Penelitian tentang perbanyakan garut (Maranta arundinacea L) dari bibit cabutan sisa panen dengan aplikasi berbagai pupuk kandang telah dilakukan di kebun percobaan Puslit Biologi LIPI, Cibinong. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial, dua faktor dengan lima kali ulangan. Faktor pertama adalah waktu pemupukan terdiri dari dua taraf yaitu W1= 1x pupuk di awal penanaman, W2= 2x pupuk (awal dan umur empat bulan setelah tanam). Faktor kedua adalah macam pupuk yang digunakan terdiri dari lima taraf pupuk yaitu P1= Kontrol (tanpa pupuk), P2= pupuk kandang kotoran kambing, P3= PK kotoran ayam, P4= PK kotoran sapi, P5= pupuk kompos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bibit cabutan sisa panen untuk perbanyakan garut menghasilkan pertumbuhan yang baik sama seperti menggunaan bibit dari umbi, sehingga dianjurkan penggunaan bibit cabutan sisa panen untuk perbanyakan garut karena dapat menghemat umbi (3000 - 3500 kg) sebagai bibit per hektar. Pertumbuhan bibit paling cepat terlihat pada pemakaian pupuk kandang kotoran kambing (P2) yang diberikan dua kali daripada perlakuan yang lainnya. Hal ini terlihat pada semua parameter yang diamati tertinggi (tinggi bibit 98,6 cm, jumlah daun 100 helai dan jumlah anakan 8), dan pertumbuhan paling rendah terlihat pada kontrol yang dipupuk 1kali (tinggi bibit 39,6 cm, jumlah daun 28,0 helai), akan tetapi jumlah anakannya (3,2) terlihat sedikit lebih tinggi dari pemupukan satu kali dengan kompos (2,8). Apabila dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman tiap bulannya juga terlihat bahwa peningkatan pertumbuhan bibit garut yang dipupuk dengan pupuk kandang kotoran kambing dengan 2kali pemupukan tertinggi. Frequensi pemupukan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman garut, yaitu dua kali pemupukan lebih baik daripada satu kali pemupukan.A study of propagation ofArrowroot (Maranta arundinacea L) from plant residues after harvest with various applications ofdung manure was conducted at the Experimental Garden of Research Center for Biology LIPI, Cibinong. The Factorial in Randomized Completely Block Design was adopted with two factors and five replications. The first factor was the timing offertilizer application with two levels, i.e. W1 = 1x fertilizer in the early ofplanting and W2 =2x fertilizer (the early and 4 months after planting). The second factor was fertilizer with five levels, i.e. P1 =Control (without fertilizer), P2 =dung manure of goat litter, P3 =poultry manure, P4 =cattle manure, P5 =compost fertilizer. The result showed that the plant residues after harvest for propagating arrowroot produced best growth comparable to the propagation with tuber material. So, it was suggested to use plant material with plant residues after harvest This could save about 3000-3500 kg of tubers for planting material per hectare. The best response on growing of arrowroot was the application of 2 times of dung manure from goat litter (P2). This was shown at all parameters observation, i.e. 98.6 cm ofplant height, 100 sheets ofleaf number, and 8of tillers. The lowest data was seen at control with 1time fertilizer i.e. 39.6 cm ofplant height, 28 sheet ofleaf number, but the clump 3.2 was more amount than compost fertilizer (2.8 of tillers). This treatment was also seen to increase the height of plants by adding arrowroot seedling during observation. The frequency of fertilizer was significant effect on growing of plant vegetative, i.e. twice fertilizer application was better than once application.