Prihatiningsih Prihatiningsih
Balai Penelitian Perikanan Laut

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

HASIL TANGKAPAN DAN UPAYA PENANGKAPAN MUROAMI, BUBU DAN PANCING ULUR DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Sri Turni Hartati; Karsono Wagiyo; Prihatiningsih Prihatiningsih
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1084.67 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.83-94

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli dan Nopember 2010, dengan tujuan mengkaji hasil tangkapan ikan ekor kuning (Caesionidae), kerapu (Serranidae), dan kakaktua (Scaridae), melalui kegiatan penangkapan jaring muroami, bubu, dan pancing ulur. Data yang dikumpulkan meliputi kelimpahan dan komposisi hasil tangkapan, aspek biologi ikan, produksi dan upaya penangkapan. Kelimpahan hasil tangkapan muroami berkisar 161-222 kg/perahu/hari didominansi oleh ikan ekor kuning (35,6-44,5%), bubu 9-12 kg/kapal/hari didominansi oleh ikan kakaktua 50% dan kerapu 13%, pancing ulur 1-87 kg/kapal/hari didominansi oleh ikan kurisi (Nemipterus spp.) dan kuwe (Caranx spp. dan Carangoides spp.) (38,1-41,2%) dan kerapu 11,2-20,6%. Sebaran panjang ikan ekor kuning bulan Juli dan Nopember 14,5-30,2 cm dan 13,1-29,5 cm, kakaktua 14,8-26,5 cm dan 12,8-38,7 cm, dan kerapu pada bulan Juli 18,4-23,5 cm. Ikan ekor kuning dan kakaktua mempunyai beberapa kelompok umur, mengindikasikan ada beberapa frekuensi pemijahan dalam setahun. Tingkat kematangan gonad ikan ekor kuning betina bulan Juli didominansi stadia 1, bulan Nopember didominansi stadia 4, dan kakaktua pada bulan Juli dan Nopember didominansi stadia 1. Data tingkat kematangan gonad belum dapat digunakan untuk menduga musim pemijahan. Rendahnya kelimpahan hasil tangkapan ikan kerapu, serta minimnya informasi biologi karena sulitnya memperoleh sampel mengidikasikan bahwa populasi ikan kerapu sudah terdegradasi. Tren catch per unit of effort muroami memiliki kecenderungan meningkat kembali pada tahun 2008 dan 2009, yaitu 12,99 dan 10,26 ton/unit/tahun, setelah mengalami penurunan yang tajam antara tahun 2000-2007 yaitu 0,03-0,64 ton/unit/tahun. Produksi ikan kerapu dan kakaktua relatif rendah, tahun 2008-2010 pada kisaran 75-505 kg/tahun, dan 2.359-3.267 kg/tahun, dan berfluktuasi pada setiap bulannya. The study was conducted in July and November 2010, with the aim of assessing the catch of yellow tail, grouper, and parrotfish, through fishing activities using muroami nets, traps, and handline. Data collected include the abundance and composition of the catch, fish biology, production and fishing effort. Abundance of muroami catch ranged 161-222 kg/boat/day, dominated by yellow tail (35.6-44.5%), traps 9-12 kg/boat/day dominated by the parrot fish 50%, and groupers 13%, handline 1-87 kg/boat/day dominated by threadfin bream and trevally (38.1-41.2%) and grouper from 11.2-20.6%. Yellow tail length distribution in July and November was 14.5-30.2 cm and 13.1-29.5 cm, parrot fish 14.8-26.5 cm, and 12.8-38.7 cm, and grouper in July 18.4-23.5 cm. Yellow tail and parrot fish have some age groups, indicating there was some spawning frequency in a year. Gonad maturity stages yellow tail female in July dominated by stage 1, in November was dominated by stage 4, and parrot fish in July and November dominated by stage 1. Gonad maturity stages data can not be used to estimate the spawning season. The low abundance of fish catch of grouper, and the lack of biological information because of the difficulty for obtaining samples indicates that the grouper population has been degraded. catch per unit of effort trend of muroami showed tendency to increase again in 2008 and 2009 of which (12.99 and 10.26 tons/unit/year ), after experiencing a sharp decline between the years 2000-2007 of which (0.03-0.64 tons/unit/year). The production of grouper and parrotfish relatively low, the year 2008-2010 in the range of 75-505 kg/year, and 2,359-3,267 kg/year, and fluctuated on a monthly basis.
PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT Umi Chodrijah; Agus Arifin Sentosa; Prihatiningsih Prihatiningsih
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.731 KB) | DOI: 10.15578/jppi.24.4.2018.253-261

Abstract

Hiu macan (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) merupakan predator puncak yang ditandai dengan sebaran yang luas dan ukurannya lebih besar.  Spesies hiu ini masuk dalam famili Carcharhinidae yang banyak tertangkap di perairan Samudera Hindia. Status konservasi jenis ini masuk dalam Daftar merah IUCN dan hampir terancam (NT) serta informasi tentang biologi khususnya parameter pertumbuhan spesies ini masih sangat terbatas.Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi parameter pertumbuhan hiu macan di perairan Samudera Hindia bagian Selatan Nusa Tenggara Barat. Penelitian dilakukan di tempat pendaratan ikan  Tanjung Luar, Lombok Timur pada bulan Januari sampai dengan Desember 2016. Pengamatan meliputi panjang total tubuh dan jenis kelamin yang dilakukan dengan pengukuran dan pengamatan langsung secara visual di lapangan. Hasil penelitian terhadap 808 ekor ikan contoh menunjukkan bahwa kisaran panjang total untuk hiu macan (Galeocerdo cuvier)  terdistribusi pada ukuran antara 116 - 400 cmTL dengan panjang rata-rata 242,8 cm TL serta modus pada ukuran 240 cmTL. Perbandingan kelamin ikan hiu macan  jantan dan betina dalam keadaan tidak seimbang, dengan jumlah jantan lebih besar.  Estimasi panjang asimtotik (L∞) sebesar 420 cmTL dengan laju pertumbuhan (K) 0,260/tahun, laju kematian total (Z)  1,10/tahun, laju kematian alamiah (M) 0,35/tahun serta laju kematian akibat penangkapan (F) 0,75/tahun. Estimasi laju eksploitasi sudah mengarah kepada penangkapan yang berlebih (E = 0,68) oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pengelolaan agar pemanfaatannya tetap lestari.Tiger sharks (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) were widely held in the depths of the Indian Ocean. Its conservation status was on the IUCN Red List and was near threatened (NT). The purpose of this study was to obtain the parameters of growth in the South off West Nusa Tenggara waters. The study was conducted at Tanjung Luar landing site, East Lombok in January until December 2016. The observation included total length and sex with visual measurement and observation in the field. The results of the study showed the number of 808 individues that the total length range for tiger shark (Galeocerdo cuvier) caught in Indian Ocean waters landed on Tanjung Luar was distributed on a size between 116-400 cmTL with an average length of 242.8 cmTL and a mode at 240 cmTL. The sex ratio of male and female tiger sharks was in an unbalanced state, with larger females. Estimation of asymptotic length (L∞) of 420 cmTL with growth rate (K) 0.260 / year, total mortality rate (Z) 1.10 / year, natural mortality rate (M) 0.35 / year and mortality rate due to arrest (F) 0.75 / year. Estimation of the rate of exploitation has led to overfishing (E = 0.68) therefore it was necessary to take regulatory and management measures to ensure sustainable utilization.
PARAMETER POPULASI IKAN BAWAL PUTIH (Pampus argenteus) DI PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN TIMUR Prihatiningsih Prihatiningsih; Nurainun Mukhlis; Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (862.572 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.3.2015.165-174

Abstract

Ikan bawal putih (Pampus argenteus) mempunyai nilai ekonomis penting dan sebagai salah satu komoditas unggulan di perairan Tarakan. Informasi tentang biologi perikanan ikan tersebut masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untukmengestimasi parameter populasi meliputi pertumbuhan, umur, mortalitas dan tingkat eksploitasi ikan bawal putih. Data frekuensi panjang bulanan dikumpulan pada Februari – Nopember 2013 dengan bantuan enumerator. Sebaran frekuensi panjang ikan dipisahkan kedalam sebaran normal menggunakan metode Bhattacharya pada progran FiSAT (FAO-ICLARM Stock Assessment Tools). Estimasi parameter populasi dengan aplikasi model analitikmenggunakan program ELEFAN-1 (Electronic Length Frequency Analysis). Hasil penelitian menunjukkan ukuran panjang ikan bawal putih berkisar antara 9,0 cm–35,0 cmFL. Hubungan panjangberat ikan bawal putih yang tertangkap dengan jaring insang bersifat allometrik negatif mengikuti persamaan W= 0,187L2,374. Nilai rata-rata panjang ikan pada saat pertama kali tertangkap (Lc) sama dengan ukuran pertama kali matang gonad (Lm). Laju pertumbuhan (K) sebesar 0,52/tahun dan panjang asimptotik (L ) sebesar 37,28 cmFL. Persamaan pertumbuhan dari Von Bertalanffy sebagai Lt = 37,28 (1 – e-0,52(t-+0,07)). Mortalitas alami (M) adalah 1,11/tahun, mortalitas karena penangkapan (F) = ,65/tahun dan mortalitas total (Z) = 1,65/tahun. Laju pengusahaan (E) sebesar 0,60 berarti tingkat eksploitasinya sudah melebihi dari nilai optimal (E=0,5) atau populasi ikan bawal putih dalam keadaan lebih tangkap (over exploited). Untuk itu diperlukan kebijakan pengelolaan secara hati-hati dengan mempertimbangkan aspek biologi dan aspek penangkapan yang sedang berjalan.White pomfret (Pampus argenteus) is one of the economically important fish and includes leading commodity in Tarakan waters. Information of fishing biology of those species were still limited. This study aims to determine the population parameters including growth, age, mortality and exploitation rate of white pomfret. Monthly length frequency data have been collected by enumerator from February to November 2013. Fish lengthfrequency distribution was separated into a normal distribution using the Bhattacharya method with software of FiSAT (FAO-ICLARMStock Assessment Tools). Estimation of population parameters were use analytical model application with ELEFAN-1 (Electronic Length Frequency Analysis) program. The results showed that lengths distribution of white pomfret ranged beetwen 9.0 cm -35.0 cmFL. Length-weight relationship was negatively allometric. Estimating the average length at first captured (Lc) was equal with average length at first maturity (Lm) with growth equation of Lt = 37.28 (1 - e-0, 52 (t +0.07)). Natural mortality (M) was 1.11/year, fishing mortality (F) was 1.65/yearand total mortality (Z) was 1.65/ year. The exploitation rate (E) was 0.60. It is mean that more higher than optimal exploitation so that the white pomfret fish population in a state of over fished. It is necessary to better policy in the management of white pomfret through precaution approach and describing of biologycal and fishing aspect in Tarakan, Kalimantan Timur.
BIOLOGI REPRODUKSI DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN LAYUR (Trichiurus lepturus, Linnaeus) DI SEKITAR PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN Prihatiningsih Prihatiningsih; Nurulludin Nurulludin
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1176.136 KB) | DOI: 10.15578/bawal.6.2.2014.103-110

Abstract

Ikan layur tergolong ikan demersal dan permintaannya terus meningkat baik lokal maupun ekspor, menyebabkan produksi ikan layur jugameningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui biologi reproduksi dan kebiasaan makanan ikan layur di perairan Binuangeun-Banten. Pengambilan contoh dilakukan pada Januari – Desember 2013 dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan alat tangkap jaring rampus, pancing rawai dan pancing ulur. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan ikan layur bersifat allometrik positif, rata-rata ukuran pertama kali tertangkap lebih besar dibandingkan dengan ukuran pertama kali matang gonad sehingga masih dapatmelakukan proses rekruitmen. Pemijahan ikan layur diduga terjadi beberapa kali dalamsetahun. Nilai IKGbetina maupun jantan mengalami peningkatan dari TKG I sampai dengan TKG V yang akan menurun lagi pada TKG spent. Pola pemijahan ikan layur adalah partial spawner dan memiliki potensi reproduksi yang cukup besar dengan fekunditas berkisar 12.928–294.700 butir telur. Kebiasaanmakan ikan layur tergolong karnivora.The ribbonfish classified as demersal fish and the ever increasing demand for both local and export, causing ribbonfish production increase from year to year. This study aims to determine the reproductive biology and food habits of ribbonfish in the Binuangeun waters - Banten. Sample collected in January December 2013, with bottom gillnet, longline and handline . The results showed a pattern of growth the ribbonfish is allometric positive, The average length at first capture was higher than the average length at first maturity so that they can carry out the recruitment process. Ribbonfish spawning is thought to occur several times a year. Value IKG females and males has increased from TKG I to V which will decrease again at TKGspent. Ribbonfish spawning patterns are partial spawner and have the reproductive potential is quite large with fecundity ranging 12.928-29.4700 eggs. Feeding habits of ribbonfish is carnivor.
PARAMETER POPULASI IKAN KERAPU KARANG BINTIK BIRU (Cephalopholis cyanostigma, Valenciennes, 1828) DI PERAIRAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH Prihatiningsih Prihatiningsih; Isa Nagib Edrus; Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 11, No 1 (2019): (April) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.11.1.2019.59-68

Abstract

Ikan kerapu karang bintik biru (Cephalopholis cyanostigma) merupakan kelompok ikan karang dari family Serranidae. Ikan ini dalam daftar merah IUCN versi 2016-3, termasuk spesies yang kurang perhatian (least concern). Ikan ini termasuk komoditas penting dan terus dieksploitasi. Dalam rangka penentuan pengelolaan perikanan yang baik diperlukan informasi dasar terkait dengan parameter populasi kerapu karang bintik biru di wilayah tersebut. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 di Karimunjawa, Jawa Tengah untuk melakukan kajian parameter populasi. Metode yang digunakan adalah metode sampling secara acak dengan aplikasi model analitik yaitu model Gulland & Holt plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modus ukuran ikan kerapu karang bintik biru adalah 25 cm TL, dengan kisaran 15,6 – 38,9 cm TL. Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy untuk kerapu karang bintik biru adalah Lt = 37,29(1– e-0,3(t-0,0429)). Rata-rata ukuran panjang pertama kali tertangkap (Lc) lebih besar dari rata-rata ukuran panjang pertama kali matang gonad (Lm). Tingkat kematian alami (M=0,78/tahun) ikan C.cyanostigma lebih kecil dibandingkan dengan tingkat kematian karena aktivitas penangkapan (F=0,99/tahun)  dan tingkat pemanfaatannya sebesar 0,56/tahun sehingga pengelolaan ikan kerapu karang bintik biru (C.cyanostigma) di Karimunjawa, Jawa Tengah sedikit melebihi optimum.The bluespotted hind (Cephalopholis cyanostigma) is a group of coral fishes from the family Serranidae. The fish is in the IUCN Red List version 2016-3, including species that have least concern. This fish is an important commodity that is still being exploited. In order to determine the management of good fisheries, it is required basic information related to the parameters of the bluespotted hind population in the region. This research was conducted in Karimunjawa, Central Java based on data collected during period of survey in 2016. The purpose of this study was to reviewing the population parameters of bluespotted hind. This study used random sampling method and the analitycal model by the application of Gulland & Holt plot. The results showed that the fish length mode of bluespotted hind was 25 cm TL, with a range of 15.6 - 38.9 cm TL. The growth equation of Von Bertalanffy for a bluespotted hind was Lt = 37,29 (1 – E-0.3 (T-0.0429)). The average fish length of first captured (Lc) is greater than the average fish length of first maturity (Lm). Natural mortality (M = 0.78/year) is smaller than the fishing mortality (F = 0.99/year). The exploitation rate was 0.56/year indicates that the utilization rate of the bluespotted hind (C. Cyanostigma) in Karimun Jawa, Central Java slightly exceeds the optimum.
PARAMETER POPULASI DAN TINGKAT EKSPOITASI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI LAUT JAWA Nurulludin Nurulludin; Prihatiningsih Prihatiningsih
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 6, No 3 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.816 KB) | DOI: 10.15578/bawal.6.3.2014.163-168

Abstract

Ikan kuniran (Upeneus sulphureus) merupakan salah satu ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis penting dalamperikanan di Indonesia. Pada saat ini, pemanfaatan sumberdaya ikan kuniran di Laut Jawa dengan menggunakan cantrang. Dalammenjaga kelestarian sumberdaya ikan kuniran tersebut diperlukan penelitian yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaannya. Penelitian tentang parameter populasi ikan kuniran di Laut Jawa dilaksanakan pada bulan Februari - Desember 2012 melalui pengumpulan data frekuensi panjang secara bulanan di TPI Tegalsari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa parameter populasi ikan kuniran di Laut Jawa.Analisis terhadap 6.290 ekor ikan kuniran dengan perangkat lunak FISAT (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools), diperoleh beberapa parameter populasi sebagai berikut: koefisien pertumbuhan (K) sebesar 0,64 per tahun, panjang asimtotik (L ) sebesar 15,02 cm FL, panjang rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) sebesar 7,78 cm, rata-rata panjang pertama kali matang gonad (Lm) sebesar 8,4 cm, laju kematian alami sebesar (M) 1,64 per tahun, laju kematian akibat penangkapan sebesar (F) 0,94 per tahun, dan tingkat eksploitasi sebesar E 0,36 per tahun yang berarti tingkat pemanfaatan ikan kuniran dapat ditingkatkan 28% dari keadaan saat ini.Silver goatfish (Upeneus sulphureus) is one of demersal fish has an important economic value in Indonesia. The utilization of silver goatfish resources been exploited for a long time with a variety of fishing gear, especially with danish seine. In order to conserve of silver goatfish resources its necessary to conduct can be guidance in the management. The research was conducted in February December 2012 in the Java Sea. Goatfish fork length measurements taken randomly from 6.290 sample in Tegal. This paper aims to determine some parameters populations of silver goatfish (Upeneus sulphureus) in the Java Sea. Analysis of the data using FISAT II software (FAO-ICLARMStock Assessement Tools). Analysis results obtained some goatfish population parameters the growth coefficient (K) of 0.64 per year, (L ) 15.02 cm,(Lm) 8.4 cm, (M) per year 1.64 (F) 0.94 per year and E 0.36 per year which mean utilization can be improved about 28%from the current state.
DINAMIKA POPULASI IKAN SWANGGI (Priacanthus tayenus) DI PERAIRAN TANGERANG – BANTEN Prihatiningsih Prihatiningsih; Bambang Sadhotomo; Muhamad Taufik
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 5, No 2 (2013): (Agustus 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.411 KB) | DOI: 10.15578/bawal.5.2.2013.81-87

Abstract

Ikan swanggi merupakan ikan ekonomis dan ekologis penting dan statusnya di perairan belum terevaluasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, umur dan mortalitas ikan swanggi yang dapat memberikan kontribusi terhadap pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan dan lestari. Data frekuensi panjang dan berat ikan pada Januari – Desember 2012 diperoleh dari perairan Tangerang dan sekitarnya berasal dari hasil tangkapan jaring cantrang. Sebaran frekuensi panjang ikan dipisahkan kedalam sebaran normal menggunakan metode Bhattacharya. Hubungan panjang-berat ikan swanggi jenis jantan dan betina bersifat allometrik negatif dan memiliki faktor kondisi yang baik (k=1,26). Rata-rata ukuran pertama kali tertangkap ikan swanggi (Lc=20,84 cm) lebih besar dibandingkan dengan ukuran pertama kali matang gonad (Lm=16,03 cm). Ikan swanggi dapat tumbuh hingga mencapai panjang infinitive (L∞) = 32,34 cm dengan laju pertumbuhan (K) sebesar 0,91 tahun-1 dan nilai dugaan umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol (t0) adalah 0,14 tahun-1. Panjang maksimal ikan swanggi  diduga berumur 3,5 tahun dan rata-rata panjang ikan pertama kali matang gonad (Lm) diduga berumur 0,75 tahun. Mortalitas alami (M) ikan swanggi adalah 1,67, mortalitas karena penangkapan (F) 0,83, mortalitas total (Z) 2,50 dan tingkat eksploitasi (E) sebesar 0,33 yang berarti pemanfaatannya masih dapat ditingkatkan sekitar 34% dari keadaan saat ini. The purple spotted bigeye an economically and ecologically important fish and status  in the waters have not been evaluated well. This research was aimed to understand the growth, age and mortality of the purple spotted bigeye. It was hoped that the results of this research can be contributed in sustainable fisheries management. The  length frequency data and weight of fish in January - December 2012 was obtained from Tangerang and surrounding waters derived from trawl’s catch,. The size distribution of the fish was divided into normal distribution by using Battacharya Method. Length weight relationship of the male and female fish were negative allometric and has a good condition factor (K=1,26). The average length at first capture of the purple spotted bigeye (Lc = 20,84) was higher than the average length at first maturity (Lm=16,03). The purple spotted bigeye can grow into infinitive length of (L∞) = 32,34 cm with growth rate (K) of 0,91 year-1 and (t0) value of 0,14 year-1. The maximum length of the fish was predicted reach at age of 3,5 years with the average length of first maturity predicted reach at age 0,75 years. Natural mortality value (M) of the purple spotted bigeye was 1,67; fishing mortality (F) value was 0,83; total mortality value (Z) was 2,5 and exploitation rate (E) was at 0,33 which mean utilization can be improved about 34% from the current state.
HUBUNGAN PANJANG-BERAT, KEBIASAAN MAKANAN, DAN REPRODUKSI IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus gibbus: Famli LUTJANIDAE) DI PERAIRAN SELATAN BANTEN Prihatiningsih Prihatiningsih; Mohammad Mukhlis Kamal; Rahmat Kurnia; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.42 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.1.2017.21-32

Abstract

Ikan kakap merah (L. gibbus) adalah jenis ikan demersal dari famili Lutjanidae yang bernilai ekonomis penting dan banyak tertangkap di Indonesia. Informasi tentang kebiasaan makan dan aspek reproduksi ikan kakap merah di Indonesia masih relatif sedikit. Selain itu, telah terjadi penurunan stok ikan kakap merah di Selatan Banten selama 6 tahun terakhir (2008-2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan panjang-berat, kebiasaan makan dan reproduksi ikan kakap merah.. Penelitian dilakukan selama 3 tahun (2013, 2015 dan 2016). Ikan contoh diambil dari hasil penangkapan ikan oleh para nelayan dengan alat tangkap pancing rawai dasar dan pancing ulur dengan mata pancing no 7-10 yang didaratkan di Binuangeun-Banten. Analisis fekunditas dilakukan di Laboratorium dengan metode gravimetrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan kakap merah jantan memiliki ukuran lebih panjang dibandingkan ikan betina, pola pertumbuhannya bersifat isometrik. Kebiasaan makan ikan kakap merah tergolong ikan karnivora dimana makanan utamanya adalah ikan dan kepiting (Portunidae). Nisbah kelamin jantan dan betina tidak seimbang yaitu 1: 1.53. Fekunditas berkisar 14.050–596.243 butir dengan rata-rata 170 869 butir, diameter telur berkisar 0,03–1,02 mm dan pola pemijahannya bersifat salin sebagian (partial spawner).The humpback red snapper (Lutjanus gibbus) is the family of lutjanidae which has important economic value in Indonesian capture fisheries. In addition, there has been a sharp decline on the population of  humpback red snapper in the Southern part of Banten during the last 6 years (2008-2013). This study aims to examine the growth function, food habits and reproductive biology of L. gibbus in the Southern part of  Banten Waters. Fish samples were collected for 3 years (2013, 2015 and 2016) both from fishing ground and landing places in Binuangeun-Banten, caught by handline and bottom longline. The fecundity analysis was performed in Laboratory by gravimetric method. The results showed that the average size of males of humpback red snapper was longer than females with the growth pattern was isometric. The food habits of humpback red snapper was classified as carnivorous fish in which the main food item consist of fish and crab (Portunidae). Sex ratio of males and females were unbalance by 1: 1.53. The fecundity ranges from 14.050-596.243 eggs with an average of 170.869 eggs. The humpback red snapper found as  partial spawner which eggs diameter ranged from 0,03 to 1,02 mm.
PARAMETER POPULASI IKAN KAKAP LAUT-DALAM (Etelis radiosus, Anderson 1981) DI PERAIRAN TELUK CENDERAWASIH, PAPUA Nurulludin Nurulludin; Suprapto Suprapto; Prihatiningsih Prihatiningsih
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.207 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.2.2016.125-130

Abstract

Ikan kakap laut-dalam (Etelis radiosus) adalah salah satu sumberdaya demersal ekonomis penting di Indonesia. Informasi ilmiah tentang ikan kakap laut-dalam ini masih sangat jarang, terutama dari kawasan Teluk Cenderawasih bagian Utara Papua. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari – November 2013 di Teluk Cenderawasih. Aanalisis panjang cagak ikan terhadap 3.255 ekor menggunakan software FISAT II, diperoleh beberapa nilai parameter populasi sebagai berikut: laju pertumbuhan (K) sebesar 0,17 per tahun, panjang asimtotik (L ) 108,68 cm FL, laju kematian alami (M) 0,4 pertahun, dan laju kematian karena penangkapan (F) 0,17 per tahun. Estimasi tingkat ekploitasi (E) sebesar 0,30 memiliki pengertian bahwa tingkat pemanfaatan ikan kakap laut dalam masih di rendah dan dapat ditingkatkan. Deep-sea snapper (Etelis radiosus) is one of high economic valued of demersal resources in Indonesia. Scientific information on deep-sea snapper is limited, especially from the northern part of Cenderawasih Gulf, Papua. This paper aims to determine some parameters populations of deepsea snapper (Etelis radiosus) in the gulf of Cenderawasih, Papua. The research conducted in February - November 2013 in the Gulf of Cenderawasih. Deepsea snapper fork length measurement randomly taken from 3.255 fishes in Nabire. The result obtained that the growth coefficient (K), asymptotic length (Linf)), natural mortality (M), fishing mortality (F) and exploitation rate (E) were 0.17/ year, 108.68 cmFL, 0.4/year, 0.17/year and 0.30/year. That implied the deepsea snapper fishing exploitation is under exploitation and there possibility of precountionary increasing of fishing effort.
BIOLOGI REPRODUKSI DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN BANGGAI CARDINAL (Pterapogon kauderni, KOUMANS 1933) DI PERAIRAN BANGGAI KEPULAUAN Prihatiningsih Prihatiningsih; Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 4, No 1 (2012): (April 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (892.99 KB) | DOI: 10.15578/bawal.4.1.2012.1-8

Abstract

Ikan Banggai Cardinal bersifat endemik di perairan Banggai Kepulauan dan saat ini mengalami tekanan penangkapan yang intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi reproduksi sebagai dasar pengelolaannya. Contoh ikan ditangkap dengan menggunakan alat “bundre/serokan” (scoop net) dari bulan April 2010 – Januari 2011. Hasil penelitian menunjukkan panjang cagak ikan Banggai Cardinal berkisar 1,2 – 7,9 cm (rata-rata 4,0 cm) dan berat berkisar 0,1 – 12,9 gram. Pertumbuhannya bersifat allometrik dan rata-rata ukuran panjang cagak pertama kali tertangkap (Lc) = 3,75 cm dan lebih kecil dari rata-rata panjang cagak pertama kali matang gonad (Lm) = 4,40 cm. Tingkat kematangan gonad tersebar pada stadia I sampai memijah dan pemijahan berlangsung sepanjang tahun dan bersifat total spawning. Fekunditas berkisar 12 – 124 butir, diameter telur yang sudah matang berkisar  0,4 – 4,0 mm dengan rata-rata 3,02 mm. Berdasarkan analisis kebiasaan makannya dapat diketahui bahwa ikan Banggai Cardinal tergolong hewan karnivora. Banggai Cardinal Fish are endemic fish obtained in the Banggai Island waters and it is currently intense fishing pressure. This study aims to determine the biological aspects of reproduction as the basis for its management. Samples obtained by using “bundre” (scoop net) during April 2010 - January 2011. The results showed that the individual length of Banggai Cardinal ranged from 1,2 cm to 7,9 cm (mean 4,0 cm) and individual weight ranged from 0,1 gram to 12,9 grams. It is allometrik growth and the average length at first captured (Lc) = 3,75 cm and smaller than average length at first maturity (Lm) = 4,40 cm. Gonadal maturity stages spread in stage I – spent, spawning takes place throughout the year and it seems total spawning, a fecundity is estimated between 12-124 eggs. The average diameter of the mature eggs ranged from 0,4 mm to 4,0 mm (the batch average of 3,02 mm). Based on food habit analysis it can be concluded that the Banggai Cardinal Fish was carnivor