Articles
KERUSAKAN TUBE FURNACE AKIBAT DEPOSIT DAN KOROSI SULFIDA DI INDUSTRI MIGAS = THE FAILURE OF FURNACE TUBE CAUSED BY DEPOSIT AND SULFIDE CORROSION IN MIGAS INDUSTRY
Sari, Laili Novita
Majalah Ilmiah Material, Komponen dan Konstruksi Vol 14, No 1 (2014)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (872.723 KB)
When furnace 1 and 2 were shutdown, we did in situ metallography on furnace tube randomly to know its reliability. Tube which damage a failed tube was taken to laboratory to be analyed the failure cuased to avoid the same failure in the future. The examination and testing held on tube furnace 1 and 2 CDU III was : fractography and metallography examination, hardness testing, chemical composition analysis and SEM â EDX examination. From the examination and testing can be concluded that the tube furnace can not resist over heating as a result of deposit , graphite was formed in outer side and sulfide corrosion was formed in inner side causing diameter thinning. Depletion and graphitization region is a critical area so if the tube receives a static load and the excess temperature the tube will damage.Keywords : tube furnace, over heating, corrosion, depositeAbstrak Pada saat Furnace 1 dan 2 dishutdown, kami melakukan kegiatan insitu metallografi pada tube furnace tersebut secara acak untuk menentukan ketahanannya (reliabilitasnya). Pada pemeriksaan tersebut diambil satu buah tube yang mengalami kerusakan yang berat untuk dianalisa penyebab kerusakannya sehingga dapat dilakukan tindakan penanggulangan untuk di kemudian hari. Pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan terhadap tube Furnace 1 dan 2 , meliputi : pemeriksaan fraktografi dan metalografi, uji kekerasan, analisa komposisi kimia, serta pemeriksaan dengan SEM dan EDAX. Data dari hasil pemeriksaan dan pengujian tersebut kemudian di analisa untuk mengetahui penyebab kerusakan tube furnace tersebut. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa tube nomer D29 furnace II coil 2 tidak mampu menerima panas berlebih dampak dari deposit sehingga pada permukaan diameter luar terbentuk grafit dan pada permukaan diameter dalam terserang korosi sulfidasi yang akibatnya terjadi penipisan ketebalan. Daerah penipisan dan daerah grafitisasi merupakan daerah yang kritis sehingga jika tube menerima beban statis dan temperatur berlebih maka mengalami kerusakan.Kata kunci : tube furnace , over heating, korosi, deposit.
ANALYSIS OF DENICKELIFICATION PHENOMENON ON HEAT EXCHANGER TUBE
Suhadi, Amin;
Febriyanti, Eka;
Sari, Laili Novita
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 12, No 2 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1266.83 KB)
|
DOI: 10.29122/mipi.v12i2.2955
DeNickelification is common phenomenon which occurs for alloy metal containing sufficient amounts of Nickel when it is exposed at high temperature in long time periode. One of component which is made of alloy metal containing Nickel is heat exchangers tube. Heat exchanger is a part of processing unit that use for transfering heat from hot fluid to colder fluid through the combined mechanisms of conduction and convection. When the heat exchanger leaks, all of the processing system could be affected. In this research a leakage heat exchanger tube is investigated by failure analysis methods to find the root cause of failure. Several tests and examinations such as fractography, metallography examinations, SEM and EDS, hardnes as well as chemical compositions test are carried out to this tube to obtain detailed information for further analysis.Result of this reseach shows that some Cu residue, Ni, aggressive/corrosive ion such as Cl- and S2- at the leak area of heat exchanger tube is found. These evidences indicated that denickelification was occurred on inner surface of heat exchanger tube caused by potential difference between Ni2+ion and Cu2+ ion to form a galvanic cell. Furthermore, since the tube is flown by fluid material which contains aggressive / corrosive ions such as Cl- ion and S2- then pitting corrosion on inner surface of tube is formed. This mechanism had been taken place continuously during operation of heat exchanger and pitting corrosion keep growing until the tube leaks.
SERANGAN KOROSI SUMURAN (PITTING CORROSION) PADA PIPA ROLL BEARING DISTRIBUSI
sunandrio, hadi;
Sari, Laili Novita
Material Komponen dan Konstruksi Vol 11, No 2 (2011)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (3734.918 KB)
Dalam instalasi explorasi minyak, peralatan yang digunakan untuk menyalurkan minyak mentah dari sumur minyak ke tangki - tangki penampungan melalui pipa distribusi. Dimana untuk membagi ke masing-masing tanki penampungan pada pipa distribusi unit penyaluran minyak yang dibuat dapatberputar dengan menggunakan roll bearing.Pada penelitian ini telah diamati kerusakan yang terjadi pada disuatu instalasi explorasi minyak yang mengakibatkan kebocoran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kerusakan pada roll bearing karena adanyaserangan korosi sumuran . Pada bagian dalam bearing pada kondisi beroperasi selalu bersentuhan langsung dengan cairan / minyak secara terus menerus yang mengandung air danelemen-elemen yang bersifat korosif. Dalam keadaan demikian maka clearence pada bearing akan membesar dan pada akhirnya akan timbul kebocoran. Pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan terhadap roll bearing, meliputi :pemeriksaan fraktografi dan metalografi, uji kekerasan, analisa komposisi kimia, serta pemeriksaan dengan SEM dan EDAX. Data dari hasil pemeriksaan dan pengujian tersebut kemudian di analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kebocoran pada roll bearing tersebut.
Pengaruh Perubahan Mikrostruktur Terhadap Perubahan Kekerasan Radiant Tube Yang Telah Beroperasi Sejak 2003
Sari, Laili Novita
Material Komponen dan Konstruksi Vol 15, No 2 (2015)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1230.98 KB)
Abstract B2TKS - Sub- Analysis of Damage and residual life has done Remaining Life Assessment to the radiant tube on oil and gas companies from 2003 - 2016. In determining the RLA, it was used graph of the Era Technology where the determination is based on the microstructural changes while there are no literature or research which shows the hardness changing of material ASTM A 213 T5 which occurs during the aging process. Therefore it need to make formulation about the changes of spheriodizationto the chages of hardness of radiant tube material ASTM A 213 T5. By knowing a reasonable decrease in hardness to spheriodization, it was expected to detect the abnormal condition or damage earlier. Based on the examination of metallographic and hardness testing ,is was known that the reduction of hardness occur in proportion to the increase ofsperiodization percentage. In spheriodzation changing of Classification A, B, C the decrease of hardness below 0.7 HB / HB0 while classification D until the next classification,reduction of hardness above 0,7HB / HB0. B2TKS – Sub Bidang Analisa Kerusakan dan umur sisa telah melakukan Remaining Life Assesment pada radiant tube pada perusahaan minyak dan gas bumi dari tahun 2003 – 2016. Dalam penentuan RLAdigunakan grafik dari Era Teknologi dimana penentuannya berdasarkan perubahan struktur mikro sedangkan untuk perubahan kekerasan material belum ada literatur atau penelitianyang menunjukkan tentang perubahan kekerasan pada material ASTM A 213 T5yang terjadi selama proses penuaan. Karena itu dilakukan perumusanperubahan kekerasan terhadap speriodisasi pada tube radiant material ASTM A 213 T5. Dengan mengetahui penurunan kekerasan yang wajar terhadap speriodisasi diharapkan akan mempermudah pendeteksian awal kondisi abnornal atau kerusakan. Berdasarkan pengamatan metalografi dan uji kekerasan diketahui bahwa penurunan kekerasan terjadi secara proporsional dengan peningkatan prosentase spriodisasi. Klasifikasi A, B, C penurunan kekerasan dibawah 0,7 HB/HB0 sedangkan klasifikasi D sampai berikutnya penurunan kekerasan diatas 0,7HB/HB0. Keywords: Hardness, radiant tube, in situ metallography, ASTM A 213 T5
PENGARUH PERUBAHAN MIKROSTRUKTUR TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN RADIANT TUBE YANG TELAH BEROPERASI SEJAK 2003
Sari, Laili Novita;
., Sutarjo
Material Komponen dan Konstruksi Vol 16, No 1 (2016)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1230.98 KB)
|
DOI: 10.29122/mkk.v16i1.3289
B2TKS - Sub- Analysis of Damage and residual life has done Remaining Life Assessment to the radiant tube on oil and gas companies from 2003 - 2016. In determining the RLA, it was used graph of the Era Technology where the determination is based on the microstructural changes while there are no literature or research which shows the hardness changing of material ASTM A 213 T5 which occurs during the aging process. Therefore it need to make formulation about the changes of spheriodizationto the chages of hardness of radiant tube material ASTM A 213 T5. By knowing a reasonable decrease in hardness to spheriodization, it was expected to detect the abnormal condition or damage earlier. Based on the examination of metallographic and hardness testing ,is was known that the reduction of hardness occur in proportion to the increase ofsperiodization percentage. In spheriodzation changing of Classification A, B, C the decrease of hardness below 0.7 HB / HB0 while classification D until the next classification,reduction of hardness above 0,7HB / HB0.AbstrakB2TKS – Sub Bidang Analisa Kerusakan dan umur sisa telah melakukan Remaining Life Assesment pada radiant tube pada perusahaan minyak dan gas bumi dari tahun 2003 – 2016. Dalam penentuan RLAdigunakan grafik dari Era Teknologi dimana penentuannya berdasarkan perubahan struktur mikro sedangkan untuk perubahan kekerasan material belum ada literatur atau penelitianyang menunjukkan tentang perubahan kekerasan pada material ASTM A 213 T5yang terjadi selama proses penuaan. Karena itu dilakukan perumusanperubahan kekerasan terhadap speriodisasi pada tube radiant material ASTM A 213 T5. Dengan mengetahui penurunan kekerasan yang wajar terhadap speriodisasi diharapkan akan mempermudah pendeteksian awal kondisi abnornal atau kerusakan. Berdasarkan pengamatan metalografi dan uji kekerasan diketahui bahwa penurunan kekerasan terjadi secara proporsional dengan peningkatan prosentase spriodisasi. Klasifikasi A, B, C penurunan kekerasan dibawah 0,7 HB/HB0 sedangkan klasifikasi D sampai berikutnya penurunan kekerasan diatas 0,7HB/HB0.Keywords: hardness, radiant tube, in situ metallography, ASTM A 213 T5
ANALISA KEGAGALAN POLISHED ROD PADA POMPA ANGGUK
Febriyanti, Eka;
Suhadi, M.Eng., Dr. Ir. Amin;
Sari, Laili Novita
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 13, No 2 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (954.211 KB)
|
DOI: 10.29122/mipi.v13i2.3172
Tulisan ini membahas tentang kerusakan polished rod akibat material yang digunakannya bersifat getas dan memiliki mikrostruktur yang tidak homogen. Pemeriksaan pada polished rod dari pompa angguk menggunakan metode pengamatan visual, fraktografi makro, metalografi, uji kekerasan, analisa komposisi kimia, pemeriksaan SEM, serta uji komposisi produk korosi dengan EDX. Hasil pemeriksaan visual dan uji penetran menunjukkan adanya retak melintang yang menyebar pada satu sisi permukaan polished rod menunjukkan bahwa polished rod mengalami pembebanan bending sebelum patah. Sedangkan hasil pemeriksaan fraktografi memperlihatkan adanya daerah patahan getas dengan pola radial mark yang menandakan bahwa jenis pembebanan merupakan beban statis dengan alur perambatan yang berlangsung cepat. Selain itu, hasil pengamatan metalografi memperlihatkan bahwa struktur mikro pada polished rod bersifat tidak homogen yang terdiri atas ferit-perlit, bainit, dan martensit yang bersifat getas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyebab kerusakan adalah ketidakhomogenan pada mikrostruktur dan sifat material yang bersifat getas yang berperan sebagai konsentrasi tegangan. Dengan tertahannya sistem kerja pompa angguk menyebabkan satu sisi polished rod mengalami pembebanan bending sampai material tidak mampu lagi menahan beban lalu patah.
PENGARUH PERUBAHAN MIKROSTRUKTUR TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN RADIANT TUBE YANG TELAH BEROPERASI SEJAK 2003
Sari, Laili Novita;
., Sutarjo
Jurnal Material Komponen dan Konstruksi Vol. 16 No. 1 (2016)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1230.98 KB)
|
DOI: 10.29122/mkk.v16i1.3289
B2TKS - Sub- Analysis of Damage and residual life has done Remaining Life Assessment to the radiant tube on oil and gas companies from 2003 - 2016. In determining the RLA, it was used graph of the Era Technology where the determination is based on the microstructural changes while there are no literature or research which shows the hardness changing of material ASTM A 213 T5 which occurs during the aging process. Therefore it need to make formulation about the changes of spheriodizationto the chages of hardness of radiant tube material ASTM A 213 T5. By knowing a reasonable decrease in hardness to spheriodization, it was expected to detect the abnormal condition or damage earlier. Based on the examination of metallographic and hardness testing ,is was known that the reduction of hardness occur in proportion to the increase ofsperiodization percentage. In spheriodzation changing of Classification A, B, C the decrease of hardness below 0.7 HB / HB0 while classification D until the next classification,reduction of hardness above 0,7HB / HB0.AbstrakB2TKS – Sub Bidang Analisa Kerusakan dan umur sisa telah melakukan Remaining Life Assesment pada radiant tube pada perusahaan minyak dan gas bumi dari tahun 2003 – 2016. Dalam penentuan RLAdigunakan grafik dari Era Teknologi dimana penentuannya berdasarkan perubahan struktur mikro sedangkan untuk perubahan kekerasan material belum ada literatur atau penelitianyang menunjukkan tentang perubahan kekerasan pada material ASTM A 213 T5yang terjadi selama proses penuaan. Karena itu dilakukan perumusanperubahan kekerasan terhadap speriodisasi pada tube radiant material ASTM A 213 T5. Dengan mengetahui penurunan kekerasan yang wajar terhadap speriodisasi diharapkan akan mempermudah pendeteksian awal kondisi abnornal atau kerusakan. Berdasarkan pengamatan metalografi dan uji kekerasan diketahui bahwa penurunan kekerasan terjadi secara proporsional dengan peningkatan prosentase spriodisasi. Klasifikasi A, B, C penurunan kekerasan dibawah 0,7 HB/HB0 sedangkan klasifikasi D sampai berikutnya penurunan kekerasan diatas 0,7HB/HB0.Keywords: hardness, radiant tube, in situ metallography, ASTM A 213 T5
PENGARUH PERUBAHAN MIKROSTRUKTUR TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN RADIANT TUBE YANG TELAH BEROPERASI SEJAK 2003
Sari, Laili Novita
Material Komponen dan Konstruksi Vol 15, No 2 (2015)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1230.98 KB)
|
DOI: 10.29122/mkk.v15i2.3376
Abstract B2TKS - Sub- Analysis of Damage and residual life has done Remaining Life Assessment to the radiant tube on oil and gas companies from 2003 - 2016. In determining the RLA, it was used graph of the Era Technology where the determination is based on the microstructural changes while there are no literature or research which shows the hardness changing of material ASTM A 213 T5 which occurs during the aging process. Therefore it need to make formulation about the changes of spheriodizationto the chages of hardness of radiant tube material ASTM A 213 T5. By knowing a reasonable decrease in hardness to spheriodization, it was expected to detect the abnormal condition or damage earlier. Based on the examination of metallographic and hardness testing ,is was known that the reduction of hardness occur in proportion to the increase ofsperiodization percentage. In spheriodzation changing of Classification A, B, C the decrease of hardness below 0.7 HB / HB0 while classification D until the next classification,reduction of hardness above 0,7HB / HB0. B2TKS ? Sub Bidang Analisa Kerusakan dan umur sisa telah melakukan Remaining Life Assesment pada radiant tube pada perusahaan minyak dan gas bumi dari tahun 2003 ? 2016. Dalam penentuan RLAdigunakan grafik dari Era Teknologi dimana penentuannya berdasarkan perubahan struktur mikro sedangkan untuk perubahan kekerasan material belum ada literatur atau penelitianyang menunjukkan tentang perubahan kekerasan pada material ASTM A 213 T5yang terjadi selama proses penuaan. Karena itu dilakukan perumusanperubahan kekerasan terhadap speriodisasi pada tube radiant material ASTM A 213 T5. Dengan mengetahui penurunan kekerasan yang wajar terhadap speriodisasi diharapkan akan mempermudah pendeteksian awal kondisi abnornal atau kerusakan. Berdasarkan pengamatan metalografi dan uji kekerasan diketahui bahwa penurunan kekerasan terjadi secara proporsional dengan peningkatan prosentase spriodisasi. Klasifikasi A, B, C penurunan kekerasan dibawah 0,7 HB/HB0 sedangkan klasifikasi D sampai berikutnya penurunan kekerasan diatas 0,7HB/HB0. Keywords: Hardness, radiant tube, in situ metallography, ASTM A 213 T5
SERANGAN KOROSI SUMURAN (PITTING CORROSION) PADA PIPA ROLL BEARING DISTRIBUSI
sunandrio, hadi;
Sari, Laili Novita
Jurnal Material Komponen dan Konstruksi Vol 11, No 2 (2011)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (3734.918 KB)
|
DOI: 10.29122/mkk.v11i2.556
Dalam instalasi explorasi minyak, peralatan yang digunakan untuk menyalurkan minyak mentah dari sumur minyak ke tangki - tangki penampungan melalui pipa distribusi. Dimana untuk membagi ke masing-masing tanki penampungan pada pipa distribusi unit penyaluran minyak yang dibuat dapatberputar dengan menggunakan roll bearing.Pada penelitian ini telah diamati kerusakan yang terjadi pada disuatu instalasi explorasi minyak yang mengakibatkan kebocoran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kerusakan pada roll bearing karena adanyaserangan korosi sumuran . Pada bagian dalam bearing pada kondisi beroperasi selalu bersentuhan langsung dengan cairan / minyak secara terus menerus yang mengandung air danelemen-elemen yang bersifat korosif. Dalam keadaan demikian maka clearence pada bearing akan membesar dan pada akhirnya akan timbul kebocoran. Pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan terhadap roll bearing, meliputi :pemeriksaan fraktografi dan metalografi, uji kekerasan, analisa komposisi kimia, serta pemeriksaan dengan SEM dan EDAX. Data dari hasil pemeriksaan dan pengujian tersebut kemudian di analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kebocoran pada roll bearing tersebut.
KERUSAKAN TUBE FURNACE AKIBAT DEPOSIT DAN KOROSI SULFIDA DI INDUSTRI MIGAS = THE FAILURE OF FURNACE TUBE CAUSED BY DEPOSIT AND SULFIDE CORROSION IN MIGAS INDUSTRY
Sari, Laili Novita
Jurnal Material Komponen dan Konstruksi Vol. 14 No. 1 (2014)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (872.723 KB)
|
DOI: 10.29122/mkk.v14i1.1649
When furnace 1 and 2 were shutdown, we did in situ metallography on furnace tube randomly to know its reliability. Tube which damage a failed tube was taken to laboratory to be analyed the failure cuased to avoid the same failure in the future. The examination and testing held on tube furnace 1 and 2 CDU III was : fractography and metallography examination, hardness testing, chemical composition analysis and SEM – EDX examination. From the examination and testing can be concluded that the tube furnace can not resist over heating as a result of deposit , graphite was formed in outer side and sulfide corrosion was formed in inner side causing diameter thinning. Depletion and graphitization region is a critical area so if the tube receives a static load and the excess temperature the tube will damage.Keywords : tube furnace, over heating, corrosion, depositeAbstrak Pada saat Furnace 1 dan 2 dishutdown, kami melakukan kegiatan insitu metallografi pada tube furnace tersebut secara acak untuk menentukan ketahanannya (reliabilitasnya). Pada pemeriksaan tersebut diambil satu buah tube yang mengalami kerusakan yang berat untuk dianalisa penyebab kerusakannya sehingga dapat dilakukan tindakan penanggulangan untuk di kemudian hari. Pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan terhadap tube Furnace 1 dan 2 , meliputi : pemeriksaan fraktografi dan metalografi, uji kekerasan, analisa komposisi kimia, serta pemeriksaan dengan SEM dan EDAX. Data dari hasil pemeriksaan dan pengujian tersebut kemudian di analisa untuk mengetahui penyebab kerusakan tube furnace tersebut. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa tube nomer D29 furnace II coil 2 tidak mampu menerima panas berlebih dampak dari deposit sehingga pada permukaan diameter luar terbentuk grafit dan pada permukaan diameter dalam terserang korosi sulfidasi yang akibatnya terjadi penipisan ketebalan. Daerah penipisan dan daerah grafitisasi merupakan daerah yang kritis sehingga jika tube menerima beban statis dan temperatur berlebih maka mengalami kerusakan.Kata kunci : tube furnace , over heating, korosi, deposit.