Claim Missing Document
Check
Articles

Komunikasi Transendental Antara Penari Tamborin dan Tuhan Dhea Marianti; Suzy S. Azeharie
Koneksi Vol 2, No 2 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v2i2.3897

Abstract

Penelitian ini merupakan hasil penelitian kualitatif membahas tentang komunikasi ritual Tarian Tamborin. Tarian Tamborin merupakan suatu bentuk wujud penyampaian pujian dan penyembahan umat Kristiani kepada Tuhan. Tarian ini biasanya dilakukan pada setiap hari minggu dalam Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi ritual Tarian Tamborin dalam Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia di Jakarta. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi ritual, teori komunikasi non verbal dan teori komunikasi transendental. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif secara fenomenologi deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis menggunakan wawancara  dan observasi. Data diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan enam narasumber. Berdasarkan hasil penelitian penulis menemukan bahwa komunikasi ritual dalam Tarian Tamborin adalah penari Tamborin dapat menyampaikan bentuk pujian, penyembahan dan ucapan syukur kepada Tuhan melalui Tarian Tamborin yang terdiri dari lima unsur yaitu berbagi, partisipasi, perkumpulan atau asosiasi, persahabatan dan keyakinan bersama. Komunikasi transendental dalam penelitian ini adalah dari kelima narasumber penulis menemukan bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan Tuhan melalui tarian Tamborin.
Studi Budaya Dalam Komunitas Fans Nike Ardilla di Jakarta (Fanatisme Penggemar Nike Ardilla) Stella Stella; Suzy S. Azeharie
Koneksi Vol 2, No 2 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v2i2.3941

Abstract

Nike Ardilla Fans Club merupakan sebuah nama bagi penggemar dari penyanyi Nike Ardilla yang terdiri dari berbagai macam orang yang memiliki ketertarikan yang sama. Nike Ardilla Fans Club sudah tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Penggemar Nike Ardilla juga tersebar di luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand dan Hongkong. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui studi komunikasi budaya dalam komunitas fans Nike Ardilla di Jakarta, untuk mengetahui bentuk fanatisme komunitas fans Nike Ardilla dan untuk mengetahui komunitas fans Nike Ardilla menjadi fanatik. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori budaya, teori fanatisme dan teori identitas budaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif studi kasus secara deskriptif. Data yang dianalisis diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber dan dari hasil observasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa komunitas Nike Ardilla fans Club didominasi oleh anggota perempuan. Anggota Nike Ardilla Fans Club memiliki alasan tertentu yang membuat para fans menjadi fanatik. Komunitas Nike Ardilla Fans Club memiliki identitas budaya yaitu kebiasaan unik yang dilakukan sehingga membentuk budaya yang terjadi sampai saat ini, dan komunikasi yang terjalin antara sesama anggota Nike Ardilla Fans Club berjalan dengan baik. Komunikasi yang dilakukan juga menggunakan perantara media sosial.
Budaya Anak Punk di Yayasan Laskar Berani Hijrah (Studi Komunikasi Budaya Anak Punk di Depok) Mikael Rainer Anggiprana; Suzy Azeharie
Koneksi Vol 4, No 2 (2020): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v4i2.8119

Abstract

Punk community are a distinguished group with its own unique culture. One of the most striking uniqueness of this community is their appearances which causes discomfort to the public and thus isolates them. Laskar Berani Hijrah Foundation is an institution which seeks to foster this punk community. The method used is based on Islamic teachings and the Holy Quran and its verses in it as a basis for guidance. This action is affecting the culture that the distinguished punk community held in the way they are communicating. The writer conduct a research that related to the cultural communication of the punk community in Laskar Berani Hijrah Foundation. Theories that is used in this research are ethnography theory and cultural theory. This research use qualitative approach that featured phenomenology as its method. Researcher choose four informants, whom are the chairman of the foundation, ustadz that also act as a mentor and two punks in the institution. This research conclude that the punk community in the Laskar Berani Hijrah Foundation performs cultural communication in verbal and nonverbal means, inside and also outside the routine activity that held by the foundation, influenced by two major factors that are their surroundings pressure as well as spiritual values implantation.Anak punk merupakan kelompok yang memiliki budayanya sendiri. Salah satu budaya kelompok ini dapat dilihat dari cara mereka berpenampilan. Namun tampilan yang berbeda tersebut menimbulkan rasa kekhawatiran di masyarakat dan membuat kelompok anak punk menjadi semakin terasing. Yayasan Laskar Berani Hijrah membimbing anak punk untuk mengarahkan dan membimbing mereka menuju arah yang lebih baik dengan dasar agama Islam dan ayat-ayat Al Quran dalam berkomunikasi dalam binaan. Hal ini berdampak pada budaya dalam kelompok anak punk sendiri terutama dalam berkomunikasi. Penulis melakukan penelitian yang berkaitan dengan komunikasi budaya anak punk di Yayasan Laskar Berani Hijrah. Teori yang digunakan adalah teori etnografi komunikasi dan teori budaya. Penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Penulis memilih empat informan yang antara lain adalah ketua yayasan, ustad sekaligus pembimbing dan dua anak punk di yayasan tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah anak punk di Yayasan Laskar Berani Hijrah melakukan komunikasi budaya secara verbal dan nonverbal di dalam maupun di luar kegiatan rutin bersama yayasan yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tekanan lingkungan serta penanaman keimanan dan spiritualitas kepada anak punk.
Studi Komunikasi Kelompok Terapi pada Pasien Gangguan Jiwa di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Wilson Wilson; Suzy S. Azeharie
Koneksi Vol 2, No 2 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v2i2.3946

Abstract

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan adalah salah satu rumah sakit jiwa ternama di Indonesia yang berdiri menangani para pasien gangguan jiwa sejak tahun 1876. Dalam kegiatan keperawatan pasien gangguan jiwa, terdapat kegiatan komunikasi kelompok terapi. Komunikasi kelompok terapi yang terjadi antar pasien gangguan jiwa ini memiliki berbagai fungsi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi kelompok yang mencakup jaringan komunikasi kelompok, tipe komunikasi kelompok, fungsi komunikasi kelompok, dan komunikasi verbal dan non-verbal. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan metode penelitian studi kasus. Data yang akan dianalisis diperoleh dari observasi dan wawancara dengan tiga orang pasien gangguan jiwa sebagai kelompok kecil serta satu perawat. Penelitian ini bertujuan untuk memahami cara para pasien gangguan jiwa berkomunikasi dalam kelompok terapi dan fungsi komunikasi kelompok pada pasien gangguan jiwa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah komunikasi kelompok terapi yang terjadi di RSJ termasuk dalam jaringan komunikasi kelompok semua saluran. Informan pasien menyampaikan pesan verbal untuk mengenal satu sama lain, dan memberikan pesan non-verbal untuk menyampaikan perasaannya. Sedangkan fungsi komunikasi kelompok yang paling terlihat adalah fungsi sosial dan fungsi persuasif.
Analisis Semiotika Tato Tradisional Suku Mentawai Ian Handani; Suzy Azeharie
Koneksi Vol 3, No 1 (2019): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v3i1.6144

Abstract

Penelitian ini mengangkat tentang tato tradisional Suku Mentawai. Tato adalah sebuah karya seni yang memiliki nilai dan makna dari setiap gambar atau motifnya. Penelitian tentang makna tato Mentawai penting untuk dilakukan karena sejauh ini tidak banyak penelitian mengenai makna pada tato masyarakat Mentawai. Praktik tato sendiri sudah dijalankan mulai Sebelum Masehi tepatnya pertama kali di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Dari tahun ke tahun peminatan tato tradisional ini mulai menurun karena dianggap sudah kuno dan ketinggalan zaman. Data hasil penelitian diambil dari wawancara dengan tiga narasumber yang pernah tinggal di Mentawai serta dokumentasi, guna mendapatkan data yang bisa dipercaya. Data yang didapat akan dibedah dengan Teori Semiotika Model Charles Sanders Pierce yang memakai segitiga makna untuk menganalisa data dan bertujuan untuk mengetahui arti dan kegunaan dari tato yang dipakai oleh suku Mentawai. Kesimpulan dari penelitian ini adalah suku Mentawai mengganggap tato merupakan sebuah hal yang sakral karena berhubungan dengan alam dan arwah. Dari hasil penelitian ada delapan jenis tato antara lain sarepak abak dan sibalubalu. Setiap tato yang dipakai oleh suku Mentawai juga memiliki makna yang berbeda dari setiap motifnya.
Representasi Maskulinitas pada Sosok Ayah dalam Film (Studi Semiotika Roland Barthes pada Film Fatherhood) Winardi Aldrian; Suzy Azeharie
Koneksi Vol 6, No 1 (2022): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v6i1.15540

Abstract

Film is the dominant form of visual mass communication in this world. In general, films are built upon signs, which include images and sounds. On June 18, 2021, Netflix released the comedy drama film Fatherhood. This film tells the story of a father who has to live as a single father who has to perform a domestic role by taking care of a child, as well as being an architect as his public role. This study aims to find out the representation of masculinity in father figure on Fatherhood. The theory used by author in this study is mass communication theory, film as mass media, Netflix, Roland Barthes’s semiotic, representation, gender and masculinity. This research uses a descriptive qualitative approach with Roland Barthes’s semiotic model analysis technique. The research data were obtained from scenes or texts in film, observations, and literature studies. The conclusion of this study is that the masculinity in father figure on “Fatherhood” is represented through three aspects, namely the domestic role that’s associated with the concept of male masculinity as a “new man as nurturer” and the concept of fatherhood, the public role which is the role of the men with masculinity and societal views that’s related to patriarchal ideology. Film merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual dalam dunia. Pada umumnya film dibangun dengan tanda-tanda meliputi gambar dan suara. Pada tanggal 18 Juni 2021, Netflix merilis film drama komedi yang berjudul Fatherhood. Film ini menceritakan tentang seorang ayah yang harus menjalani hidup sebagai ayah tunggal yang melakukan peran domestik dengan mengasuh anak sekaligus peran publik yaitu bekerja sebagai arsitek. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi maskulinitas pada sosok ayah dalam film Fatherhood. Teori yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teori media massa, film sebagai media massa, Netflix, semiotika Roland Barthes, representasi, gender dan maskulinitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik analisis semiotika model Roland Barthes. Data penelitian diperoleh dari adegan-adegan atau teks pada film, observasi pada film, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Kesimpulan pada penelitian ini adalah maskulinitas pada sosok ayah dalam film Fatherhood direpresentasikan melalui tiga hal, yaitu peran domestik yang berhubungan konsep maskulinitas laki-laki sebagai “new man as nurturer” dan konsep fatherhood, peran publik yang merupakan peran laki-laki dengan maskulinitasnya dan pandangan masyarakat yang berkaitan dengan ideologi patriarki.
Ritual Sajen pada Penganut Sunda Wiwitan (Studi Komunikasi Budaya pada Penganut Sunda Wiwitan) Melina Melina; Suzy S. Azeharie
Koneksi Vol 3, No 2 (2019): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v3i2.6431

Abstract

Sunda Wiwitan is a belief held by traditional Sundanese society or native Sundanese religion. Sundanese Wiwitan community is spread in West Java, one of which is Cigugur Village, Kuningan. In carrying out their religious activities, this group usually presents offerings. The rituals of offerings in Sunda Wiwitan have existed since the stone age. This ritual is a legacy from the ancestors handed down to the younger generation of Sunda Wiwitan through the communication process. This ritual is still carried out by the Sunda Wiwitan community until this day. The purpose of this research is to find out how the process of offering rituals on Sunda Wiwitan adherents and what are the preparations needed at the time of the ritual. Theories used in this research are communication theory, culture and ritual communication. The research method used was a descriptive qualitative research method with a phenomenological method. The data to be analyzed was obtained from the results of in-depth interviews with three speakers. The conclusion from this study is that ritual offerings are not a negative thing. But the offerings ritual is a ritual that presents the work of human beings to Sang Hyang Kersa or the Creator, creatures that appear or do not appear as expressions of gratitude and. This ritual is also a symbol that describes the relationship between humans and nature and humans with the Creator. Sunda Wiwitan merupakan sebuah aliran kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tradisional Sunda atau agama Sunda asli. Masyarakat penganut Sunda Wiwitan tersebar di daerah Jawa Barat salah satunya adalah Desa Cigugur, Kuningan. Dalam menjalankan kegiatan agamanya kelompok ini biasa menyajikan sajen. Ritual sajen dalam Sunda Wiwitan sudah ada sejak zaman batu. Ritual ini merupakan warisan dari para leluhur yang diturunkan kepada generasi muda Sunda Wiwitan melalui proses komunikasi. Ritual ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Sunda Wiwitan sampai saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah proses ritual sajen pada penganut Sunda Wiwitan dan apa saja persiapan yang dibutuhkan pada saat ritual sajen dilakukan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, budaya dan komunikasi ritual. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan metode fenomenologi. Data yang akan dianalisis diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan tiga orang narasumber. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ritual sajen bukanlah sebagai suatu hal yang negatif. Tetapi ritual sajen merupakan ritual yang mempersembahkan hasil karya olah manusia kepada Sang Hyang Kersa atau Sang Pencipta, makhluk yang tampak maupun tidak tampak sebagai ucapan rasa syukur dan terima kasih. Ritual sajen juga merupakan simbol yang menggambarkan hubungan antara manusia dengan alam dan manusia dengan Sang Pencipta.
Studi Komunikasi Budaya di Kota Padang (Akulturasi Budaya Minangkabau Pada Etnis Tionghoa di Kota Padang) Kezia Natalia Sjofjan; Suzy S. Azeharie
Koneksi Vol 2, No 2 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v2i2.3917

Abstract

Penelitian berjudul Studi Komunikasi Budaya Di Kota Padang (Akulturasi Budaya Minangkabau Pada Etnis Tionghoa di Kota Padang) ini dilakukan untuk mengetahui akulturasi budaya Minangkabau pada etnis Tionghoa di kota Padang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode fenomenologi. Penelitian akan menggunakan wawancara semi terstruktur terhadap lima informan etnis Tionghoa. Data penelitian yang diperoleh bersumber dari wawancara, observasi dan studi pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah elemen budaya dari Larry A. Samovar, Richard E. Porter dan Edwin R. McDaniel yakni sejarah, agama, nilai, organisasi sosial dan bahasa. Penelitian ini menemukan adanya akulturasi budaya Minangkabau pada etnis Tionghoa di kota Padang yakni bahasa, organisasi sosial, nilai dan sejarah yang terjadi karena adanya interaksi sosial dan saling keterbukaan antara etnis Minangkabau dan etnis Tionghoa.
Perilaku Imitasi Pekerja Non Tuli pada Pekerja Tuli (Studi Komunikasi Kelompok di Media KamiBijak) Elvina Marcella Wijaya; Suzy Azeharie
Koneksi Vol 5, No 1 (2021): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v5i1.10119

Abstract

Human will always communicate throughout their lives and one of the examples is in the work environment. In a work group, a good communication between the employees is essential to finish the work optimally. It could be difficult to achieve the desired output when the communication is between employees with hearing loss and employees without hearing loss. The goal of this research is to determine the imitation behavior that conducted by employees without hearing loss toward employees with hearing loss in KamiBijak media, and also the difficulties they experienced while imitating. This research is done because there are no other researches about this topic before. Theories used in this research are group communication theory, nonverbal communication, and imitation. A qualitative approach and case study method are also used for this research. The data of this research are obtained from passive observation and interviews with five informants. The result shows that the imitation done by employees without hearing loss is copying behavior because of interest and matched-dependent behavior because of motivation. Forms of nonverbal communication that imitated by employees without hearing loss in terms of kinesics are sign gestures, facial expression, eye contact, and physical contact such as touching. Other than that, there are also vocal examples such as lips movement adjusting their speech speed, and proxemics in form of personal space in communication. The difficulties that employees without hearing loss are experiencing is that the sign language that is done by the employees with hearing loss are too fast and using only one hand.Manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak dapat terlepas dari komunikasi, salah satunya dalam hal bekerja. Dalam suatu kelompok kerja, dibutuhkan komunikasi yang baik antara pekerja agar dapat menyelesaikan pekerjaan bersama dengan maksimal. Hal ini menjadi sulit jika komunikasi yang dilakukan melibatkan pekerja tuli dan pekerja non tuli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku imitasi yang dilakukan pekerja non tuli pada pekerja tuli dalam kelompok kerja di media KamiBijak serta hambatan yang dialami dalam melakukan imitasi. Penelitian ini dilakukan karena belum pernah ada yang meneliti. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi kelompok, komunikasi nonverbal, dan imitasi. Penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan metode studi kasus. Data hasil penelitian diperoleh melalui observasi pasif dan wawancara mendalam dengan lima informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk imitasi yang dilakukan pekerja non tuli adalah copying behavior karena ketertarikan dan matched-dependent behavior karena adanya motivasi. Bentuk komunikasi nonverbal yang diimitasi oleh pekerja non tuli meliputi kinesik yang terdiri dari gerakan isyarat, ekspresi wajah, kontak mata, serta sentuhan. Lalu, vokalik yaitu menggunakan gerak bibir dengan mengatur kecepatan berbicara, dan proksemik dalam bentuk penggunaan jarak pribadi dalam berkomunikasi. Hambatan yang dialami pekerja non tuli dalam melakukan imitasi adalah gerakan isyarat yang dilakukan pekerja tuli terlalu cepat dan hanya menggunakan satu tangan.
Komunikasi Transendental Sembahyang Buddha Mahayana (Studi Semiotika Sembahyang Di Vihara Padumuttara Tangerang) Tania Tania; Suzy S. Azeharie
Koneksi Vol 2, No 2 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v2i2.3942

Abstract

Sembahyang yang dilakukan oleh umat Buddha Mahayana di Vihara Padumuttara merupakan bentuk kegiatan komunikasi antara manusia dengan Tuhan sehingga membentuk makna yang dipahami bersama. Jadi fokus utama dalam penelitian ini adalah membahas makna semiotika pada komunikasi transendental sembahyang Buddha Mahayana di Vihara Padumuttara Tangerang. Penelitian ini akan diuraikan dengan analisis semiotika Roland Barthes. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data yang digunakan merupakan hasil dari observasi nonpartisipan, wawancara dengan narasumber, studi kepustakaan dan penelusuran data secara online. Makna Sembahyang Buddha Mahayana dapat dilihat dari makna gerak tubuh dalam sembahyang yaitu wensin, namaskara dan pradaksina. Selain itu juga terdapat makna dari teks yang diucapkan yaitu nien fo sehingga didapatkan makna sembahyang Buddha Mahayana yaitu penghormatan dan perenungan terhadap ajaran atau Dhamma Sang Buddha mencangkup sifat-sifat luhur Buddha.