Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Polyphenols as Natural Antioxidants in Skin Aging Yenny, Satya Wydya; Suryani, Yulia Eka
Sumatera Medical Journal Vol. 3 No. 3 (2020): Sumatera Medical Journal (SUMEJ)
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/sumej.v3i3.4047

Abstract

Skin aging is a complex biological process influenced by a combination of intrinsic and extrinsic factors, leading to cumulative alterations of skin struture, function and appearance. Polyphenols represent a superfamily of diverse naturally occurring phytochemicals. Current research reveals that phenolic compounds in plants possess high antioxidant activity and free radical scavenging capacity and can prevent the body from oxidative damage over human life span. This review focuses on present understanding of skin aging and the effects of polyphenols in the context of anti-agieng activity.
Hubungan Ekspresi Ki-67 dan Tipe Stroma Peritumoral dengan Varian Histopatologik Karsinoma Sel Basal Silvi Yelitha; Salmiah Agus; Satya Wydya Yenny
Majalah Patologi Indonesia Vol 27 No 1 (2018): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.723 KB)

Abstract

Latar belakangKarsinoma sel basal (KSB) merupakan keganasan kulit tersering pada manusia. Walaupun jarang bermetastasis KSB terutama varian agresif bersifat destruksi lokal dan dapat terjadi kekambuhan. Mekanisme terjadinya varian KSB agresif dan non-agresif masih belum dimengerti, diduga tingginya tingkat proliferasi sel yang berperan dalam patogenesis tumor ini. Tingkat proliferasi sel dapat dinilai dengan ekspresi Ki-67. Sel tumor yang menginfiltrasi stroma akan menimbulkan reaksi sel stroma peritumoral. Belum diketahui secara pasti tipe stroma peritumoral yang berperan pada varian KSB.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan ekspresi Ki67 dan tipe stroma peritumoral dengan varian histopatologik KSB.MetodeSampel yang digunakan sebanyak 40 terdiri atas 20 sampel KSB agresif dan 20 sampel KSB non agresif. Sampel diwarnai dengan pewarnaan imunohistokima (IHK) Ki-67 dan histokimia (van Gieson dan Alcian Blue).HasilKSB agresif lebih banyak mengekspresikan Ki-67 tinggi (78,3%) dan memiliki stroma tipe desmoplasia (66,7%), sedangkan KSB non-agresif lebih banyak mengekspresikan Ki-67 rendah (88,2%) dan memiliki stroma tipe miksoid (70%).KesimpulanSecara klinikopatologik ekspresi Ki-67 dan tipe stroma peritumoral berperan untuk membedakan KSB varian agresif dengan non-agresif.
Hubungan Ekspresi Ki-67 dan E-Cadherin dengan Kedalaman Invasi Melanoma Malignum Berdasarkan Clark Level Santy Saberko; Salmiah Agus; Satya Wydya Yenny
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 3 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.33 KB)

Abstract

ABSTRAKLatar belakangMelanoma malignum (MM) adalah keganasan yang berasal dari sistem melanosit kulit. Tumor inimerupakan tumor paling agresif dari semua keganasan kulit. Tumor dengan ukuran kecil dapat mengalamiinvasi dan metastasis dengan prognosis buruk. Kedalaman invasi MM berdasarkan Clark level merupakansalah satu faktor prognosis penting untuk menentukan ketahanan hidup pasien. Penentuan invasiberdasarkan Clark level ini bersifat subjektif maka diperlukan pemeriksaan yang lebih objektif sepertipemeriksaan imuhistokimia Ki-67 dan E-cadherin. Pemeriksaan ini diharapkan mampu melihat risikometastasis pada MM. Proliferasi sel merupakan kunci utama progresi tumor dan dapat diukur denganpemeriksaan ekspresi Ki-67. E-Cadherin merupakan salah satu protein transmembran yang memiliki peranpenting dalam proses metastasis tumor. Tujuan penelitian ini untuk menilai ekspresi Ki-67 dan E-Cadherinpada kedalaman invasi MM berdasarkan Clark level HasilEkspresi Ki-67 positif ditemukan pada 42 kasus di mana rerata ekspresi Ki-67 pada Clark level II yaitu12,17%, Clark level III 39,38%, Clark level IV 57,63% dan Clark level V 64,44%. Ekspresi E-Cadherinpositif pada Clark level II sedangkan pada Clark level III, IV dan V sebagian besar ekspresi E-Cadherinnegatif. Melanoma malignum paling banyak ditemukan pada kelompok usia 60-79 tahun, jenis kelaminlaki-laki, subtipe histopatologik nodular melanoma dan kedalaman invasi Clark level IV. Terdapathubungan bermakna antara ekspresi Ki-67 dan E-Cadherin dengan kedalaman invasi berdasarkan Clarklevel p=0,001.KesimpulanEkspresi Ki-67 berbanding lurus dan ekspresi E-Cadherin berbanding terbalik dengan kedalaman invasimelanoma malignum berdasarkan Clark level. Ekspresi Ki-67 dan E-Cadherin mampu memprediksi risikometastasis pada melanoma malignum.
The Difference in Interleukin-12 (IL-12) on Degrees of Acne Vulgaris Severity Hendra Tarigan Sibero; Eryati Darwin; Yan Wirasati; Satya Wydya Yenny; Suharmanto
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol. 15 No. 3 (2021): Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology
Publisher : Institute of Medico-legal Publications Pvt Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37506/ijfmt.v15i3.15797

Abstract

Introduction: Acne vulgaris (AV) is a common disorder of pilosebaceous seen mainly in adolescents. Most cases of AV present with a pleomorphic lesion array, consisting of blackheads, papules, pustules, and nodules of varying severity. Acne is one of the three most common skin disease, especially in adolescents and young adults, with an estimated prevalence of 85% (aged 12-25 years). Acne vulgaris (AV) is still a health problem in the world and Indonesia. The causes of AV are multifactorial and can lead to various complications. Aim: This study looked for the difference in interleukin-12 (IL-12) on degrees of AV severity. Materials and Method: This study was an observational analytic study with a cross-sectional approach. The research was conducted at the Diniyah Putri Islamic Boarding School, Lampung Province, Indonesia, in August 2020. The independent variable in this study was the AV degree, while the dependent variable was the IL-8 level. The sampling method in this study was consecutive sampling, as many as 63 AV patients. The research material is serum from venous blood. Examination of interleukin-8 levels using the ELISA method. Data analysis was univariate to find the mean and standard deviation of IL-8 levels, as well as the frequency distribution to determine the degree of AV. While the bivariate analysis was to determine the difference in the mean of IL-8 levels in AV patients. Results: The mean age of the respondents was 15.49 ± 1.07 years, the mean IL-12 level was 48.22 ± 15.62 and most of the AV degrees were in a severe category as much as 61.9%. Conclusion: Statistically there is no difference in the mean IL-12 levels in moderate and severe AV patients, but IL-12 levels are higher at severe AV degrees than moderate AV degrees.
The Difference in Interleukin-8 (IL-8) on Degrees of Acne Vulgaris Severity Hendra Tarigan Sibero; Eryati Darwin; Yan Wirasati; Satya Wydya Yenny; Suharmanto
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol. 15 No. 3 (2021): Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology
Publisher : Institute of Medico-legal Publications Pvt Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37506/ijfmt.v15i3.15798

Abstract

Background: Acne vulgaris (AV) is a follicular disease that occurs most often and affects the area containing sebaceous gland follicles, including the face, back, and body. This is a multifactorial condition. The prevalence of acne vulgaris (AV) is still high both in the world and in Indonesia. As many as 80% of AV is found at the age of 11-30 years and almost 100% in adolescents. Various factors can trigger the onset of AV which can lead to severe complications. Aim: This study looked for the difference in interleukin-8 (IL-8) on degrees of AV severity. Materials and method: This study was an observational analytic study with a crosssectional approach. The research was conducted at the Diniyah Putri Islamic Boarding School, Lampung Province, Indonesia, in August 2020. The independent variable in this study was the AV degree, while the dependent variable was the IL-8 level. The sampling method in this study was consecutive sampling, as many as 63 AV patients. The research material is serum from venous blood. Examination of interleukin-8 levels using the ELISA method. Data analysis was univariate to find the mean and standard deviation of IL-8 levels, as well as the frequency distribution to determine the degree of AV. While the bivariate analysis was to determine the difference in the mean of IL-8 levels in AV patients. Results: The mean of IL-8 levels in AV patients was 38.53. Most of the AV patients are in a severe category. Further analysis found no difference in the mean of IL-8 levels between moderate and severe AV degrees. Conclusion: There was no difference in the mean of IL-8 levels in moderate and severe AV patients, but the IL-8 levels at severe AV degrees were higher than moderate AV degrees.
Karakteristik penyakit kulit pada anak di poliklinik kulit dan kelamin RSUP. Dr. M. Djamil Padang periode 2016-2018 Rina Gustia; Satya Wydya Yenny; Sigya Octari
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 20, No 3 (2020): Volume 20 Nomor 3 Desember 2020
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v20i3.18277

Abstract

Abstrak. Latar belakang : Penyakit kulit menyebabkan morbiditas yang tinggi, termasuk pada anak. Prevalensi dermatosis pada anak berkisar 34-87,7% dengan pola yang sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Dampak penyakit kulit ini dapat mempengaruhi kualitas hidup anak.Metode : Penelitian retrospektif deskriptif  dengan  mengambil data dari rekam medis pasien anak dengan umur 1-18 tahun yang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP.Dr. M. Djamil Padang pada periode Januari 2016– Desember 2018. Hasil : Selama 3 tahun didapatkan 277 pasien baru, perempuan 123 (44,4%) dan laki - laki 154 (55,6%). Berdasarkan kelompok  penyakit yang terbanyak adalah dermatitis  (29, 9%), diikuti oleh infeksi jamur (16,9%), infestasi parasit (13, 4%),  infeksi virus (13, 3%), dan infeksi bakteri (6,9%).Kesimpulan:  Penyakit kulit terbanyak terjadi pada anak laki – laki. Infeksi jamur merupakan penyakit kulit paling sering, diikuti oleh infestasi parasit. Infeksi jamur yang sering terjadi adalah pitiriasis versikolor, sedangkan infestasi parasit yang paling sering adalah skabies.              Kata kunci: karakteristik penyakit kulit, anak, penelitian retrospektif Abstrack. Background: Skin disease causes high morbidity, including in children. The prevalence of dermatosis in children ranges from 34 to 87.7% with a pattern that is varied and influenced by many factors. The impact of this skin disease can affect the quality of life of childrenMethod : A descriptive retrospective, which is taking data from the medical records of patients aged 1 - 18 years who seek treatment at Dermatology and Venereology outpatient clinic at RSUP. M. Djamil Padang in the period January 2016 - December 2018.Result : During 3 years,there were 277 new patient which consist of 123 boy  (44.4%) and 154 girl (55.6%). Based on the group of diseases, dermatitis were the most common  disease (29,9%), followed by fungal infection (16.9%), parasit infestations (13,4%), viral infection (13,3%) and bacterial infection (6,9%). Conclusion : Most skin diseases occur in boys. Fungal infections were the most common skin diseases, followed by parasit infestations. The most common fungal infection is pityriasis versicolor, while the most frequent parasit infestation is scabies.Keywords:characterization of skin diseases, children, retrospective study
Akne Pada Anak Satya Wydya Yenny
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 4 (2019): Online December 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i4.1109

Abstract

Penyakit kulit pada anak-anak merupakan salah satu tantangan bagi dokter terutama dermatologis. Komunikasi yang efektif terhadap pasien anak maupun orangtuanya sangat diperlukan untuk mendapatkan riwayat perjalanan penyakit. Akne pada anak (akne pediatrik, acne in childhood) dapat muncul sejak awal kehidupan hinga masa prepubertas sebelum anak berusia 12 tahun. Akne pada anak dibagi berdasarkan usia menjadi empat subtipe yaitu akne neonatal, akne infantil, mid-childhood acne, dan akne prepubertas. Kelainan ini diduga dipengaruhi oleh fisiologis hingga keterlibatan flora normal kulit, genetik dan hormonal. Terapi yang diberikan bergantung pada subtipe akne dan pada beberapa kasus dibutuhkan rujukan ke endokrinologis.
Perkembangan Penggunaan Kosmeseutikal Herbal Pada Terapi Melasma Mimin Oktaviana; Satya Wydya Yenny
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 3 (2019): Online September 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i3.1061

Abstract

Kosmeseutikal herbal merupakan kosmetik topikal yang mengandung bahan alami, berasal dari tanaman. Banyak digunakan sebagai Skin Lightening Agent (SLA) dalam penatalaksanaan melasma. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk perkembangan kosmeseutikal herbal pada melasma, termasuk penggunaan bahan-bahan alami yang banyak terdapat di Indonesia seperti ekstrak biji mengkudu, ekstrak daun sukun, ekstrak etanol daun pare, ekstrak kulit batang nangka dan gambir. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa bahan alami dapat digunakan sebagai SLA dalam penatalaksanan melasma melalui berbagai mekanisme interferensi yang mengatur sintesis melanin, mempengaruhi satu atau lebih jalur sintesis melanin. Meskipun beberapa bahan alami tersebut belum diketahui efektivitasnya terhadap pasien melasma, namun dapat dijadikan sebahai bahan penelitian lanjutan sehingga perkembangan kosmeseutikal herbal pada melasma dapat sepenuhnya diketahui.
Kondiloma Akuminata Pada Wanita Hamil: Salah Satu Modalitas Terapi Satya Wydya Yenny; Rahmah Hidayah
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i1.68

Abstract

AbstrakLatar belakang: Penatalaksanaan kondiloma akuminata memerlukan pertimbangan terhadap jumlah, luas, lokasi dan kondisi pasien. Pada wanita hamil, penatalaksanaan kondiloma akuminata harus mempertimbangkan keamanan pada ibu dan janin. Salah satu modalitas terapi yang aman untuk wanita hamil berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 2010 adalah asam trikloroasetat (TCA) 80% - 90%, tetapi ada beberapa laporan kasus yang menyatakan keberhasilan terapi dengan TCA 50%. Kasus: Seorang wanita usia 25 tahun, hamil trimester kedua, mengeluhkan adanya benjolan seperti kutil di daerah kemaluan sejak dua bulan yang lalu dan makin lama makin bertambah banyak. Riwayat kontak seksual dengan pria selain suami disangkal dan suami pasien juga mengeluhkan adanya kutil di kemaluan sejak empat bulan yang lalu. Lesi berupa papul multipel dengan permukaan verukosa. Hasil pemeriksaan acetowhite positif. Pasien diterapi dengan TCA 50% dengan hasil yang memuaskan.Kata kunci: kondiloma akuminata, wanita hamil, TCA 50%AbstractBackground: Management of condyloma acuminata requires a consideration of the number, size, location, and condition of the patient. In a pregnant woman, the treatment of genital warts should consider the safety of the mother and fetus. One of therapeutic modalities which is safe for pregnant women based on Centers for Disease Control and Prevention (CDC) is 80% - 90% trichloroacetic acid (TCA), but there are some case reports mentioned about successful of therapy with 50% TCA.Case: A 25-year-old pregnant woman has complained about little lumps like warts in her genitals since two months ago and they are increasing in more numbers.. A history of sexual contact with other men except her husband was denied and her husband has also complained about genital warts since four months ago. Lesions are the multiple papules with verucose surface and the result of acetowhite procedure was positive. This patient was treated by TCA 50% with good result.Keywords:condyloma acuminata, pregnant woman, TCA 50%
Hubungan Frekuensi Kekambuhan Dermatitis Seboroik dengan Kualitas Hidup pada Pasien di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang Ririn Lausarina; Satya Wydya Yenny; Ennesta Asri
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 1 (2019): Online Maret 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i1.970

Abstract

Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit kronis papuloskuamosa yang sering terjadi pada kulit kepala, daerah folikel sebasea di wajah dan dada.Gambaran klinis yang tampak dari luar menimbulkan gangguan pada fisik, psikis, kehidupan sosial dan aktivitas sehari-hari pasien. Penyakit kulit ini mengharuskan pasien menanggung beban selama bertahun-tahun bahkan seumur hidupnya sehingga diduga dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan frekuensi kekambuhan dermatitis seboroik dengan kualitas hidup pasien. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data sekunder melalui rekam medik pasien RSUP Dr. M. Djamil Padang dan menggunakan instrumen Dermatology Life Quality Index kepada 31 pasien yang menjadi sampel penelitian untuk penilaian kualitas hidup. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji Kruskal-Wallis Test (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan 38,7% pasien mengalami frekuensi kekambuhan dermatitis seboroik yang dikategorikan sering. Hampir setengah dari responden (41,9%) merasakan dermatitis seboroik memberikan sedikit pengaruh terhadap kualitas hidupnya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi kekambuhan dermatitis seboroik dengan kualitas hidup pada pasien di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang (p = 0,031).