Eben Munthe
Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil (STAPIN) Majalengka

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Implikasi Penggunaan El dan YHWH dalam Kekristenan Masa Kini Eben Munthe
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 5, No 1 (2019): April 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v5i1.92

Abstract

The use of the terms El and YHWH relating to the name of God or God in the Bible produces a lot of discussion, in which groups eventually tend to maintain YHWH or Yahweh as names that cannot be replaced. The group is usually called Yahweism, or the admirers of the name Yahweh. This article provides a literature review with a qualitative approach to the texts of the Scriptures concerning the use of the term name. With descriptive and analytical methods, the conclusion is that the use of El and YHWH in the Old Testament refers to the same person so that it is not necessary to debate its use. El refers to revelation in general, while YHWH shows special revelation in the context of the election and salvation of a nation or people. AbstrakPenggunaan istilah El dan YHWH berkaitan dengan nama Allah atau Tuhan dalam Alkitab menghasilkan banyak diskusi, di mana pada akhirnya muncul kelompok yang cenderung mempertahankan YHWH atau Yahweh sebagai nama diri yang tidak boleh diganti. Kelompok tersebut biasa disebut Yahweisme, atau para pengagum nama Yahweh. Artikel ini memberikan kajian literature dengan pendekatan kualitatif pada teks-teks Kitab Suci berkenaan dengan penggunaan istilah nama tersebut. Dengan metode deskriptif dan analisis, maka diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan El dan YHWH dalam Perjanjian Lama merujuk pada satu pribadi yang sama sehingga tidak perlu diperdebatkan penggunaannya. El menunjuk pada pewahyuan secara umum, sementara YHWH menunjukkan pewahyuan khusus dalam konteks pemilihan dan keselamatan sebuah bangsa atau umat.
Pandemi Covid-19 dan Dampaknya terhadap Angka Perceraian dan Kelahiran Eben Munthe
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 12 No. 2 (2022): Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v12i2.55

Abstract

Abstract: The current global problem is the Covid-19 pandemic. This has an impact on various aspects of human life, not only in the health sector, but also in the economic sector, and even problems in the population sector, namely the case of divorce and the increasing birth rate. During the Covid-19 pandemic, the number of divorce cases, especially in Indonesia, increased by 5 percent. Likewise with the birth rate, there is an increase in the population in Indonesia because the birth rate reaches 18 births per 1000 population. This situation affects human susceptibility to diseases caused by the Covid-19 pandemic. This study aims to find solutions to overcome the impacts caused by the Covid-19 pandemic, especially the impact on increasing divorce rates and increasing birth rates. This study uses qualitative research methods, by examining books, articles and other sources related to the research title. From the research, it is concluded that married couples must be aware that family harmony or welfare will not come just like that, it must be realized through struggle, sacrifice, understanding each other, not demanding each other, minimizing every problem, preventing conflict, practicing Christian teachings in times of conflict by holding reconciliation . Meanwhile, the increase in the birth rate is overcome by keeping busy with various online activities, using contraceptives and building a family prayer altar, so that each family member gets closer to God.Abstrak: Masalah global yang sedang terjadi saat ini adalah pandemi Covid-19. Hal ini berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, tidak hanya terhadap bidang kesehatan saja, namun juga bidang perekonomian, bahkan permasalahan dalam bidang kepedudukan yakni mengenai kasus tentang perceraian dan meningkatnya angka kelahiran. Selama pandemi Covid-19 angka kasus perceraian khususnya di Indonesia meningkat sebesar 5 persen. Demikian juga dengan angka kelahiran, terjadi peningkatan populasi di Indonesia karena angka kelahiran mencapai 18 kelahiran per 1000 populasi. Situasi ini mempengaruhi kerentananmanusia terhadap penyakit yang disebabkan pandemi Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi untuk mengatasi dampak yang diakibatkan pandemi Covid-19 khususnya dampak terhadap meningkatnya angka perceraian dan meningkatnya angka kelahiran. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif, dengan menelaah buku-buku, artikel dan sumber lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian. Dari penelitian dihasilakan bahwa pasangan suami isteri harus sadar bahwa keharmonisan atau kesejahteraan keluarga tidak akan datang begitu saja, harus diwujudkan melalui perjuangan, pengorbanan, dengan saling mengerti, tidak saling menuntut, memperkecil setiap masalah, mencegah konflik, mengamalkan ajaranKristen disaat konflik dengan mengadakan rekonsiliasi. Sementara untuk meningkatnya angka kelahiran diatasi dengan menyibukkan diri dengan berbagai aktifitas online, menggunaan alat kontrasepsi dan membangun mezbah doa keluarga, agar setiap anggota keluarga makin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Pemberdayaan Jemaat Sebagai Strategi Gereja dalam Mempersiapkan Guru Sekolah sebagai Generasi Penerus di Era Digitalisasi Eben Munthe
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 13 No. 1 (2022): Juli 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v13i1.66

Abstract

Abstract: The teacher is a very noble profession and plays an important role in preparing a future generation, especially in the digitalization era so that the church in carrying out the Great Commission of Christ, which is to make all nations become disciples of Jesus, has a responsibility to empower existing resources, namely the congregation as one of the strategies that can be implemented. the church is doing in preparing the congregation as school teachers so that they can educate students as the next generation of the church in particular and the next generation of the Indonesian nation in this digitalization era so that later they can be useful for the nation and state and the church. The writing methods used are qualitative research methods and library research, namely collecting materials from various sources such as books, articles and other reading materials that can be used as references for writing this article.Abstrak: Frofesi seorang Guru adalah sangat mulia dan sangat berperan penting dalam mempersiapkan sebuah generasi mendatang terutama di era digitalisi sehingga gereja dalam melaksanakan Amanat AgungNya yaitu menjadikan semua bangsa menjadi murid Yesus memiliki tanggung jawab dalam memberdayakan sumber daya yang ada yaitu jemaat sebagai salah satu strategi yang gereja lakukan dalam mempersiapkan jemaat sebagai guru sekolah sehingga dapat mendidik murid-murid sebagai generasi Penerus gereja pada khususnya dan generasi penerus bangsa Indonesia di era digitalisasi ini sehingga kelak mereka bermanfaat bagi bangsa dan negara serta gereja. Metode penulisan yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif dan perpustakaan (library research) yaitu mengumpulkan dari berbagai sumber seperti buku-buku, artikel-artikel dan bahan-bahan bacaan lainnya yang dapat dijadikan referensi bagi penulisan artikel ini.
Peran dan Tanggung Jawab Gereja dalam Upaya Menangani Degradasi Moral Pemuda di Era Modernisasi dan Globalisasi Eben Munthe
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 13 No. 2: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v13i2.78

Abstract

Moral degradation is a decline and moral setback experienced by young people in this era. This is due to the era of modernization and globalization, which is experiencing development at this time, as for the moral degradation experienced by youth, such as free sex, drunkenness, drug abuse, loss of decency values, for example: how to speak words, how to dress, behavior, and so on. From this, the church has a role and responsibility in dealing with the moral degradation experienced by youth. This article aims to provide ways for believers and churches to deal with the moral degradation experienced by youth. This research uses qualitative methods in literature or library research, and library research is carried out by methods, namely through data collection, reading and recording, and processing of research materials. This study concludes that the church must be a role model and apply discipleship such as youth categorical services, cell groups (cell groups), Bible Camp, and follow-up coaching services. Abstrak Degradasi moral merupakan kemerosotan dan kemunduran moral yang dialami oleh para pemuda pada zaman ini. Hal ini disebabkan oleh adanya era modernisasi dan globalisasi yang mengalami perkembangan pada saat ini. Adapun degradasi moral yang dialami pemuda, seperti: sex bebas, mabuk-mabukkan, penyalahgunakan narkoba, hilangnya nila-nilai kesopanan, misalnya: cara bertutur kata, cara berpakaian, tingkah laku, dan sebagainya. Dari hal tersebut gereja mempunyai peran dan tanggung jawab dalam menangani degradasi moral yang dialami oleh pemuda. Artikel ini bertujuan untuk memberikan cara bagi orang percaya dan gereja dalam menangani degradasi moral yang dialami oleh pemuda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif secara literatur atau penelitian kepustakaan, penelitian kepustakaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan metode yaitu melalui pengumpulan data, membaca dan men-catat serta mengolah bahan penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah gereja harus menjadi teladan dan kemudian menerapkan pemuridan seperti pelayanan kategorial kepemu-daan, komsel (kelompok sel), Bible Camp, dan pelayanan pembinaan lanjutan (follow up).