Titiek Setyawati
Department of Oral Medicine, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK KULIT KAYU RARU (COTYLELOBIUM SP.) Pasaribu, Gunawan; Setyawati, Titiek
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2144.312 KB)

Abstract

Penelitian tumbuhan obat terus berkembang seiring dengan minat masyarakat pada bahan obat yang berasal dari alam yang berhubungan dengan keamanannya dibanding dengan obat sintetik. Salah satu kulit kayu yang berasal dari Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara yang lebih dikenal dengan sebutan raru diidentifikasi sebagai Cotylelobium sp, sudah sangat luas dimanfaatkan oleh masyarakat di Sumatera Utara. Kulit kayu ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai campuran minuman tuak (minuman tradisional Batak). Masyarakat juga meyakini kulit kayu raru dapat digunakan sebagai obat penurun kadar gula darah (anti diabetes). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data potensi antioksidan dari kulit kayu raru dengan metoda DPPH dan mengetahui toksisitas ekstrak menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak Cotylelobium melanoxylon Pierre adalah 30,11% dan Cotylelobium lanceolatum Craib sebesar 14,50%. Uji fitokimia menunjukkan kedua jenis ekstrak mengandung flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan hidrokuinon. Ekstrak Cotylelobium melanoxylon Pierre memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH dengan nilai IC50 sebesar 108,487 ppm dan Cotylelobium lanceolatum Craib memiliki nilai IC50 sebesar 77,909 ppm. Selanjutnya, toksisitas Cotylelobium melanoxylon Pierre memiliki nilai LC50 sebesar 643,550 ppm and Cotylelobium lanceolatum memiliki LC50 sebesar 767,191 ppm.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK KULIT KAYU RARU (COTYLELOBIUM SP.) Pasaribu, Gunawan; Setyawati, Titiek
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 4 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2144.312 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.4.322-330

Abstract

Penelitian tumbuhan obat terus berkembang seiring dengan minat masyarakat pada bahan obat yang berasal dari alam yang berhubungan dengan keamanannya dibanding dengan obat sintetik. Salah satu kulit kayu yang berasal dari Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara yang lebih dikenal dengan sebutan raru diidentifikasi sebagai Cotylelobium sp, sudah sangat luas dimanfaatkan oleh masyarakat di Sumatera Utara. Kulit kayu ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai campuran minuman tuak (minuman tradisional Batak). Masyarakat juga meyakini kulit kayu raru dapat digunakan sebagai obat penurun kadar gula darah (anti diabetes). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data potensi antioksidan dari kulit kayu raru dengan metoda DPPH dan mengetahui toksisitas ekstrak menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak Cotylelobium melanoxylon Pierre adalah 30,11% dan Cotylelobium lanceolatum Craib sebesar 14,50%. Uji fitokimia menunjukkan kedua jenis ekstrak mengandung flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan hidrokuinon. Ekstrak Cotylelobium melanoxylon Pierre memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH dengan nilai IC50sebesar 108,487 ppm dan Cotylelobium lanceolatum Craib memiliki nilai IC50sebesar 77,909 ppm. Selanjutnya, toksisitas Cotylelobium melanoxylon Pierre memiliki nilai LC50sebesar 643,550 ppm and Cotylelobium lanceolatum memiliki LC50sebesar 767,191 ppm.
AN OVERVIEW ON THE CONSERVATION STATUS OF MERSAWA (Anisoptera costata Korth.) IN JAVA Kalima, Titi; Setyawati, Titiek
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 4, No 2 (2007): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/ijfr.2007.4.2.105-108

Abstract

Anisoptera costata Korth., which has a commercial name of mersawa grows and proliferates naturally, often gregarious, in semi-evergreen dipterocarp forest and evergreen forest in areas with seasonal climate and rare but widespread in lowland everwet forest from sea level up to 700 m in continental S.E. Asia, Malay Peninsula, Borneo, Sumatra, and Java (Ashton, 1982).  In Java, it has been recorded to occur only in Banten (Backer & Bakhuizen van den Brink,1963) and in Leuweung Sancang Nature Reserve (LSNR) (Kalima, 2006)
PEMANFAATAN POHON BERKHASIAT OBAT DI CAGAR ALAM GUNUNG PICIS DAN GUNUNG SIGOGOR, KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR Setyawati, Titiek
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan penelitian untuk mengumpulkan informasi  tentang pemanfaatan pohon obat dilakukan di dua loka cagar alam di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.  Pengumpulan data dan informasi ini diperolemelalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dengan penduduk lokal serta melalui studpustaka. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Cagar Alam Gunung Picis dan Gunung Sigogor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, ditemukan 12 jenis pohon berkhasiat obat yang diketahui berdasarkankajian pustaka yaitu suren (Toona sinensis M. Roem.), puspa (Schima wallichii Korth.), morosow (Engelhardtia spicata Bl.), talesan (Persea odoratissima Kosterm.), gitri (Elaeocarpus sphaericus K.Schum.), mangir (Ganophyllum falcatum Bl.), cempaka (Turpinia sphaerocarpus Hassk.), trawas (Litseodorifera T. et B.), nyampuh (Pygeum parviflorum T. et B.), kayu abang (Payena lerii Kurz.), pasan(Castanopsis acuminatissima A. DC), dan pasang biasa (Lithocarpus elegans (Bl) Hatus). Dari 12 jenis inhanya ada lima jenis saja yang berdasarkan wawancara dimanfaatkan oleh penduduk sebagai bahan obat yaipuspa, morosowo, talesan, mangir, dan kayu abang. Potensi dari jumlah pohon berkhasiat obat yanditemukan di lokasi penelitian cukup tinggi. Sayangnya masyarakat yang berada di sekitar lokasi penelitian memanfaatkan hanya sebagian saja untuk pengobatan tradisional. Masyarakat lebih memilih untumenggunakan obat-obatan modern (non-tradisional) yang mudah diperoleh dengan harga murah di pasarpasar lokal
Allelopathy Potential of Alpinia malaccensis (Burm. F.) Roxb. due to Seeds Germination and Growth of Merremia peltata (L.) Merril Aisah, Siti; Sulistijorini, Sulistijorini; Setyawati, Titiek
Journal of Tropical Life Science Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.447 KB) | DOI: 10.11594/jtls.08.02.05

Abstract

Allelopathy is a natural strategy for the protection or inhibition toward other vegetation through the release of chemicals into the environment. Alpinia malaccensis is thought to be capable of carrying out allelopathic mechanisms, as this species is found to grow well on land invaded by Merremia peltata. Invasive type control with alleopathic mechanism is an alternative to consider as it does not leave a potential residue as a contaminant of soil as it is chemically controlled. The study attempt to investigate the content of A. malaccensis allelochemicals and analyzed the alelopathy potential of A. malaccensis on seed germination and seedling growth of M. peltata. Research method used completely randomized design with 6 replicates for seed treatment and three replicates for seedling treatment. Seeds which have relatively similar size and weight were obtained from the field. Seeds were germinated in petri dishes that have been coated by filter paper, each petri dish contained 6 seeds of M. peltata. The treatment of the seeds germination was performed by giving 3 ml of rhizomes and leaves extracts of A. malaccensis (control, 30 g/L, 60 g/L, 90 g/L, 120 g/L, and 150 g/L). The treatment of the seedlings was performed by giving 30 ml of rhizomes and leaves extracts of A. malaccensis (control, 50 g/L, 100 g/L, 150 g/L, and 200 g/L). The analysis of chemical compounds of fresh rhizomes and leaves showed that A. malaccensis contains alcohol, amide, fatty acid, phenol, ketones, and terpenoids. Rhizomes and leaves extracts 150 g/L of A. malaccensis showed the highest inhibition in germination, dry weight, plumule and radicle length of M. peltata sprout parameters. Rhizomes and leaves extract 200 g/L of A. malaccensis showed the highest inhibition in tendril length, amount of leaves, length and width of M. peltata leaves parameters. To be more efficient, application in the field should use low concentration of extracts that can inhibit the M. peltata. Results of this study are expected to provide information about alternative solutions to suppress the invasion of M. peltata to preserve ecosystems of Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP) in Lampung.