Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pertumbuhan Siput Lola (Trochus niloticus L. 1767) di Perairan Kepulauan Banda Naira Kabupaten Maluku Tengah Abukena, Safrudin La; Wardiatno, Yusli; Setyobudiandi, Isdradjat; Khouw, Abraham S
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 10, No 2 (2014): Jurnal Biologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.994 KB) | DOI: 10.14203/jbi.v10i2.3032

Abstract

Maluku as a major producer, reached the highest production of siput lola (T. niloticus) in 1989 with production about 250tons (6.8 billion) but then drastically decreased to 14.2 tons in 2005. This study was conducted over 16 months (March2012 - June 2013) in the waters of the Banda Islands. The purpose of the study was to determine the individual andpopulation growth of trochus snails. Individual growth rate (K) of siput lola resource for deameter basalt (DB) was equal to0.2439 (von Bertalanffy models) and 0.3571 (Gompertz models). Maximum size (S?) that could be achieved for deameterbasalt was equal to 91.73 mm (von Bertalanffy models) and 88.52 mm (Gompertz models). The population growth rate(r) of siput lola resource was at 0.1469 with a maximum amount that could be reached as many as 401 ind or 122ind ha-1 (von Bertalanffy models) and 191 ind or 58 ind ha-1 (Gompertz models) within a period of 24 months.Keywords : Growth, Trochus niloticus, Banda Naira islands
PERTUMBUHAN SIPUT LOLA (TROCHUS NILOTICUS L. 1767) DI PERAIRAN KEPULAUAN BANDA NAIRA KABUPATEN MALUKU TENGAH Abukena, Safrudin La; Wardiatno, Yusli; Setyobudiandi, Isdradjat; Khouw, Abraham S
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 10, No 2 (2014): Jurnal Biologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v10i2.3032

Abstract

Maluku as a major producer, reached the highest production of siput lola (T. niloticus) in 1989 with production about 250tons (6.8 billion) but then drastically decreased to 14.2 tons in 2005. This study was conducted over 16 months (March2012 - June 2013) in the waters of the Banda Islands. The purpose of the study was to determine the individual andpopulation growth of trochus snails. Individual growth rate (K) of siput lola resource for deameter basalt (DB) was equal to0.2439 (von Bertalanffy models) and 0.3571 (Gompertz models). Maximum size (S?) that could be achieved for deameterbasalt was equal to 91.73 mm (von Bertalanffy models) and 88.52 mm (Gompertz models). The population growth rate(r) of siput lola resource was at 0.1469 with a maximum amount that could be reached as many as 401 ind or 122ind ha-1 (von Bertalanffy models) and 191 ind or 58 ind ha-1 (Gompertz models) within a period of 24 months.Keywords : Growth, Trochus niloticus, Banda Naira islands
KAJIAN ASPEK PERTUMBUHAN POPULASI POKEA (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) DI SUNGAI POHARA SULAWESI TENGGARA Bahtiar ,; Fredinan Yulianda; Isdradjat Setyobudiandi
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 15 No. 1 (2008): Juni 2008
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.438 KB)

Abstract

Pokea merupakan bivalvia endemik Sulawesi dan bernilai  ekonomis penting bagi masyarakat Kota Kendari. Penambangan pasir dan penangkapan pokea di duga sebagai salah satu faktor penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas pokea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan populasi pokea di lokasi penambangan pasir, lokasi penangkapan pokea dan habitat alamiahnya. Penarikan contoh pokea dilakukan di lapangan dan analisis pokea (panjang) dilaksanakan di laboratorium. Penarikan contoh dilakukan selama 3 bulan dengan ulangan setiap minggu (12 kali). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan dengan menggunakan program FiSAT 2002. Panjang cangkang pokea yang ditemukan berkisar antara 0.9-6.3 cm dengan rata-rata 3.31 ± 0.99 cm yang tersebar dalam 1-3 kelompok ukuran. Pertumbuhan populasi pokea tercepat ditemukan di habitat alamiah (stasiun I) dengan nilai koefisien 0.87 dan terendah ditemukan pada lokasi penambangan pasir (stasiun II) dengan nilai koefisien 0.44. Panjang takhingga (L∞) tertinggi ditemukan pada daerah dekat muara (stasiun IV) dengan nilai 6.59 cm dan terendah ditemukan di daerah penangkapan pokea. (stasiun III) dengan nilai 4.79 cm. Hasil ini menunjukan bahwa eksploitasi dan aktivitas penangkapan mempengaruhi kualitas pertumbuhan populasi pokea.Kata kunci: pokea, populasi, pertumbuhan.
Bio-Ecologi Kerang Lamis (Meretrix meretrix) di Perairan Marunda Isdradjat Setyobudiandi; Eddy Soekendarsih; , Yonvitner; Rini Setiawati
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 1 (2004): Juni 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.599 KB)

Abstract

Kerang lamis (Meretrix-meretrix) termasuk sumberdaya moluska (kelompok bivalva) yang bernilai ekonomi tinggi. Namun demikian kegiatan penangkapan dari sedian stok alami di perkirakan telah menyebabkan terjadinya penurunan populasi kerang lamis. Kondisi ini diperparah dengan perubahan kualitas lingkungan yang semakin memprihatinkan. Untuk itu diperlukan suatu kajian tentang upaya pengelolaan yang dapat menjamin kelangsungan sumberdaya M. meretrix melalui pendekatan ekobiologi. Pendekatan yang digunakan adalah analisis ekologi kuantitatif (keseragaman, keragaman, dominansi), analisis biostratigrafi dan analisis populasi dengan program FISAT II. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebaran lamis mengikuti pola sebaran BOD, salinitas, karbon organik dan tingkat kekeruhan. Secara umum kerang terbagi menjadi lima kelompok ukuran, dengan kepadatan tertinggi pada ukuran 32.08-33.23 mm. Sedangkan panjang takhingga adalah 48.90 mm (L¥) dengan laju pertumbuhan 1 (K).Kata kunci: lamis (Meretrix-meretrix), panjang takhingga, keragaman, keseragaman, dominansi, biostratigrafi, pertumbuhan.
KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA SELAM DAN SNORKELING DI TUAPEJAT KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Zulfikar ,; Yusli Wardiatno; Isdradjat Setyobudiandi
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 17 No. 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.751 KB)

Abstract

Daerah Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat memiliki berbagai sumberdaya pesisir dan laut yang potensial, seperti ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang yang ada mempunyai daya tarik yang dapat dikembangkan sebagai tujuan wisata bahari, berupa aktivitas menyelam dan snorkeling. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi dan potensi ekosistem terumbu karang, mengkaji kesesuaiannya bagi aktivitas menyelam dan snorkeling, dan menghitung daya dukung dalam pengembangan tersebut. Analisis matriks kesesuaian untuk kegiatan menyelam dan snorkeling digunakan dalam kajian ini. Daya dukung dianalisis untuk menentukan jumlah turis yang dapat memanfaatkan area pada luasan tertentu. Scenic Beauty Estimate (SBE) diterapkan untuk menentukan kualitas keindahan terumbu karang. Penentuan strategi pengembangan dilakukan dengan analisis SWOT. Hasil analisis kesesuaian memperlihatkan adanya 13 area potensial untuk pengembangan daerah penyelaman dan snorkeling. Hasil analisis SBE membuktikan tingginya minat wisatawan terhadap kondisi ekosistem terumbu karang.Kata kunci: analisis kesesuaian, daya dukung, Kepulauan Mentawai, selam, snorkeling, terumbu karang, Tuapejat, wisata bahari
LINK OF Pharella acutidens ABUNDANCE AND MANGROVE HABITAT IN CEMPI BAY, DOMPU REGENCY, WEST NUSA TENGGAR Awan Dermawan; Isdradjat Setyobudiandi; Majariana Krisanti
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 8 No. 2 (2016): Elektronik Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.242 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v8i2.15821

Abstract

Pharella acutidens clam is a bivalve lives in mangrove ecosystem substrate, that is one of protein source for Dompu’s people. the existence of pharella acutidens in Cempi Bay, Dompu begin difficult to collect due to mangrove area has been reduced by result of land conversion from mangrove ekosistem area to estuary aquaculture pond and mangrove timber exploitation by local community as well as the Pharella acutidens routin exploitation, these factor may has influenced the existence of Pharella acutidens clam in the Cempi Bay mangrove ecosystem. This study aims to determine the condition of the Pharella acutidens clams located in the mangrove ecosystem Cempi bay, which in is an abundance on different conditions mangrove vegetation an abundance of Pharella acutidens clams tended more on high density and high basal area sites as well as the size of the clams. Varied habitats, from the density of 1.333 trees/ha up to 3.300 trees/ha, the basal area and the diverse species of mangrove, making this study an interesting thing  This journal is part of the research that explains positive influence between total basal area of mangrove vegetation (∑Ci) and abundance of Pharella acutidens, by simple regression analysis. The result showed that total basal area of mangrove vegetation (∑Ci) positively influencing abundance of P. acutidens clams with equation y = 0,3038x + 3,887 and R2 = 0,9579.