Didik Supriyanto
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Meningkatkan Proses Pembelajaran melalui Moving Class Didik Supriyanto
MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Vol 1 No 1 (2014): Maret
Publisher : Program Studi PGMI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.561 KB)

Abstract

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa adalah dengan mengubah kegiatan belajar yang monoton yaitu dengan mengadakan program pembelajaran Moving Class (perpindahan kelas) dari kelas satu ke kelas yang lain yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Kegiatan belajar yang monoton akan menimbulkan tragedi learning shut down bagi siswa, karenanya Moving Class merupakan alternative pemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Perpindahan kelas di sini bukan hanya diartikan sebagai perpindahan antara ruang kelas saja, tetapi dapat juga meliputi kegiatan belajar yang dilakukan dihalaman sekolah, diskusi di Masjid, atau mencari literatur di perpustakaan. Dari pengamatan sementara, pelaksanaan Moving Class masih belum banyak diterapkan oleh sekolah tetapi ada juga sekolah yang sudah menerapkan sistem ini. Untuk itu penulis akan menjelaskan tentang moving class sehingga para guru, pembaca dan pemerhati dibidang pendidikan mempunyai gambaran tentang moving class dan bagaimana menerapkannya.
Madrasah Bermutu Berbasis Manajemen Mutu Terpadu (MMT) Didik Supriyanto
MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Vol 2 No 1 (2015): Maret
Publisher : Program Studi PGMI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.334 KB)

Abstract

Membahas tentang madrasah merupakan hal menarik di era kontemporer. Mengingat, madrasah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang lebih dekat dan familiar dengan rakyat daripada sistem pendidikan formal lainnya. Dalam analisis para pakar pendidikan, madrasah juga lebih strategis dalam pencapaian PUS-EFA (Pendidikan untuk Semua-Education for All), karena madrasah lebih murah dalam hal pembiayaan dan lebih mudah dijangkau oleh rakyat kebanyakan (grass root). Hal ini yang menjadikan madrasah semakin menemukan signifikansinya dalam kompetisi global saat ini, sehingga madrasah dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan Islam formal yang amat berkontribusi dalam pemberantasan buta huruf rakyat (Indonesia). Untuk tetap bisa eksis dalam percaturan global, maka madrasah perlu menerapkan berbagai strategi agar bisa tetap berdaya dan bermutu. Salah satu strategi di bidang manajemen (pengelolaan) yang bisa diterapkan madrasah untuk menuju ke arah lembaga (madrasah) yang bermutu adalah ”Manajemen Mutu Terpadu”. Dalam praksisnya, manajemen mutu terpadu berpijak pada pengelolaan berbagai sumber daya atau potensi yang dimiliki untuk dimanfaatkan secara total (terpadu) dan saling terkait -satu dengan yang lain- dalam memajukan dan mengembangkan madrasah agar menjadi lembaga pendidikan yang bermutu. Dalam penerapannya, manajemen mutu terpadu tidak selalu mengandalkan biaya yang besar, tetapi pemanfaatan secara optimal berbagai potensi yang dimiliki. Dalam kaitan ini, peran kepala sekolah/madrasah sangat diperlukan dalam mengarahkan pengelolaan berbagai potensi yang dimiliki lembaga (madrasah) dalam menuju keberdayaan dan kebermutuannya.
Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak dan Pendidikan Keagamaan Orangtua Didik Supriyanto
MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Vol 2 No 2 (2015): September
Publisher : Program Studi PGMI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.359 KB)

Abstract

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah selama ini telah berusaha mengembangkan banyak program pendidikan yang melibatkan berbagai lembaga yang ada di dalam masyarakat, program pendidikan tersebut guna menjangkau seluruh warga masyarakat dari yang atas sampai lapisan paling bawah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang amat mendasar, karena pada masa usia dini merupakan masa emas (golden age) dan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Pengertian Anak usia dini secara umum adalah anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun. Anak pada usia 4 – 6 tahun atau usia Taman Kanak-kanak (pada jalur pendidikan formal sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini), merupakan masa peka bagi anak, karena masa ini merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Masa ini merupakan masa awal perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu dibutuhkan suatu kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal (Kemendiknas, 2010). Salah satu sikap dasar yang harus dimiliki anak untuk menjadi manusia yang baik dan benar adalah memiliki sikap dan nilai moral yang baik dalam berprilaku sebagai umat Tuhan, anak, anggota keluarga dan anggota masyarakat. Usia di masa Pendidikan Anak Usia Dini adalah saat yang paling baik dan tepat untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan nilai, moral, dan agama kepada anak. Walaupun peran orang tua sangatlah besar dalam membangun dasar moral dan agama bagi anak-anaknya, peran pendidik Pendidikan Anak Usia Dini juga tidaklah kecil dalam meletakkan dasar moral dan agama bagi seorang anak (Hidayat, 2007:38).
Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan Didik Supriyanto
MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Vol 4 No 2 (2017): September
Publisher : Program Studi PGMI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.654 KB)

Abstract

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah: “usaha dasar dan terencana untk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan profesional; yakni guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah, serta dosen di perguruan-perguruan tinggi sebagaimana yang tersirat dalam Bab XI Pasal 39 (2) UU Sisdiknas tersebut. Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan keguruan yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntunan zaman dan kemajuan sains dan teknologi. Di antara pengetahuan-pengetahuan psikologi terapan dengan pendekatan baru yang erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar dalam suasana zaman yang berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang ini. Untuk memenuhi kebutuhan akan psikologi terapan dengan pendekatan baru itulah, makalah Psikologi Pendidikan ini disusun, dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang berarti dan memantapkan kualitas kompetensi calon guru dan guru serta dosen profesional yang bertugas pada jenjang masing-masing.
Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis E-Learning Didik Supriyanto
MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Vol 5 No 1 (2018): Maret
Publisher : Program Studi PGMI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.778 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemanfaatan media pembelajaran berbasis e-learning terhadap motivasi dan prestasi belajar tematik khususnya tema 8 sub tema 1 siswa kelas IV MI Walisongo 1 Sooko Mojokerto. Populasi penelitian ini adalah siswa siswa kelas IV MI Walisongo 1 Kedungmaling Sooko Mojokerto, dengan sampel siswa kelas IVA sebanyak 27 siswa dan IVB 27 siswa, jumlah total keseluruhan adalah 54 siswa. Pada eksperimen yang kami lakukan, Setiap kelas mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu pre test dan post test pada kedua kelas IVA dan IVB, Di mana kelas eksperimen diberikan stimulasi berupa media video e-learning, dan kelas kontrol menggunakan cara mengajar secara konvensional (ceramah/LKS). Berdasarkan data post test pemahaman belajar siswa diperoleh, untuk kelas eksperimen skor rata-rata pembelajaran menggunakan e-learning pada pembelajaran tematik sub tema 1 sub bidang studi IPS sebesar 76,29 lebih tinggi daripada pembelajaran secara konvensional sebesar 65,37. Dan, sub bidang studi Matematika skor rata-rata 76,29 lebih tinggi daripada pembelajaran secara konvensional sebesar 66,29. Sub bidang studi SBdP Skor rata-ratanya 77,40 untuk kelas eksperimen dan 75,37 kelas kontrol. Dan, sub bidang studi Bahasa Indonesia untuk kelas eksperimen skor rata-ratanya 83,33, sedang kelas kontrol skor rata-ratanya 77,77.
Variasi Model Pembelajaran Guru MI pada di MI Miftahul Ulum Rowogempol Lekok Pasuruan Didik Supriyanto
MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Vol 5 No 2 (2018): September
Publisher : Program Studi PGMI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.966 KB)

Abstract

Variasi mengajar Guru merupakan proses menantang ide- ide dan cara- cara melakukan hal- hal yang sudah diterima untuk menemukan solusi- solusi atau konsep-konsep baru. Pembelajaran tematik merupakan satu tujuan pengajaran yang penting untuk membantu murid memahami konsep utama dalam suatu objek. Pemahaman akan berkembang apabila guru dapat membantu murid untuk mengeksplorasikan topik secara mendalam dan memberi mereka contoh yang tepat dan menarik. Penelitian ini dilaksanakan di MI Mifathul Ulum Rowogempul Lekok Pasuruan, dengan objek penelitian yaitu semua siswa Kelas III yang berjumlah 28 siswa. Adapun tujuan dilakukanya penelitian ini adalah mendeskripsikan: 1) untuk menjelaskan seberapa besar variasi guru di MI Mifathul Ulum Rowogempul Lekok Pasuruan, 2) Untuk menjelaskan seberapa besar pembelajaran tematik di MI Mifathul Ulum Rowogempul Lekok Pasuruan, 3) Untuk menjelaskan besarnya pengaruh variasi mengajar guru dalam pembelajaran tematik terhadap pembelajaran tematik di MI Mifathul Ulum Rowogempul Lekok Pasuruan. Populasi dalam penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi sederhana. Data yang diperoleh menggunakan kuisioner tertutup skala likert dan lima alternative jawaban. Subjek penelitian ini adalah MI Mifathul Ulum Rowogempul Lekok Pasuruan. Subjek penelitian ini sebanyak 28 responden. Dengan menggunakan teknik sampling insidental. Sumber data berupa data primer dan data sekunder. Sedangkan teknil analisis data yang digunakan regresi sederhana Hasil analisis data dari penelitian ini diperoleh dari uji t adalah: Pengaruh variasi mengajar guru pada pembelajaran tematik di MI Mifathul Ulum Rowogempul Lekok Pasuruan. Dengan nilai signifikan dari hasil regresi sederhana diperoleh nilai= 0,000< 0,005. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa (1) tingkat variasi mengajar guru dalam pembelajaran tematik membuktikan bahwa variasi mengajar guru sangat tinggi (2) Tingkat pembelajaran tematik di MI Mifathul Ulum Rowogempul Lekok Pasuruan diketahui bahwa pembelajaran tematik tinggi (3) terdapat pengaruh variasi mengajar guru dalam pembelajaran tematik terhadap pemahaman belajar siswa.
Reaktualisasi Karakter Peserta Didik melalui Pendidikan Islam Didik Supriyanto; Arif Efendi
MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Vol 8 No 2 (2021): September
Publisher : Program Studi PGMI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/modeling.v8i2.1074

Abstract

This article discusses the role of Islamic religious education in character building of students in schools. PAI is one of the main pillars of character education. Character education will develop well if it starts from the deep-rooted religious spirit of children, so the school's PAI teaching materials are one of the supporting characters of character education. Through PAI studies, students learn aqidah as the foundation of their religion, teach the Quran and Hadith as a guide for their lives, teach Fiqh as a legal sign in worship, teach Islamic history as a living example, and teach ethics as a human guide. good or bad behavior. Bad. Therefore, the main goal of PAI learning is the personality development of the students, which is reflected in their behavior and mentality in everyday life. One of the successes of PAI learning in schools depends on the application of appropriate learning methods.
PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) DI KELAS V MI SALAFIYAH SYAFIIYAH KLINTEREJO SOOKO MOJOKERTO Didik Supriyanto
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 4 No 1 (2017): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.845 KB)

Abstract

Abstrak: Pendidikan Kewarganegaraan yang disajikan dengan ceramah dan latihan- latihan individual sering tidak disukai oleh para siswa. Akibatnya hasil belajar selalu di urutan paling bawah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Padahal ilmu bahasamemiliki peranan sangat strategis dalam berbagai kehidupan. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan dapat meningkatkan hasil belajar, maka perlu adanya perubahan pembelajaran yang menarik yaitu menerapkan pembelajaran model demonstrasi.Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan subyek 26 orang siswa dari jumlah siswa seluruhnya 26 siswa MI Salafiyah Syafiiyah Klinterejo Sooko Mojokerto Kelas IV. Pengambilan data menggunakan metode inkuiri. Penelitian dilakukan dengan tiga siklus. Setiap siklus dilakukan perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan tindakan secara berurutan berupa: pembelajaran klasikal, pembelajaran kelompok membuat soal dan jawaban model Demonstrasi. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan I pembelajaran klasikal, kerja kelompok, dan unjuk kerja kelompok dalam bentuk kuis. Pertemuan lI melanjutkan unjuk kerja kelompok dalam kegiatan kuis dan evaluasi hasil belajar.Hasil penelitian pada siklus I, aktifitas pembelajaran klasikal hanya mencapai 54,22%. Hal ini belum mencapai peningkatan proses pembelajaran yang diharapkan yaitu 60-70%. Namun pada proses pembelajaran kelompok telah mencapai 91,66% dengan target 70-80%, dan kuis mencapai 74,82% dengan target 70-80%. Sedangkan hasil belajar hanya mencapai 66,66% siswa mencapai nilai 60 - >60 dengan rerata nilai 65 sedangkan target yang ditentukan 100% tuntas mencapai nilai 60 - >60.Untuk meningkatkan proses pembelajaran klasikal pada siklus II setiap siswa diberi peraga beberapa bangun datar untuk dibentuk menjadi berbagai gabungan bangun dalam membuat soal. Pada Siklus II terjadi peningkatan proses pembelajaran klasikal menjadi 66,15% karena mulai ada 4 orang siswa bertanya dan 20 orang siswa mencatat, di mana pada siklus I tidak ada siswa yang bertanya dan mencatat. Proses Pembelajaran kelompok182meningkat menjadi 92,85%. Dan Pembelajaran kuis meningkat menjadi 86,16%. Sedangkan hasil belajar mencapai rerata 72,3% dengan 76,92% siswa mencapai 60- >60. Dalam proses penyampaian soal kuis menunjukkan soal-soal yang dikemukakan siswa cukup rumit, karena berupa berbagai gabungan bangun datar yang bermacam-macam.Pada Siklus III selain ada peraga untuk setiap siswa, untuk dapat menemukan rumus luas bangun ruang berdasarkan rumus luas bangun datar yang telah dikuasai siswa, juga ditambah dengan pemberian tugas rumah berupa latihan-latihan. Hal ini disebabkan kompetensi yang harus dikuasai semakin sulit. Pada siklus III terjadi peningkatan proses pembelajaran klasikal yang cukup tinggi menjadi 84,61%. Hal ini disebabkan semakin banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 10 siswa dan mencatat sebanyak 26 siswa. Proses Pembelajaran kelompok meningkat menjadi 97,61%, dan proses kegiatan kuis meningkat menjadi 92,77%. Sedangkan hasil belajar mencapai rerata 79,61% dengan 100% siswa mencapai nilai 60 - >60. Dengan demikian semua target yang ditetapkan telah tercapai.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (l) Pembelajaran model kooperatif Demonstrasi dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun lebih bersemangat, meningkatkan proses pembelajaran, dan hasil belajar. (2) bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat, meningkatkan proses belajar, dan hasil belajar.