Gregorius Pasi
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kerahiman Allah Dalam Doktrin Maria Dikandung Tanpa Noda Gregorius Pasi
Seri Filsafat Teologi Vol. 26 No. 25 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada 8 Desember 2015, Paus Fransiskus membuka Porta Santa (Pintu Kudus) di Basilika Santo Petrus untuk menandakan pembukaan Tahun Yubileum Kerahiman. Bulla Misericordiae Vultus mendedahkan dua alasan mengapa Paus Fransiskus memilih 8 Desember. Pertama, 8 Desember 2015 merupakan peringatan lima puluh tahun penutupan Konsili Ekumenis Vatikan II dan Paus Fransiskus menempatkan Tahun Yubileum Kerahiman dalam kerangka semangat Konsili Vatikan II.1 Kedua, 8 Desember merupakan hari raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda dan Paus Fransiskus melihat peristiwa marial tersebut sebagai karya kerahiman Allah dalam menanggapi gentingnya dosa manusia.2
Relevansi Doktrin Trinitas Bagi Kehidupan Bemasyarakat Gregorius Pasi
Seri Filsafat Teologi Vol. 27 No. 26 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Misteri Tritunggal Mahakudus merupakan inti iman kristiani. Semua orang Kristen dibaptis dalam “nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus” (Mat 28:19). Sebelum dibaptis mereka menyatakan imannya akan Bapa, Putera dan Roh Kudus.1 Mereka tidak dibaptis dalam “nama-nama” (jamak), tetapi dalam nama (tunggal) Bapa, Putra dan Roh Kudus. Mereka mengimani Tritunggal Mahakudus: “ada hanya satu Allah, Bapa yang Mahakuasa dan Putra-Nya yang tunggal dan Roh Kudus”.2 Umat Kristen menyembah Allah Tritunggal Mahakudus. Trinitas menempati posisi sentral dalam Liturgi Gereja. Liturgi Gereja bercorak Trinitaris.
Pergulatan Batin Manusia Di Era Revolusi Industri Keempat (4ir) Gregorius Pasi
Seri Filsafat Teologi Vol. 29 No. 28 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknologi tidak bisa terlepas dari manusia. Teknologi dikembangkan dan digunakan oleh manusia. Pada teknologi manusia mengungkapkan kemanusiaannya. Karena itu, pada teknologi, manusia dapat mengenali siapa dirinya. Asal dan alasan bagi munculnya sebuah teknologi (aspek objektif dari teknologi) ditemukan dalam diri manusia yang mengembangkan dan menggunakannya (aspek subjektif dari teknologi). Itulah sebabnya, menurut Paus Benediktus XVI, teknologi tidak pernah hanyalah sekadar teknologi (ada dari dan demi teknologi itu sendiri). Teknologi selalu mengungkapkan siapa manusia dan apa yang hendak digapainya dalam hidup. Teknologi mengekspresikan pergulatan batin manusia.
Peran Keibuan Gereja Dalam Katekese Gregorius Pasi
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam obrolan biasa, penyematan kata “bunda” pada Gereja tidak selasim pada Maria. Biasanya, frase “bunda Gereja” membawa imajinasi orang beriman Kristiani pertama-tama pada Maria, baru - mungkin - setelah itu kepada Gereja. Mungkinkah hal itu terjadi karena orang kurang menyadari peran keibuan Gereja dalam hidupnya sebagai anggota Gereja? Ketika orang kurang menyadari peran keibuan Gereja, impetus untuk ambil bagian dalam aktivitas-aktivitas khas keibuan Gereja pun menjadi berkurang. Tulisan sederhana ini dimaksudkan untuk memprovokasi pembaca untuk terlibat dalam katekese. Keterlibatan itu hendak dipicu dengan membangkitkan kesadaran bahwa katekese timbul dari hakikat Gereja sebagai bunda yang melahirkan dan membesarkan anak-anaknya. Dalam konteks itu, menjadi anggota Gereja berarti menjadi bunda yang melahirkan dan membesarkan sesama melalui Katekese. Tulisan ini dibuat atas keyakinan bahwa metafor “bunda” pada Gereja memiliki daya imperatif bagi para anggota Gereja untuk mewujudkan fungsi keibuan Gereja melalui katekese. Daya imperatif ini hendak disokong dengan berpaling pada Maria model keibuan bagi Gereja dan sekali ibu bagi para anggota Gereja.
MARIOLOGI KONSILI VATIKAN II: Mikrohistori Mariologi Pra-Konsili dan Magna ChartaMariologi Post-Konsili Gregorius Pasi
Studia Philosophica et Theologica Vol 16 No 1 (2016)
Publisher : Litbang STFT Widya Sasana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/spet.v16i1.49

Abstract

The teaching of the Second Vatican Council on Mary (the mother of Jesus) is laid down in Chapter VIII of the Dogmatic Constitution on the Church, Lumen Gentium (LG). Lumen Gentium’s chapter VIII represents a 20th century microhistory of mariology and a magna charta of post-conciliar mariology. The purpose of this essay is exposing three matters. Firstly, showing evidence that the elaboration of the marian texts of Vatican II is a reproduction of pre-conciliar mariological struggles. Secondly, articulating the character of Vatican II’s mariology as a fundament for post-conciliar mariology. Thirdly, pointing at some matters somewhat neglected by Vatican II’s mariology and offering it as “home work” for post-conciliar mariology. In this framework, this essay will not analyze the content of Lumen Gentium’s mariology article by article, but evaluate it comprehensively. May this essay provide a kind of orientation to the reader in having an idea of post-conciliar mariology