dan dijaga oleh norma-norma yang ada. Hubungan ini dapat dipandang sebagai sebuah interaksi yang saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan utuh yang terikat melalui satu jaringan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui siapa aktor yang menjadi pusat informasi didalam jaringan (centrality), aktor yang menjadi perantara (betweenness) dan aktor yang mempunyai hubungan terdekat (closeness) dengan para aktor lainnya sehingga mempunyai pengaruh yang besar dalam pengambilan kebijakan. Metode analisis data menggunakan pendekatan social network analysis (SNA), yaitu dengan melihat pola keterhubungan didalam jaringan. Hasil studi menunjukkan bahwa yang masuk katagori tertinggi untuk indegree :  kepala desa, dinas kehutanan provinsi, tokoh masyarakat, dan masyarakat desa pusong kapal,  outdegree: kepala desa, kesatuan pengelolaan hutan (KPH), perguruan tinggi, dan dinas kehutanan provinsi. Incloseness : kepala desa, KPH, perguruan tinggi, dinas kehutanan provinsi. Outcloseness  yaitu dinas kelautan dan perikanan Aceh Tamiang, kepala desa, lembaga swadaya masyarakat lembah tari, dan perguruan tinggi. Betweeness terdiri dari kepala desa, KPH, perguruan tinggi, dan dinas kehutanan provinsi.
ANALISIS POPULASI KEDIH (Presbytis thomasi) DI CAGAR ALAM PINUS JANTHO ACEH BESAR PROVINSI ACEH Ruskhanidar Ruskhanidar; Hadi Sukadi Alikodra; Entang Iskandar; Nyoto Santoso; Sri Supraptini Mansjoer
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 17, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2020.17.2.207-220

Abstract

Kedih (Presbytis thomasi) merupakan satwa primata endemic Sumatera, yang sebarannya terbatas di wilayah Aceh dan sebagian kecil Sumatera Utara. Populasi spesies ini sangat terancam karena habitatnya banyak mengalami gangguan, terutama kebakaran hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kedih di Cagar Alam Pinus Jantho (CAPJ) pada blok rehabilitasi dan blok perlindungan, dengan luas lokasi penelitian 184hektar. Penelitian dilakukan sejak Desember 2017 sampai September 2018. Metodologi penelitian pada pengamatan kedih menggunakan line transect sampling dan scan sampling untuk mengidentifikasi strata tajuk yang digunakan kedih untuk istirahat dan tidur. Jumlah jalur sebanyak 23 transek dengan panjang bervariasi antar jalur. Dari hasil pengamatan, ditemukan 7 kelompok kedih dengan total jumlah individu 34 ekor yang terdiri dari 8 jantan dewasa, 9 betina dewasa, serta 12 remaja dan 5 anak. Struktur umur kedih di CAPJ termasuk dalam kategori struktur umur stabil dibuktikan dengan umur kedih muda (anak+remaja) sama jumlahnya dengan kedih dewasa. Nisbah kelamin jantan dan betina dewasa 1:1,12 dan usia muda (anak dan remaja) dan dewasa 1:1. Strategi konservasi yang dapat dilakukan untuk pelestarian dan perlindungan kedih adalah dengan melakukan perbaikan habitat melalui pengayaan jenis vegetasi, peningkatan pengawasan terhadap kebakaran hutan dan kehadiran pemburu satwa, serta pembinaan terhadap masyarakat sekitar kawasan melalui penyuluhan dan pendidikan konservasi.
KEPEKAAN LINGKUNGAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP TUMPAHAN MINYAK DI KECAMATAN UJUNG PANGKAH, GRESIK Arif Prasetyo; Nyoto Santoso; Lilik Budi Prasetyo
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2017.14.2.91-98

Abstract

ABSTRACTMangrove ecosystem in the Sub-district of Ujung Pangkah, the District of Gresik, has an important role for human life, flora and fauna in the estuary of Bengawan Solo river. The existence of the mangrove ecosystem has been threatened by pollution through oil spillage from industrial activities both onshore and offshore. The aim of the study was to determine the environmental sensitivity of mangrove ecosystem against oil spillage using Geographical Information System application. Study result showed that 8.16% of the total area in Ujung Pangkah was categorized as very sensitive, and mainly located in mudflat area which was used mostly for fish cultivation. Sensitivity was dominated by sensitive category as much as 82.67% (5,919.61 ha in the mainland and 4,765.68 ha in an ocean area).Key words: Environmental sensitivity, Geographical Information System, mangrove ecosystem, oil spillage.ABSTRAKEkosistem mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia, flora, dan fauna di delta Sungai Bengawan Solo. Keberadaan ekosistem mangrove tersebut terancam oleh polusi dari tumpahan minyak, baik dari aktivitas industri di daratan, maupun di perairan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan tingkat kepekaan lingkungan ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak di Kecamatan Ujung Pangkah, Gresik dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis. Hasil penelitian menunjukkan terdapat sekitar 8,16% dari total luas kawasan di Kecamatan Ujung Pangkah yang masuk ke dalam kategori sangat peka, dan terletak secara dominan pada daerah mudflat yang digunakan sebagai lahan tambak. Tingkat kepekaan didominasi oleh katagori peka (82,67%), terletak di daratan seluas 5.919,61 ha dan di lautan seluas 4.765,68 ha.Kata kunci: Kepekaan lingkungan, Sistem Informasi Geografis, ekosistem mangrove, tumpahan minyak.