Mujianto Solichin
Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum (Unipdu) Jombang

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

TANTANGAN MODERNITAS: REFORMASI DAN MODERNISASI ISLAM AWAL ABAD KE-20: TIMUR TENGAH DAN INDIA Solichin, Mujianto
Religi Jurnal Religi
Publisher : Religi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (20.627 KB)

Abstract

Abstract This paper seeks the challenge of modernity faced by Muslims in the Middle East including India and its implications in many other parts of the world of Islam. Reformism appear in the body and the birth of Islam to the surface as a response to the expansion and reaction to European glory in various fields, including a new batch problematical experienced Muslims due to the influence of global modernization in the Western world, have been slow erase economic freedom, independence and culture throughout the area of dominance of Islam. A number of key movement reformist-modernist in the Islamic Middle East and India opened the way to compromise the entrance to Western modernization in the Islamic world. Eventually become a requirement for improvement of Islam in all areas of life, political, social, economic and legal. Perhaps renewal is a way to be a peaceful Islam in harmony with that knowledge and modern education. A heritage movement is slow left of the changes and continues growing until now.   Key Words: Modernization, Reformation, Islam, West.
Perkembangan Pendidikan Meunasah dan Dayah di Aceh Solichin, Mujianto
DIRASAT Jurnal Manajemen & Pendidikan Islam Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5573.407 KB)

Abstract

Meunasah dan Dayah dalam masa perjalanannya tumbuh seiring perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Aceh yang memiliki peran strategis dalam pembentukan kebudayaan Islam di wilayah kekuasaan mereka masing-masing. Ini membuktikan bahwa kerajaan-kerajaan Melayu baik di Malaka (Malaysia) maupun di Aceh (Nangroe Aceh Darussalam) memiliki jaringan arkeologi sejarah kebudayaan dan peradaban yang terbentuk berdasarkan motivasi agama dan menjadikan tradisi Melayu sebagai identitas pemersatu mereka. Kehadiran lembaga-lembaga klasik Islam tersebut di atas terus mengalami perluasan secara fungsional, pergeseran sistem karena tuntutan perkembangan zaman, pun juga tuntutan sosial kehidupan masyarakat yang saat ini tidak lagi membutuhkan pemecahan problematika kehidupan melalui ilmu-ilmu agama semata, namun juga integrasi antara agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Memodernisasikan Meunasah dan Dayah sebagai upaya menyelamatkan institusi Islam tua ini agar tidak menjadi “cagar budaya”, tentu bisa belajar dari pengalaman model-model modernisasi madrasah berdasarkan pengalaman Mesir (Masjid-Madrasah-Universitas al-Azhar), Turki (Maktab-Sekolah Remaja-Sekolah perempuan-Sekolah Imam-Khatib), dan Saudi Arabia (Madrasah-Sekolah Hasyimiyah).Meunasah and Dayah in their development along with Islamic kingdoms in Aceh have a strategic role in the formation of Islamic culture in their own territories. This proves that the Malay kingdoms either in Malacca (Malaysia) as well as in Aceh (NAD) had a network of archaeological history of culture and civilization formed based on religious motivation and made the Malay tradition as their unifying identity. The existence of the classical Islamic institutions mentioned above continue to functionally expand and the system shifted because of the demands of the current time. It was also because of the social demands of the society that is no longer in need of solving the problems of life through a mere religious science, but also the integration of religion, science and Technology. To modernize Meunasah and Dayah in an effort to save this old Islamic institutions from becoming "cultural heritage", could certainly be learned from the experience of modernization models of madrasa in Egypt (Mosque-Madrasa-al Azhar University), Turkey (Maktab- Teenagers Schools-Girls Schools-Imam Schools-Khatib), and Saudi Arabia (Madrasah-Hashimiyah schools).
Analisis Daya Beda Soal, Taraf Kesukaran, Validitas Butir Tes, Interpretasi Hasil Tes dan Validitas Ramalan dalam Evaluasi Pendidikan Solichin, Mujianto
Dirāsāt: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Dirāsāt: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.978 KB)

Abstract

Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pintar (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya beda disebut indeks diskriminasi, yang mana berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Validitas ramalan (predictive validity) merupakan suatu tes yang diharapkan mampu meramalkan keberhasilan studi para calon mahasiswa dalam mengikuti program pendidikan di suatu perguruan tinggi pada masa-masa yang akan datang. Adapun yang menjadi permasalahan di sini adalah bagaimana cara yang dapat ditempuh agar kita dapat sampai pada kesimpulan bahwa suatu tes telah memiliki validitas ramalan? Analisis soal sesungguhnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan dalam pembelajaran. Kualitas tes dan butir soal sangat ditentukan oleh: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) objektivitas, (4) praktikabilitas, (5) daya pembeda, (6) taraf atau derajad kesukaran, (7) efektivitas pilihan, dan (8) efisiensi.What is meant here is the ability of the question to distinguish between clever students and not-clever students. Figures indicating the magnitude of discriminating ability are called discriminative indices, which range from 0.00 to 1.00. Numbers that indicate difficult and easy questions are called difficulty indexes. The magnitude of the index of difficulty between 0.00 to 1.0. This difficult index indicates the difficulty level of the question. Questions with a .07 difficult index suggest that the question is too difficult, otherwise index 1.0 indicates that the question is too easy. Predictive validity is a test that is expected to predict the success of the study of students in following the education program in college in the future. As for the problem here is how do we get to the conclusion that a test has had the validity of the prediction? Question analysis aims to identify good and bad questions. The analysis of the questions obtained informations about the badness of questions and “guidance” to make improvements in learning. The quality of tests and questions is largely determined by: (1) validity, (2) reliability, (3) objectivity, (4) practice, (5) distinguishing ability, (6) level or degree of difficulty, (7) effective option (8) efficiency.
PROBLEMATIKA EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMP Solichin, Mujianto; Fujirahayu, Fujirahayu
Jurnal Pendidikan Islam Vol 2, No 1 (2018): Juni
Publisher : Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.258 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk, faktor pendukung, faktor penghambat, dan uapaya-upaya mengatasi faktor penghambat evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMP Negeri 1 Peterongan Jombang. Jenis penelitian ini kualittif. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi. Hasil penelitian Wawancara yang dilakukan kepada pihak yang dianggap sebagai pemberi informasi mengenai evaluasi pembelajaran. Dari hasil data yang diperoleh bahwasannya evalusi yang dilakukan di SMP Negeri 1 sudah disesuaikan dengan yang ada dalam KTSP. Dalam realitanya evaluasi yang dilakukan disekolah tersebut berbentuk tes tulis, tes lisan dan pertofolio. Faktor pendukungnya yaitu: peserta didik ,pendidik dan tenaga pendidik. Proses pembelajaran dan ketersedian buku. Faktor penghambatnya yaitu:kemampuan yang berbeda dan latar belakang yang berbeda.
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PERAN BIROKRASI Solichin, Mujianto
Religi: Jurnal Studi Islam Vol 6, No 2 (2015): Oktober
Publisher : Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.467 KB)

Abstract

Kebijakan politik dan birokrasi merupakan dua hal paling penting dalam menjalankan roda pemerintahan, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Dua elemen ini bisa mempengaruhi pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan. Kebijakan yang baik akan mandul tanpa dibarengi dengan iklim birokrasi yang sehat dan kondusif. Begitu pula birokrasi tidak akan berjalan dengan efektif dan efesien tanpa ditopang dengan kebijakan yang tepat dan baik. Artikel ini memotret keterkaitan politik dengan pendidikan dalam praktek sistem birokrasi pendidikan. Peran birokrasi di lembaga pendidikan menjadi puncak model implementasi kebijakan, oleh karenanya diperlukan adanya pembaharuan manajemen pada satuan pendidikan. Proses pembaharuan tersebut berkaitan dengan pengembangan, penyebaran, diseminasi, perencanaan adobsi dan penerapan kebijakan pendidikan dalam satuan pendidikan tertentu.Political and bureaucracy policy are the important aspect in running the government, including education. Both element are able to influence the implementation of education as a whole. However, if the bureaucracy atmosphere is unhealty, good policy would be barren. Similarly, an appropriaate and good policy has to support a bureaucracy system. In education institution, the role of bureaucracy has become an implementation model; therefore there must be a management improvement in the educational unit. The improvement deal with development, deployment, dissemination, adobtion planning and implementation of education policy within particular educatioan unit.
Efektivitas Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Model Immersed untuk Meningkatkan Respons Belajar Mahasiswa PGMI Putra, Miftakhul Ilmi Suwignya; Anwar, M. Ansor; Solichin, Mujianto; Amrulloh, Amrulloh
Dirasat: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam Vol 4, No 1 (2018): June
Publisher : Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.321 KB) | DOI: 10.26594/dirasat.v4i1.1229

Abstract

This study was aimed to describe the efectivity of science integrated learning with immersed model to increase student responses in PGMI. Students of 4th semester majoring in PGMI Unipdu Jombang, were subjected with the tested learning method. The study was conducted in February-June 2018 with experimental method. Students’ performance was assesed through cognitive tests, observation, and interviews. Results of this study indicate that science integrated learning with immersed model to improve students responses. Student responses to science integrated learning with immersed model is positive.
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PERAN BIROKRASI Solichin, Mujianto
Religi: Jurnal Studi Islam Vol 6, No 2 (2015): Oktober
Publisher : Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebijakan politik dan birokrasi merupakan dua hal paling penting dalam menjalankan roda pemerintahan, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Dua elemen ini bisa mempengaruhi pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan. Kebijakan yang baik akan mandul tanpa dibarengi dengan iklim birokrasi yang sehat dan kondusif. Begitu pula birokrasi tidak akan berjalan dengan efektif dan efesien tanpa ditopang dengan kebijakan yang tepat dan baik. Artikel ini memotret keterkaitan politik dengan pendidikan dalam praktek sistem birokrasi pendidikan. Peran birokrasi di lembaga pendidikan menjadi puncak model implementasi kebijakan, oleh karenanya diperlukan adanya pembaharuan manajemen pada satuan pendidikan. Proses pembaharuan tersebut berkaitan dengan pengembangan, penyebaran, diseminasi, perencanaan adobsi dan penerapan kebijakan pendidikan dalam satuan pendidikan tertentu.Political and bureaucracy policy are the important aspect in running the government, including education. Both element are able to influence the implementation of education as a whole. However, if the bureaucracy atmosphere is unhealty, good policy would be barren. Similarly, an appropriaate and good policy has to support a bureaucracy system. In education institution, the role of bureaucracy has become an implementation model; therefore there must be a management improvement in the educational unit. The improvement deal with development, deployment, dissemination, adobtion planning and implementation of education policy within particular educatioan unit.
Upaya Pengembangan Pendidikan Entrepreneurship Berbasis Pendidikan Karakter pada Kurikulum Madrasah Solichin, Mujianto
Prosiding Seminas Vol 1, No 2 (2012): Seminas Competitive Advantage II
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Upaya pengembangan pendidikan entrepreneurship berbasis pendidikan karakter pada kurikulum Madrasah  didasari oleh tiga hal; Pertama, menyiapkan peserta didik menjadi lulusan yang memiliki jiwa entrepreneur. Kedua, nilai-nilai entrepreneurship dipandang mampu membentuk karakter seseorang menjadi kuat dan mandiri. Ketiga, sebebas apapun seseorang melakukan aktifitas mandiri, aktifitas tersebut harus tetap terkontrol sehingga hasilnya adalah kemanfaatan dan kemaslahatan, dan disinilah peran nilai-nilai Islami untuk mengisi dan membingkainya. Ketiga dasar pemikiran ini nampaknya menemukan momentumnya pada KTSP yang memberikan ruang gerak luas bagi sekolah-sekolah Islami yang mampu memproduk gagasan pembaharuan sekaligus aksi konkrit bagi tercapainya kompetensi lulusan yang optimal. Konsep pengembangan kurikulum ini paling tidak membutuhkan persiapan pada dua hal; Pertama, desain muatan lokal jika entrepreneurship belum dianggap sebagai muatan nasional. Kedua, persiapan tenaga pendidik yang kompeten, dalam hal ini yang mampu mengintegrasikan antara pendidikan entrepreneurship dengan pendidikan karakter. Kesimpulannya, upaya pengembangan kurikulum seharusnya memang dilakukan dalam rangka optimalisasi kompetensi lulusan. Kata kunci: Kurikulum, Entrepreneurship, Karakter.   Abstract The Effort to Develop Entrepreneurship Education Combining with Character Learning in Madrasah Curriculum is based on three things: First, preparing alumnae to have entrepreneurship life. The second, entrepreneurship is able to build someone to be independent. The third, Islamic life can control the human behavior in everyday activity. Furthermore, it is hoped to give benefit, and useful for others. Those three reasons above are included in curriculum that give input to Islamic education institution. Therefore they can produce a better idea and real act for gaining competence alumnae. This curriculum development needs two things; first, local contain design. It is a must to do whenever entrepreneurship is in the national curriculum. The second is a competence educator. They are hoped to be able to combine between entrepreneurship education and Islamic life. From the above explanation it can be concluded that it is necessary to develop the curriculum to gain competence alumnae. Keyword: Curriculum, Entrepreneurship, Character.
Implementasi Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Berbasis Sistem Zonasi pada Tingkat Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar di Kecamatan Jombang Solichin, Mujianto; Kutsi, Imama
Dirasat: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam Vol 5, No 1 (2019): June
Publisher : Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.926 KB) | DOI: 10.26594/dirasat.v5i1.1627

Abstract

The new policy in “Implementation of New Students” (PPDB) 2018 concerning the zoning system is implemented by the government. Student domicile with distance will be one of the considerations in PPDB. The research objective is to find out how the implementation of the Minister of Education and Culture’s policy on PPDB using the zoning system in Jombang. This study uses a qualitative method with a descriptive approach. This research shows that the implementation of the Minister of Education and Culture’s policy on zoning systems based on zoning systems at Madrasah Ibtidaiyah (Islamic Primary School) and Primary School levels in Jombang runs in accordance with the guidelines of each school due to differences in guidelines for conducting PPDB. The application of this policy has both positive and negative effects that are felt by the school and student guardians. Based on these impacts, the researcher conducted an analysis of the measurement of policy implementation and obtained the results that the implementation of the policy on the zoning system in elementary schools in Jombang went well.
Upaya Pengembangan Pendidikan Entrepreneurship Berbasis Pendidikan Karakter pada Kurikulum Madrasah Solichin, Mujianto
Prosiding Seminas Vol 1, No 2 (2012): Seminas Competitive Advantage II
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.142 KB)

Abstract

Abstrak Upaya pengembangan pendidikan entrepreneurship berbasis pendidikan karakter pada kurikulum Madrasah  didasari oleh tiga hal; Pertama, menyiapkan peserta didik menjadi lulusan yang memiliki jiwa entrepreneur. Kedua, nilai-nilai entrepreneurship dipandang mampu membentuk karakter seseorang menjadi kuat dan mandiri. Ketiga, sebebas apapun seseorang melakukan aktifitas mandiri, aktifitas tersebut harus tetap terkontrol sehingga hasilnya adalah kemanfaatan dan kemaslahatan, dan disinilah peran nilai-nilai Islami untuk mengisi dan membingkainya. Ketiga dasar pemikiran ini nampaknya menemukan momentumnya pada KTSP yang memberikan ruang gerak luas bagi sekolah-sekolah Islami yang mampu memproduk gagasan pembaharuan sekaligus aksi konkrit bagi tercapainya kompetensi lulusan yang optimal. Konsep pengembangan kurikulum ini paling tidak membutuhkan persiapan pada dua hal; Pertama, desain muatan lokal jika entrepreneurship belum dianggap sebagai muatan nasional. Kedua, persiapan tenaga pendidik yang kompeten, dalam hal ini yang mampu mengintegrasikan antara pendidikan entrepreneurship dengan pendidikan karakter. Kesimpulannya, upaya pengembangan kurikulum seharusnya memang dilakukan dalam rangka optimalisasi kompetensi lulusan. Kata kunci: Kurikulum, Entrepreneurship, Karakter.   Abstract The Effort to Develop Entrepreneurship Education Combining with Character Learning in Madrasah Curriculum is based on three things: First, preparing alumnae to have entrepreneurship life. The second, entrepreneurship is able to build someone to be independent. The third, Islamic life can control the human behavior in everyday activity. Furthermore, it is hoped to give benefit, and useful for others. Those three reasons above are included in curriculum that give input to Islamic education institution. Therefore they can produce a better idea and real act for gaining competence alumnae. This curriculum development needs two things; first, local contain design. It is a must to do whenever entrepreneurship is in the national curriculum. The second is a competence educator. They are hoped to be able to combine between entrepreneurship education and Islamic life. From the above explanation it can be concluded that it is necessary to develop the curriculum to gain competence alumnae. Keyword: Curriculum, Entrepreneurship, Character.