Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PERBAIKAN RANCANG BANGUN LABORATORIUM KOMPRESOR PADA HEAT PUMP WATER HEATER SUTRISNO SUTRISNO; Maryadi Maryadi; Sahrul Anwar
Baut Dan Manufaktur Vol 2 No 1 (2020): Jurnal Baut Dan Manufaktur Vol. 2 No. 1 Tahun 2020
Publisher : Fakultas Sains Dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.827 KB)

Abstract

Heat pump water heater adalah suatu rangkaian alat yang berfungsi menaikan dan menurunkan temperatur air. pada umumnya heat pump water menggunakan kompresor sebagai media utama untuk mensirkulasikan dan menaikan tekanan refrigerant supaya alat tersebut bisa beroperasi. Pada heat pump water heater yang kita perbaiki, kita memilih menggunakan kompresor hermatik,tentu ini sudah melalui berbagai pertimbangan dari segi biaya dan kebutuhan. Kompresor hermatik sendiri adalah salah satu jenis kompresor yang umum digunakan pada system pendingin. Kompresor ini umumnya digunakan pada mesin pendingin, baik kulkas, air conditioner, dryer dan masih banyak yang lainnya. Pada kompresor hermatik kompresor dan motor penggerak berada dalam satu housing, sehingga pada kompresor ini motor penggerak tidak terlihat dari luar.
Perhitungan Beban Pendingin Dan Desain Sistem Chiller Pada Hotel Xxx Di Jakarta Tri Rejeki; Amiral Aziz; Maryadi Maryadi
Baut Dan Manufaktur Vol 2 No 1 (2020): Jurnal Baut Dan Manufaktur Vol. 2 No. 1 Tahun 2020
Publisher : Fakultas Sains Dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (685.724 KB)

Abstract

Salah satu fungsi hotel yaitu diperlukannya kenyamanan termal pada ruang hotel untuk menciptakan kenyamanan untuk para penghuni dan staf hotel. Untuk mencapai kenyamanan termal maka setiap ruang harus diperhitungkan beban termal hingga tercapai rasa nyaman bagi para penghuni dan staf hotel. Berapa beban pendinginan dalam suatu ruang atau gedung yang nyaman untuk pemilihan mesin chiller yang optimal? Untuk itu diperlukannya perhitungan beban pendingin dengan tujuan dapat menghasilkan beban pendingin, memilih chiller menurut estimasi perhitungan beban pendingin, optimasi jumlah chiller yang akan digunakan, desain sistem chiller. Dari hasil perhitungan diperoleh beban termal untuk Hotel XXX adalah 2100 TR, chiller yang digunakan 3 unit water cooled chiller dengan masing-masing beban 700 TR. Refrigeran yang dipilih R-134a dengan nilai COP (Coefisien Of Performance) yang dihasilkan 7,8. Daya kompresor 314 kW tipe sentrifugal. Dalam perhitungan beban pendingin juga disarankan menghitung tiap ruangan dengan posisi dinding berada pada mata angin yang berbeda untuk mendapatkan hasil beban pendingin yang sesuai untuk kebutuhan pendinginan ruangan tersebut. Tetap mengacu pada buku referensi untuk menghitung beban pendingin, karena setiap ruangan berbeda-beda kebutuhan beban pendinginannya, tergantung dari fungsi ruangan tersebut.
Unjuk Kerja Heat Pump Water Heater Dengan Daya Kompresor 0.25 HP Untung Kurniawan; Maryadi Maryadi
Baut Dan Manufaktur Vol 2 No 02 (2020): Jurnal Baut Dan Manufaktur Vol. 2 No. 2 Tahun 2020
Publisher : Fakultas Sains Dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.394 KB)

Abstract

Mesin pendingin yang digunakan baik untuk tujuan pendinginan dan untuk tujuan pemanasan secara bersamaan dinamakan Mesin refrigerasi hibrida (Hybrid Refrigeration Machine). MesinHeat Pump untuk water heater yang dimiliki Teknik Mesin Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta banyak memberikanmanfaat bagi mahasiswa dan pengajar. Tujuan dari penelitian ini adalah (a)menghitung kerja kompresor persatuan massa refrigerant. (b)menghitung kalor yang dilepas oleh kondensor persatuan massa refrigerant. (c)menghitung kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigerant. (d)menghitung beberapa formula dasar dalam teknik pendinginan seperti : Coefficient Of Performance (COP), (e)menghitung efisiensi dari mesin Heat Pump water heater, (f)menghitung laju aliran massa refrigerant. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Islam As-Syafi”iyah. Dari hasil pengujian, mesin Heat Pump dapat bekerja dengan baik, dengan beban air 7 liter, mesin Heat Pump dengan daya ¼ HP dan menggunakan fluida refrigerant R134a mampu mendapatkan suhu kerja kondensor sebesar 67°C, dan suhu kerja evaporator -03°C. Kerja kompresor persatuan massa refrigerant (Win) terendah sebesar 25 kJ/kg dan tertinggi 62 kJ/kg. Energi kalor persatuan massa refrigerant yang dilepaskan oleh kondensor (Qout) terendah sebesar 198 kJ/kg, tertinggi sebesar 205 kJ/kg. Energy kalor persatuan massa refrigerant yang diserap evaporator (Qin) terendah sebesar 136 kJ/kg, tertinggi sebesar 180 kJ/kg. Coefficient Of Performance actual terendah sebesar 2,19, tertinggi sebesar 7,2, Coefficient Of Performance ideal terendah sebesar 5,90, tertinggi sebesar 21,31, Nilai efisiensi Mesin Heat Pump water heater terendah 33%, tertinggi sebesar 43%, Laju aliran massa refrigerant terendah sebesar 0,003 kg/detik, tertinggi sebesar 0,00744 kg/detik.
DETAIL DESAIN CHILLER SISTEM HVAC PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT Bangbang Jaka Samudra; Maryadi Maryadi; Amiral Aziz
Baut Dan Manufaktur Vol 3 No 01 (2021): Jurnal Baut Dan Manufaktur Vol. 3 No. 1 Tahun 2021
Publisher : Fakultas Sains Dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.532 KB)

Abstract

Detail Desain Chiller Sistem HVAC Pada Bangunan Gedung Bertingkat adalah proses desain untuk menentukan sistem pengkondisian udara pada bangunan gedung guna mencapai temperatur yang diinginkan. Proses desain ini meliputi perhitungan dari beban pendingin internal, eksternal, infiltrasi dan ventilasi. Beban internal meliputi beban panas dari penghuni, peralatan listrik, dan peralatan elektronik, sedangkan beban panas eksternal meliputi beban panas dari material seperti dinding, lantai, atap, dan kaca. Data yang dibutuhkan meliputi data bangunan seperti luas area, lokasi bangunan, fungsi bangunan, jenis material yang digunakan, temperatur dan kelembaban. Pada tugas akhir ini didapatkan nilai beban pendingin sebesar 841.800 Btu/h dan menggunakan Fan Coil Unit jenis Water Cooled Package sebanyak 4 unit model MWCP70AE dimana masing – masing unit memiliki kapasitas sebesar 210.450 Btu/h. Pendistribusian udara pada setiap ruangan menggunakan ducting dengan dimensi ducting utama sebesar 1200 x 550 dengan flow udara sebesar 10800 m3/h dan ducting cabang sebesar 400 x275 dengan flow udara sebesar 1080 m3/h.
Pengaruh Aktifitas Orang dan Jumlah Udara Segar Terhadap Beban Pendingin dan Kelembaban Udara Ruangan Maryadi Maryadi
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : CV. Ridwan Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.187 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v6i2.5393

Abstract

Udara segar pada umumnya merupakan udara yang berada di luar ruangan suatu bangunan gedung seperti perkantoran, hotel, apartemen dan pusat perbelanjaan. Udara segar sangat dibutuhkan oleh makluk hidup termasuk manusia untuk proses pernafasan. Suatu ruangan akan terasa pengap dan cenderung udaranya lembab apabila ruangan tersebut tidak disuplai oleh udara segar. Aktifitas dan jumlah orang yang berada pada suatu ruangan akan mempengaruhi kebutuhan udara segar. Kapasitas beban pendingin dan kelembaban udara di dalam ruangan sangat dipengaruhi oleh aktifitas orang dan jumlah udara segar yang masuk ke dalam ruangan tersebut. Semakin banyak udara segar yang dimasukan ke dalam ruangan akan mengakibatkan kapasitas beban pendingin dan kelembaban udara di dalam ruangan semakin tinggi, dan aktifitas orang di dalam ruangan tersebut semakin berat akan mengakibatkan kapasitas beban pendingin dan kelembaban udara di dalam ruangan semakin tinggi juga. Dan begitu juga sebaliknya semakin sedikit udara segar yang dimasukkan ke dalam ruangan akan mengakibatkan kapasitas beban pendingin dan kelembaban udara di dalam ruangan semakin rendah, dan aktifitas orang di dalam ruangan tersebut semakin ringan akan mengkibatkan kapasitas beban pendingin dan kelembaban udara di dalam ruangan semakin rendah. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aktifitas orang dan jumlah udara segar yang dimasukkan ke dalam ruangan terhadap kapasitas beban pendingin dan kelembaban udara di dalam ruangan tersebut dengan bantuan software HAP 4.90.
Pengaruh Pemakaian Tipe Kaca pada Bangunan Gedung Terhadap Beban Pendingin dengan Menggunakan Software Hap Versi 4.90: Indonesian Maryadi Maryadi
Prosiding Seminar Nasional Teknoka Vol 3 (2018): Prosiding Seminar Nasional Teknoka ke - 3
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.16 KB) | DOI: 10.22236/teknoka.v3i0.2910

Abstract

Sesuai perkembangan jaman banyak sekali bangunan gedung bertingkat yang dibangun. Untuk memberi kenyamanan pengguna, bangunan gedung tersebut biasa dilengkapi dengan pendingin ruangan. Pendingin ruangan merupakan peralatan pada bangunan gedung yang memiliki kebutuhan listrik yang sangat besar, sekitar 60% dari kebutuhan listrik total gedung untuk mensuplai sistem pendingin. Dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan beban pendingin yang dipengaruhi oleh U-value dan shade coeffetion pada kaca tipe bronze tint dan clear low e dengan variasi ketebalan 3 mm, 5 mm dan 6 mm. Penggunaan tipe kaca pada bangunan gedung sangat berpengaruh terhadap perhitungan beban pendingin dan berpengaruh juga dengan pemakaian listrik, karena tebal kaca dan tingkat kecerahan kaca akan meneruskan panas yang berbeda – beda. Untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan di atas, maka metode yang digunakan adalah dengan studi literatur dari berbagai sumber, mengumpulkan data berupa gambar denah arsitek, luas dinding, jenis kaca, luas kaca dan arah mata angin. Selanjutnya data tersebut diinput ke software HAP 4.90, sehingga akan didapatkan seberapa besar kebutuhan beban pendinginnya. Sesuai dengan hasil perhitungan didapatkan untuk kedua tipe kaca antara bronze tint dan clear low e didapatkan U-value dan Shade coeffetion yang lebih kecil dengan tipe kaca bronze tint pada parameter ketebalan kaca yang sama. Sehingga didapatkan kapasitas mesin pendingin dan air flow yang lebih kecil dengan tipe kaca bronze tint. Dengan nilai U-value dan shade coeffetion yang semakin kecil, maka akan didapatkan seleksi mesin pendingin yang mempunyai kapasitas lebih kecil.
Pengaruh Jumlah Udara Segar dan Pertukaran Udara Terhadap Kapasitas Beban Pendingin pada Ruang Operasi Maryadi
Prosiding Seminar Nasional Teknoka Vol 4 (2019): Prosiding Seminar Nasional Teknoka
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (997.357 KB) | DOI: 10.22236/teknoka.v4i0.4287

Abstract

Ruang operasi merupakan suatu ruangan yang ada di sebuah rumah sakit, ruangan tersebut mempunyai kekhususan dibandingkan dengan ruangan yang lain pada suatu rumah sakit. Ruang operasi adalah ruang yang sangat penting karena aktifitas di dalamnya secara langsung menyangkut nyawa manusia. Kekhususan tersebut diantaranya pada sistem tata udaranya harus sesuai dengan Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012. Beberapa poin penting yang terkandung dalam peraturan tersebut adalah tekanan di dalam ruang operasi harus positif dibanding dengan tekanan di luar ruang operasi dengan memasok udara lebih dari 15%. Temperatur ruang operasi dijaga antara 19 °C sampai dengan 24 °C dan kelembaban relatif udara harus dijaga antara 50% sampai dengan 60%. Dengan tujuan mencari nilai optimal kapasitas beban pendingin pada ruang operasi dengan jumlah udara segar sesuai yang dibutuhkan, akan menggunakan bantuan software HAP 4.90. Data jumlah udara segar dan jumlah pertukaran udara akan dimasukkan kedalam software, setelah itu software akan simulasi dan keluar hasilnya. Kapasitas beban pendingin tertinggi 151,3 kW terjadi pada jumlah udara segar 100% dan jumlah pertukaran udara 50 ACH (jumlah pertukaran udara per jam), sedangkan kapasitas beban pendingin terendah 43,4 kW terjadi pada jumlah udara segar 40% dan jumlah pertukaran udara 30 ACH. Sehingga semakin kecil jumlah udara segar dan jumlah pertukaran udara yang semakin kecil, akan didapatkan kapasitas beban pendingin yang rendah. Begitu juga sebaliknya semakin besar jumlah udara segar dan jumlah pertukaran udara yang semakin besar, akan didapatkan kapasitas beban pendingin yang tinggi.
PERANCANGAN ULANG ALAT UJI FATIK TIPE ROTARY BENDING Maryadi Maryadi; Dwi Rizki Luqman Hakim
G-Tech: Jurnal Teknologi Terapan Vol 6 No 1 (2022): G-Tech, Vol. 6, No. 1, April 2022
Publisher : Universitas Islam Raden Rahmat, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.939 KB) | DOI: 10.33379/gtech.v6i1.1237

Abstract

Rotary Bending Fatigue adalah alat uji untuk mengetahui batas kelelahan yang terjadi pada material, dimana fatik terjadi akibat adanya pembebanan. Perpatahan terjadi karena ketika material telah mengalami siklus tegangan yang menghasilkan kerusakan permanen sebagai proses perubahan struktur permanen pada satu titik menjadi permualaan retak, penyebaran retak dan yang terakhir mengalami patah yang dilakukan dengan cara pembebanan yang bervariasi mulai dari beban 10 kg sampai 45,5 kg. Dari proses pengujian ini hasil penyajian data yaitu mengunakan kurva S-N. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan konsep-konsep teoritis yang didapat pada saat kuliah kedalam perancangan atau rancang bangun sebuah peralatan yang sebenarnya dengan beberapa pendekatan yang memungkinkan. Pengujian bermula dari perancangan ulang, perbaikan dan upgrading alat uji fatik yang sudah tidak bisa digunakan sehingga dapat digunakan kembali. Sehingga alat uji fatik ini dapat digunakan kembali untuk praktikum pengujian kelelahan pada suatu poros berbahan logam di Laboratorium Proses Produksi Mesin Universitas Islam As-Syafi’iyah. Untuk memudahkan pengoperasian dan menjaga keselamatan operator alat uji fatik ini, maka dibuat juga standar operasional prosedur.
ANALISA KEKUATAN BAJA KARBON AISI 1045 PADA UJI FATIK TIPE ROTARY BENDING Maryadi Maryadi
Baut Dan Manufaktur Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Baut Dan Manufaktur Volume 4 No. 1 Tahun 2022
Publisher : Fakultas Sains Dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kelelahan adalah salah satu penyebab utama dari kegagalan material. Penyebab utama kegagalan 90% menyebabkan kelelahan. Kelelahan adalah perubahan proses struktur material yang disebabkan oleh beban berulang (tegangan atau geser) dalam jangka waktu yang lama sehingga terjadi retak atau pecah. Alasan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kekuatan fatik media baja karbon tipe AISI 1045 dengan variasi rotasi poros pada mesin bending bending.Uji kelelahan diterapkan pada baja karbon sedang tipe AISI 1045 tanpa perlakuan panas. Penelitian ini dilakukan dengan putaran poros 1.400 rpm dan dilanjutkan dengan variasi beban 20%, 35%, dan 50% dari material UTS. Spesimen yang digunakan menurut spesimen ASTM E466 dibuat dengan mesin bubut.Uji kelelahan digunakan dengan mesin uji kelengkungan tipe rotari.
NILAI AMPERE PENGELASAN SMAW DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTRODA 6013 Maryadi .; Rozy Hidayatullah
SAINSTECH: JURNAL PENELITIAN DAN PENGKAJIAN SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 32 No 2 (2022): Sainstech : Jurnal Penelitian dan Pengkajian Sains dan Teknologi
Publisher : Institut Sains dan Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37277/stch.v32i2.1295

Abstract

ABSTRACT Technological developments in the increasingly advanced construction sector cannot be separated from welding. Welding has an important role in metal engineering. A good welding connection will greatly affect the welding of low, medium and high carbon materials in the SMAW (Shield Metal Arc Welding) welding process. The shipping industry in Indonesia uses a lot of 10 mm plate types, in reality welding using 10 mm plate materials is very difficult, especially in determining the number of amperes that must be used so that the welding results are said to be good. The purpose of this study was to determine a good amperage value for SMAW welding using a 10 mm A36 plate material with an E6013 electrode. By using a tensile test and a micro test by first using the experimental material in the form of a plate with type A36 which is welded using an E6013 electrode. With plate-shaped samples totaling 12 pieces using different amperes, namely 70, 110 and 160 amperes. From the results of the study it can be concluded that the best amperage and recommended for use in welding is 110 amperes. With an amperage value of this size, it will produce welding material that is not easily broken. So that in practice in the field, if this ampere value is used, it will produce a better product, more durable and have a better product selling value. Keywords: A36, E6013, Ampere, Welding.