Article Per Year (5 Year)
p-Index From 2018 - 2023
0.61
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Studia Philosophica et Theologica Seri FilsafatTeologi Widya Sasana
Markus Situmorang
Unknown Affiliation
Religion Arts Humanities Education Social Sciences

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

 1 
Gereja Sebagai Komunitas Persahabatan Markus Situmorang
Seri Filsafat Teologi Vol. 30 No. 29 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v30i29.26

Abstract

Friendship is not something new in human life. It has existed since man existed in the world with others. Awareness of self and other creations encourages man to build friendship. Many philosophers and theologians have had ideas about the meaning of friendship. With friendship, our life becomes meaningful. The Scriptures also give the meaning of true friendship to human being. Therefore, friendship is a very essential thing in human life. True friendship needs to be based on love, trust, sincerity, sacrifice, kindness, and so on. Friendship itself must be born from the soul. A soul that is ready to give the best for friends. The friendships built by people are often fragile and vulnerable to break up. True friendship will not be eroded by time and distance. It will last forever when a soul is united in it. The Church is a community built by Jesus. The Church is born of friendship. Jesus gathers His friends at one Eucharistic table.
Kaum Awam Dan Pembaharuan Gereja Dalam Terang Konsili Vatikan Ii Markus Situmorang
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gereja hadir sebagai sakramen keselamatan bagi dunia. Gereja sebagai sarana keselamatan harus memberikan alasan dan kesaksian di dalam perutusannya sehingga dapat menolong umat manusia untuk mengalami kehadiran Tuhan di dunia yang selalu berubah. Gereja perlu tanggap dan mampu menjawab tantangan yang menghambatperutusan tersebut. Konsili Vatikan II yang diprakarsai oleh Paus Yohanes XXIII lahir karena didorong oleh semangat untuk mengadakan pembaharuan di dalam Gereja. Perhatian utamanya untuk menampilkan wajah Gereja yang berbeda. Gereja yang memiliki perspektif yang baru terhadap seluruh karya misi penyelamatan Allah. Gereja dihadirkan dengan sebuah semangat pembaharuan visi dan misinya ke masa depan.
MENDALAMI DOKTRIN TRINITAS DALAM PANDANGAN HANS URS VON BALTHASAR Markus Situmorang
Studia Philosophica et Theologica Vol 18 No 2 (2018)
Publisher : Litbang STFT Widya Sasana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/spet.v18i2.26

Abstract

All the Hans Urs von Balthasar theology is the Trinity. For him everything flows from interpersonal relationships in the Trinity. The starting point for understanding the Trinity must depart from the event of love. Jesus is a manifestation of God’s love that appears to humans. God’s love is beautiful. Jesus revealed the beauty of the Triune God. The fundamental aspect of beauty is obedience from Jesus. Jesus as the beauty that manifest the Father and the Holy Spirit. We will not be able to understand the beauty of Christ without referring to inter-Trinitarian beauty. It does not stop at mere beauty but God is involved in the history of human life. In other words, God is involved in drama with humans. On the Good Friday, there was a drama between God and the world on the cross. But a more dramatic drama took place on Holy Saturday. Drama also occurs in the life of the Trinity. The three divine persons empty themselves which are united in a bond of love. The real kenosis occurs in a triune life. The Trinity lives in the Church and maintains the Church. The church’s teachings are undeniable because of the truth of the Trinity itself. Seluruh teologi Hans Urs von Balthasar adalah Tritunggal. Baginya segala sesuatu mengalir dari relasi antar pribadi dalam Tritunggal. Titik tolak untuk memahami Tritunggal harus berangkat dari peristiwa kasih. Yesus adalah wujud kasih Allah yang tampak kepada manusia. Kasih Allah sendiri sangat indah. Yesus mewahyukan keindahan dari Allah Tritunggal. Aspek fundamental dari keindahan itu yakni ketaatan dari Yesus. Yesus sebagai keindahan yang mewahyukan Bapa dan Roh Kudus. Wujud dari Yesus mengacu kepada wujud dari Allah dalam diri-Nya sendiri.Trinitas seperti cinta di dalam dirinya sendiri. Kita tidak akan dapat memahami keindahan Kristus tanpa mengacu pada keindahan inter-Trinitaris. Tidak berhenti pada keindahan semata tetapi Allah terlibat di dalam sejarah kehidupan manusia. Dengan kata lain Allah terlibat drama dengan manusia. Pada peristiwa Jumat Agung terjadi drama antara Allah dan dunia di kayu salib. Namun drama yang lebih dramatis terjadi pada Sabtu Suci. Drama juga terjadi juga di dalam kehidupan Tritunggal. Tiga pribadi ilahi saling mengosongkan diri yang disatukan dalam ikatan cinta. Tritunggal itu yang hidup di dalam Gereja dan memelihara Gereja. Ajaran-ajaran Gereja tidak terbantahkan karena kebenaran Tritunggal itu sendiri.
Co-Authors