Nadra Akbar Manalu
Institut Seni Budaya Indonesia Aceh

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pengembangan Karakter Warga Binaan melalui Tari Rapa’i Geleng di Lembaga Pemasyarakatan Kota Jantho Aceh Besar Nadra Akbar Manalu; Fentisari Desti Sucipto; Tria Ocktarizka; Sartika Br Sembiring
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 4, No 1 (2020): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2020
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.054 KB) | DOI: 10.24114/gondang.v4i1.15437

Abstract

Dance performance plays an important role in daily life. It is not only showed on the stage but also becomes religious ceremony, therapy media, habitual fellowship, catharsis, and character development. Character development is formed by education to someone.  Character education will inherent a human that has a superior character not only from cognitive aspect but also a good character in this disruption era. Rapa’i Geleng is one of traditional dance from Aceh which can be used as a development character media in Kota Jantho’s correctional institution. The purpose of this research is to develop a character for inmates through Rapa’i Geleng Dance. The method used qualitative through phsycological, religion, and pedagogic approach. Based on the result, there are significant increment in behavior of inmates through arts (Rapa’i Geleng Dance). The increment of behavior is going on the same direction as method of approach that used in this study; Physicological, Religion, and Pedagogic.
Seni Tari sebagai Metode Pembinaan di Lapas Kota Jantho Aceh Besar Nadra Akbar Manalu; Fentisari Desti Sucipto; Tria Ocktarizka
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 5, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.391 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v1i1.3429

Abstract

ABSTRAKSeni tari mempunyai peran yang penting dalam kehidupan kita, yaitu sebagai media ekspresi, media komunikasi, media berpikir kreatif, dan media pengembangan bakat. Pelatihan seni tari sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian dan hal positif bagi warga binaan pemasyarakatan. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Jantho Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan proses pembinaan kepada warga binaan pemasyarakatan di Lapas Jantho dalam bidang seni tari Rapa’i Geleng. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain non-eksperimental dengan metode “Ex post facto casual comparative research” di mana akan diobservasi pengaruh dari penerapan metode pembinaan melalui seni tari terhadap perilaku dan sikap dari warga binaan. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pembinaan terhadap warga binaan Lapas Kota Jantho tepat sesuai sasaran dan memenuhi ekspektasi penulis. Hasil pembinaan juga memberikan dampak yang positif terhadap warga binaan Lapas Kota Jantho yang ditandai dengan adanya peningkatan karakter, mental, disiplin, rasa gotong-royong, dan kekeluargaan. Selanjutnya, lapas bukanlah sebuah lingkungan yang memaksakan seseorang untuk berada dalam tekanan psikologis. Hal ini dapat dicegah dengan adanya proses pembinaan-pembinaan dan pengembangan karakter terhadap warga lapas. Proses pembinaan ini juga memberikan manfaat yaitu terjalinnya hubungan baik antara ISBI Aceh dan Lembaga Pemasyarakatan Kota Jantho.ABSTRACT Dance performance plays an important role in human life as an expression media, communication media, creative thinking media, and gaining talent media. These include the people who spend their time in prison or inmate. The coaching of dance performance can improve their positive mind and activities especially becoming an autonomous person. The design method used Ex post facto casual comparative research which observed the influence of coaching method through dance performance towards to behavior and attitude of inmates. The conclusion of this research is the coaching method for inmates got a positive impact. Several activities have been applying to maintain their character building. The aim is for preventing them from doing bad things for the second time. Some of those activities are religion life and activities on arts. Prison is not a place where force someone to live in high psychological pressure. It can be prevented by doing the coaching process and character building to the inmates. This process also transferred some relationship beneficial from ISBI Aceh to the Jantho Prison.
Bentuk Penyajian Musik Kesenian Nandong pada Upacara Khitanan di Desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulue Abdul Rozak; Haria Nanda Pratama; Nadra Akbar Manalu
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 5, No 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1935

Abstract

Kesenian Nandong adalah seni vokal yang diwariskan secara turun-tumurun pada masyarakat Simeulue. Kesenian Nandong merupakan sejenis seni tutur yang syair-syairnya berisikan karangan yang mengandung nasehat, sindiran, rintihan yang dilantunkan dengan iringan alat musik yaitu kedang/gendang dan biola. Nandong  dilantunkan menggunakan bahasa Devayan khas bahasa Simeulue, namun dalam kesenian Nandong juga menggunakan bahasa Aneuk Jamee. Keunikan Nandong selain terdapat dalam bahasa Aneuk Jamee yaitu dilantunkan dengan nada yang tinggi dan melengking serta saling bersahut-sahutan oleh pria dengan suara tinggi dan melengking. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yang berusaha mengaplikasikan teori untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi pada objek penelitian. Metode dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif yang diwujudkan dalam bentuk keterangan atau gambar tentang kejadian atau kegiatan yang dilakukan menyeluruh dengan mendatangi langsung di Desa Lataling, Kecamatan Teupah Selatan, Kabupaten Simeulue. Adapun langkah tersebut dilakukan dengan tahapan yaitu: penentuan subjek penelitian; pemilihan setting dan instrumen penelitian, teknik, dan analisis data. Hasil penelitian akan menunjukkan bahwa terdapat analisis terhadap fenomena musik pada kesenian ini. Fenomena tersebut seperti pemakaian timbre low, disusul timbre high dengan berbagai intensitas kemunculan, serta diperoleh deskripsi tangga nada (scale), dan pengurutan nada-nada yang terdapat dalam Nandong tersebut dimulai dari nada terendah sampai nada yang tertinggi.
Konsep Pertunjukan Tari Tulo-Tulo di Kota Sabang Nadra Akbar Manalu; Abdul Rozak; Haria Nanda Pratama
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 5, No 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1936

Abstract

Tari Tulo-tulo merupakan kesenian yang berasal dari masyarakat Nias yang menetap di Kota Sabang. Tari Tulo-tulo memiliki keunikan dimana tari ini kental dengan semangat perjuangan dalam penyajiannya. Saat ini Tari Tulo-tulo sebagai tari hiburan pada masyarakat di Kota Sabang. Konsep dalam penggarapan Tari Tulo-tulo berawal dari rasa kerinduan masyarakat Nias akan tanah kelahirannya. Dengan demikian konsep penyajian pada tari Tulo-tulo identik dengan tari peperangan. Konsep Tari Tulo-tulo terbagi menjadi tujuh bagian, dimana setiap bagian memiliki kesinambungan antara bagian satu dengan bagian lainnya. Pada penelitian ini akan mengidentifikasi konsep dan bentuk pertunjukan Tari Tulo-tulo melalui bentuk penyajian yang meliputi, gerak, pola lantai, musik, properti, tata rias dan kostum. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan konsep dan bentuk penyajian Tari Tulo-tulo di Kota Sabang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah anilisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tahap-tahap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; Studi Pustaka, observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah menjabarkan dan mengkaji tujuh bagian dari Tari Tulo-tulo yaitu Sereu, Talifusei, Haru manbaluse, Faliga Baluse, Bamaina, Simate mila menemali, dan Belatu terlak. Tari Tulo-tulo ditarikan oleh kaum pria berjumlah genap dan satu orang sebagai raja/syeh.
DIFUSI KEBUDAYAAN PADA KESENIAN TULO-TULO DI KOTA SABANG Haria Nanda Pratama; Nadra Akbar Manalu; Abdul Rozak
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38329

Abstract

Tulo-tulo is an art created by the people of Nias who transmigrated to Sabang City. The people of Nias settled and lived in the area and then presented their culture in the form of Tulo-tulo art. Tulo-tulo became an art that was adopted by the people of Sabang City and was able to survive in a new area. The existence of Tulo- tulo is a cultural attribute that is able to play a role as an element of building the identity of the people of Sabang City. The occurrence of this did not escape the process of cultural diffusion where it was possible that a group of people brought their culture to a new area. This process can be seen through the history of the birth of tulo-tulo art, until its existence in the midst of the people of Sabang City, it can be identified through the concept of performance and the form of presentation of the art of Tulo-tulo. To dissect the diffusion process in Tulo-tulo art, the researcher uses the diffusion theory according to Koentjaraningrat. The purpose of this study is to identify the process of cultural diffusion in Tulo-tulo art as a form of community identity in Sabang City. The workings of this research use qualitative methods with the following stages: Literature Study, Observation, Interview and Documentation. The source of the data is direct observation with the performers of the tulo-tulo art in the city of Sabang. To help collect data in this study, the researcher used an ethical and emic approach. Where the results of this study will discuss the origin of the art of Tulo- tulo; the concept and form of presentation of the Tulo-tulo art performance; and Tulo-tulo as a result of cultural diffusion. Thus, the diffusion process in the art of tulo-tulo which is seen in the concept of the performance is a blend of the culture of the people of Nias and Aceh. The occurrence of this combination in acculturation can be seen from the performers of the arts, the use of language, and the accompaniment of music.Keywords: tulo-tulo, cultural diffusion, Sabang city. AbstrakTulo-tulo merupakan sebuah kesenian yang diciptakan oleh masyarakat Nias yang bertransmigrasi ke Kota Sabang. Masyarakat Nias menetap dan tinggal di wilayah tersebut dan kemudian menghadirkan kebudayaannya dalam bentuk kesenian Tulo-tulo. Tulo-tulo menjadi kesenian yang diadopsi oleh masyarakat Kota Sabang dan mampu bertahan di wilayah yang baru. Keberadaan Tulo-tulo menjadi atribut budaya yang mampu berperan sebagai unsur pembangun identitas masyarakat Kota Sabang. Terjadinya hal tersebut tidak luput dari proses difusi kebudayaan di mana kemungkinan karena adanya sekelompok masyarakat membawa budayanya ke wilayah yang baru. Proses tersebut dapat dilihat melalui sejarah lahirnya kesenian tulo-tulo, hingga keberadaannya di tengah-tengah masyarakat Kota Sabang, hal tersebut dapat diidentifikasi melalui konsep pertunjukan dan bentuk penyajian kesenian Tulo-tulo. Untuk membedah proses difusi pada kesenian Tulo-tulo, peneliti menggunakan teori difusi menurut Koentjaraningrat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi proses difusi kebudayaan dalam kesenian Tulo-tulo sebagai bentuk identitas masyarakat di Kota Sabang. Cara kerja dari penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahapan antara lain: Studi Pustaka, Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Sumber data yang dilakukan adalah pengamatan lansung dengan pelaku kesenian tulo-tulo yang berada di kota Sabang. Untuk membantu pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Etik dan Emik. Di mana hasil dari penelitian ini akan membahas asal usul kesenian Tulo-tulo; konsep dan bentuk penyajian pertunjukan kesenian Tulo-tulo; dan Tulo-tulo sebagai hasil difusi kebudayaan. Dengan demikian, proses difusi pada kesenian tulo-tulo yang terlihat pada konsep pertunjukannya merupakan perpaduan kebudayaan masyarakat Nias dan Aceh. Terjadinya perpaduan ini secara akulturasi terlihat dari pelaku kesenian, penggunaan bahasa, dan musik iringan.Kata Kunci: tulo-tulo, difusi kebudayaan, kota Sabang. Authors:Haria Nanda Pratama : Institut Seni Budaya Indonesia AcehNadra Akbar Manalu : Institut Seni Budaya Indonesia AcehAbdul Rozak : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Koentjaraningrat, K. (1990). Pengantar Ilmu Antrologi (Edisi Baru). Jakarta: PT. Penerbit Rineka Cipta.Maghfirah, A. M., & Erlinda, E. (2019). Transformasi Pencak Silat Parian Menjadi Tari Garigiak di Istano Tuan Gadang Batipuah Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 137-142. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.12931.Manalu, N. A., & Sukman, F. F. (2020). Tari Seudati Inong sebagai Wujud Representasi Kesetaraan Gender Dikabupaten Aceh Besar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 367-376. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.20673.Moleong, J. L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.Rahayu, T. (2022). “Kebudayaan Masyarakat Nias”. Hasil Wawancara Pribadi: 15 Juli 2022, Medan.Safitri, W. (2022). “Asal-usul Kesenian Tulo-tulo”. Hasil Wawancara Pribadi: 26 Juli 2022, Kota Sabang.Siswantari, H., & Setyaningrum, F. (2018). Rampak Kendang Patimuan Cilacap Sebagai Wujud Difusi Kesenian Jawa Barat. Jurnal Kajian Seni, 4(2), 103-113. https://doi.org/10.22146/jksks.46449.Ulfa, M. (2021). Rekonstruksi Tari Tulo-tulo di Kota Sabang. Skripsi tidak diterbitkan. Banda Aceh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala.
Tari Seudati Inong di Kabupaten Aceh Besar: Identifikasi Bentuk Koreografi Haria Nanda Pratama; Nadra Akbar Manalu; Abdul Rozak
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 6, No 1 (2023): JUNI 2023
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v6i1.10669

Abstract

Tari Seudati Inong yang berkembang di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh dahulunya dikenal sebagai tarian yang dimainkan oleh kaum pria disebut dengan Seudati. Tari Seudati Inong ini diadopsi dari tari Seudati yang berasal dari Pidie yang kemudian dikembangkan dan diajarkan di Desa Cum Cum Aceh Besar. Pengembangan tari Seudati Inong didasarkan pada penggambaran identitas masyarakat Aceh dengan menghadirkan konsep baru yang menjadikan penari dari kaum perempuan/inong dalam pertunjukannya. Pada bentuk penyajiannya, tari Seudati Inong menampilkan gerakan tari yang energik sebagai wujud penggambaran semangat kaum perempuan Aceh dengan iringan syair dan musik internal dari tari tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan tahapan yang terdiri dari (1) Studi Pustaka; (2) Observasi; (3) Wawancara; dan (4) Dokumentasi. Bentuk penyajian koreografi diidentifikasi dan dianalisis dalam tiga dimensi yaitu dari isi; bentuk; dan teknik tari. Ketiga dimensi tersebut kemudian diidentifikasi sebagai fokus dari penelitian ini terkait bentuk penyajian yang diciptakan oleh koreografer. Dari dimensi isi, Gerak tari Seudati Inong dilihat dari isi terbagi menjadi lima bagian Saleum Aneuk/Saleum Syahi, Saleum Rakan, Likok, Saman, dan lani. Sedangkan dari dimensi bentuk dapat dilihat dari tata rias dan busana, iringan musik, dan tempat pertunjukan. Dari dimensi teknik memiliki gerakan yang cepat dan energik.
Bentuk Penyajian Musik Kesenian Nandong pada Upacara Khitanan di Desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulue Abdul Rozak; Haria Nanda Pratama; Nadra Akbar Manalu
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 5 No. 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1935

Abstract

Kesenian Nandong adalah seni vokal yang diwariskan secara turun-tumurun pada masyarakat Simeulue. Kesenian Nandong merupakan sejenis seni tutur yang syair-syairnya berisikan karangan yang mengandung nasehat, sindiran, rintihan yang dilantunkan dengan iringan alat musik yaitu kedang/gendang dan biola. Nandong  dilantunkan menggunakan bahasa Devayan khas bahasa Simeulue, namun dalam kesenian Nandong juga menggunakan bahasa Aneuk Jamee. Keunikan Nandong selain terdapat dalam bahasa Aneuk Jamee yaitu dilantunkan dengan nada yang tinggi dan melengking serta saling bersahut-sahutan oleh pria dengan suara tinggi dan melengking. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yang berusaha mengaplikasikan teori untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi pada objek penelitian. Metode dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif yang diwujudkan dalam bentuk keterangan atau gambar tentang kejadian atau kegiatan yang dilakukan menyeluruh dengan mendatangi langsung di Desa Lataling, Kecamatan Teupah Selatan, Kabupaten Simeulue. Adapun langkah tersebut dilakukan dengan tahapan yaitu: penentuan subjek penelitian; pemilihan setting dan instrumen penelitian, teknik, dan analisis data. Hasil penelitian akan menunjukkan bahwa terdapat analisis terhadap fenomena musik pada kesenian ini. Fenomena tersebut seperti pemakaian timbre low, disusul timbre high dengan berbagai intensitas kemunculan, serta diperoleh deskripsi tangga nada (scale), dan pengurutan nada-nada yang terdapat dalam Nandong tersebut dimulai dari nada terendah sampai nada yang tertinggi.
Konsep Pertunjukan Tari Tulo-Tulo di Kota Sabang Nadra Akbar Manalu; Abdul Rozak; Haria Nanda Pratama
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 5 No. 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1936

Abstract

Tari Tulo-tulo merupakan kesenian yang berasal dari masyarakat Nias yang menetap di Kota Sabang. Tari Tulo-tulo memiliki keunikan dimana tari ini kental dengan semangat perjuangan dalam penyajiannya. Saat ini Tari Tulo-tulo sebagai tari hiburan pada masyarakat di Kota Sabang. Konsep dalam penggarapan Tari Tulo-tulo berawal dari rasa kerinduan masyarakat Nias akan tanah kelahirannya. Dengan demikian konsep penyajian pada tari Tulo-tulo identik dengan tari peperangan. Konsep Tari Tulo-tulo terbagi menjadi tujuh bagian, dimana setiap bagian memiliki kesinambungan antara bagian satu dengan bagian lainnya. Pada penelitian ini akan mengidentifikasi konsep dan bentuk pertunjukan Tari Tulo-tulo melalui bentuk penyajian yang meliputi, gerak, pola lantai, musik, properti, tata rias dan kostum. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan konsep dan bentuk penyajian Tari Tulo-tulo di Kota Sabang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah anilisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tahap-tahap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; Studi Pustaka, observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah menjabarkan dan mengkaji tujuh bagian dari Tari Tulo-tulo yaitu Sereu, Talifusei, Haru manbaluse, Faliga Baluse, Bamaina, Simate mila menemali, dan Belatu terlak. Tari Tulo-tulo ditarikan oleh kaum pria berjumlah genap dan satu orang sebagai raja/syeh.
Tari Seudati Inong di Kabupaten Aceh Besar: Identifikasi Bentuk Koreografi Haria Nanda Pratama; Nadra Akbar Manalu; Abdul Rozak
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 6 No. 1 (2023): JUNI 2023
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v6i1.10669

Abstract

Tari Seudati Inong yang berkembang di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh dahulunya dikenal sebagai tarian yang dimainkan oleh kaum pria disebut dengan Seudati. Tari Seudati Inong ini diadopsi dari tari Seudati yang berasal dari Pidie yang kemudian dikembangkan dan diajarkan di Desa Cum Cum Aceh Besar. Pengembangan tari Seudati Inong didasarkan pada penggambaran identitas masyarakat Aceh dengan menghadirkan konsep baru yang menjadikan penari dari kaum perempuan/inong dalam pertunjukannya. Pada bentuk penyajiannya, tari Seudati Inong menampilkan gerakan tari yang energik sebagai wujud penggambaran semangat kaum perempuan Aceh dengan iringan syair dan musik internal dari tari tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan tahapan yang terdiri dari (1) Studi Pustaka; (2) Observasi; (3) Wawancara; dan (4) Dokumentasi. Bentuk penyajian koreografi diidentifikasi dan dianalisis dalam tiga dimensi yaitu dari isi; bentuk; dan teknik tari. Ketiga dimensi tersebut kemudian diidentifikasi sebagai fokus dari penelitian ini terkait bentuk penyajian yang diciptakan oleh koreografer. Dari dimensi isi, Gerak tari Seudati Inong dilihat dari isi terbagi menjadi lima bagian Saleum Aneuk/Saleum Syahi, Saleum Rakan, Likok, Saman, dan lani. Sedangkan dari dimensi bentuk dapat dilihat dari tata rias dan busana, iringan musik, dan tempat pertunjukan. Dari dimensi teknik memiliki gerakan yang cepat dan energik.