Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

The Influence of Breed and Type of Extender on the Quality of Bull Semen Sukirman, Iman; Sukmawati, Eros; Rasad, Siti Darojah; Solihati, Nurcholidah
ANIMAL PRODUCTION Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman, Faculty of Animal Science, Purwokerto-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.07 KB) | DOI: 10.20884/1.jap.2019.21.2.641

Abstract

This study aimed to determine the influence of breed and type of extenders on frozen semen quality of cows at BIB Lembang. The experimental study was conducted in a Factorial Randomized Block Design (RBD) with two factors. The first factor was four cow breeds, i.e. Ongole Cross (PO), Brahman (BR), Simmental (SM) and Limousin (LM), and the second factor was two types of extender, i.e. Skim-Egg Yolk (SKT) and AndroMed® (AND), all repeated four times. The observed variables were percentage of spermatozoa motility and intact plasma membrane (IPM). All data obtained were analyzed using a general linear model (IBM SPSS ver. 23). The results demonstrated an interaction between breed and the type of diluent to motility. Breeds showed significantly different motility but non-significantly different intact plasma membrane (MPU) of semen. The type of diluent did not significantly affect motility and intact plasma membrane (MPU) of the frozen semen. The effect of the breed on BR motility was lower and significantly different from PO, LM and SM. The types of diluent did not significantly affect motility, MPU. The results showed that SKT was lower than AND, it was indicative effect of breed on intact plasma membrane (MPU) PO was lower than BR, LM and SM and the effect of the type of diluent on whole plasma membrane (MPU) AND is lower than SKT. It can be concluded that breed influences the motility of semen. The lowest motility reduction in frozen semen is Brahman cattle by using skim-egg yolk extender.
Estrous Performance of Etawah Crossbred Goats Following Different Estrous Synchronization Methods Solihati, Nurcholidah; Rasad, Siti Darodjah; Winangun, Kikin; Toha, Toha
ANIMAL PRODUCTION Vol. 23 No. 1 (2021)
Publisher : Faculty of Animal Science, Jenderal Soedirman University in associate with Animal Scientist Society of Indonesia (ISPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jap.2021.23.1.74

Abstract

The objective of the research was to determine the estrous profile of Etawah Crossbred goats after estrous synchronization with different methods. Eighteen does aged 12-24 month old were divided in three groups to receive estrous synchronization treatments (T1 = 14 days intravaginal implant of 60 mg of progesterone (MPA), T2 = two times injection of 5 mg PGF2α (lutalyse) in 11 days interval, and T3 = 10 days of intravaginal implant of 60 mg of progesterone (MPA) + injection of 5 mg PGF2α 48 hours before removal) with six replications. The parameters consisted of estrous behaviour, changes in size and colour of vulva, and duration of estrus when the number of superficial and keratin cells were dominating in the vaginal mucus cell. Data from estrous behaviour and score of vulvar colour was analyzed using Kurkal Wallis test, while onset of estrus, size of vulva slit and estrous duration was analyzed using ANOVA and Duncan test. The result showed that estrous behaviour and changes in color and size of vulva were not significantly different, but estrous duration was significantly different. Estrous duration in T1 (31.30 hour) and T2 (31.10 hour) was significantly longer than that of T3 (11.36 hour). It is concluded that different methods of estrus synchronization affected estrous quality equally but it affected the estrous duration differently based on vaginal mucus cells. Treatment implant vaginal sponge content progesterone for 14 days and double injection of PGF2α with 11-day interval given longest estrous duration.
Hubungan antara Tingkat Reproduksi Sapi Perah terhadap Tingkat Kerugian Peternak (The Relationship between Dairy Cattle’s Reproductive Performance and Farmers’s Economic Losses) Rangga Setiawan; Nurcholidah Solihati; Rini Widyastuti
Jurnal Ilmu Ternak Vol 16, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.392 KB) | DOI: 10.24198/jit.v16i1.9818

Abstract

Performa reproduksi merupakan faktor utama dalam mendukung keberhasilan usahaternak sapi perah. Performa reproduksi yang rendah dapat menyebabkan berbagai kerugianseperti produksi susu rendah, produksi pedet yang terlambat, pelayanan IB yang tinggi, yang terakumulasi pada  kerugian  secara ekonomi. Salah satu performa reproduksi yang menjadi perhatian  khusus  adalah  masa  kosong  yang  merupakan  waktu  antara  periode  melahirakan sampai sapi tersebut bunting kembali. Semakin lama waktu tersebut menggambarkan rendahnya reproduktivitas sapi perah tersebut yang lebih lanjut akan menurunkan pendapatan peternak karena akan bertambahnya biaya produksi seperti biaya pakan, tenaga kerja, biaya inseminasi, dan sebagainya.  Tujuan dari penelitian  ini  adalah mengetahui  dan  kemudian mengevaluasi performa reproduksi (masa kosong, service per conception, dan calving interval) terkait pendapatan yang diperoleh peternak. Sebanyak 19 ekor sapi perah laktasi kedua yang terdapat di kelompok ternak desa Cipageran, Cimahi dijadikan objek penelitian melalui metode survey ke pemilik ternak. Hasil yang diperoleh bahwa masa kosong,  calving interval dan service per conception sapi perah di lokasi penelitian berturut-turut sebesar 110 hari, 386 hari dan 2,5. Adapun    kerugian  peternak  untuk  setiap  penambahan  satu  hari  masa  kosong  sebesar  Rp.10.775,45 per ekor. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa status reproduksi sapi perah di kelompok sapi perah Cipageran termasuk cukup baik, namun kerugian akan didapat perternak seiring bertambahnya masa kosong.Kata kunci: masa kosong, service per conception, calving interval, pendapatan peternak
Perubahan Ukuran Folikel Ovarium dan Kualitas Oosit Nurul Ikhwan; Nurcholidah Solihati; Siti Darodjah Rasad; Rini Widyastuti
Jurnal Ilmu Ternak Vol 16, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.035 KB) | DOI: 10.24198/jit.v16i1.9823

Abstract

Preservasi merupakan salah satu upaya penanganan ovarium untuk mempertahankankualitas oosit yang telah diambil dari tubuh ternak agar dapat dimanfaatkan untuk Fertilisasi InVitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu preservasi ovarium dombalokal terhadap ukuran folikel dan kualitas oosit. Sampel yang digunakan adalah ovarium domba lokal yang diperoleh dari tempat pemotongan hewan setempat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental, dengan pemberian tiga perlakuan dan enam kali ulangan yaitu: P1= preservasi ovarium pada suhu 37o-38oC selama 2 jam, P2= preservasi ovarium pada suhu 4o-5oC selama 11-12 jam, dan P3= preservasi ovarium pada suhu 4o-5oC selama 24-25 jam. Hasil penelitian menunjukan waktu preservasi ovarium memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap ukuran folikel kualitas oosit.Kata kunci: domba lokal , folikel, oosit, preservasi
Pengaruh Medium dan Lama Inkubasi dalam Proses Sexing Sperma Terhadap Kualitas Semen Kambing Boer Anwar Anwar; Nurcholidah Solihati; Siti Darodjah Rasad
Jurnal Ilmu Ternak Vol 19, No 1 (2019): June
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.693 KB) | DOI: 10.24198/jit.v19i1.23009

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh medium dan waktu inkubasi pada sexing semen terhadap kualitas spermatozoa kambing Boer. Proses sexing menggunakan metode perbedaan densitas dengan menggunakan medium bovine serum albumin (BSA) dan SpermGrad (SG). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan yaitu, BSA 40 menit (P1), BSA 50 menit (P2), BSA 60 menit (P3), SG 40 Menit (P4), SG 50 (P5) dan SG 60 menit (P6). Variabel yang diamati adalah kualitas spermatozoa (motilitas dan abnormalitas). Data dianalisis menggunakan analisis ragam diikuti uji lanjut berganda Duncan. Materi yang digunakan adalah semen kambing Boer. Hasil penelitian menunjukkan motilitas tertinggi terdapat pada fraksi atas (sperma X) dan fraksi bawah (sperma Y) terdapat pada perlakuan P1 (72,0 ±2,7% dan 72,0±2,7%) dan motilitas terendah pada perlakuan P6 (57,0±5,7% dan 58,0±5,7%). Persentase viabilitas sperma tertinggi fraksi atas terdapat pada P2 dan fraksi bawah P3 (74,4±1,9% dan 79,5±2,8%), yang terendah fraksi atas P1 dan fraksi bawah P6 (72,4±3,6% dan 74,1±3,2%). Selain itu, persentase abnormalitas sperma tertinggi pada fraksi atas pada perlakuan P1 dan fraksi bawah pada P6 (8,5±0,9% dan 5,4±1,2%). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata motilitas antara kedua medium, dan waktu inkubasi 50 menit optimum untuk mempertahankan kualitas semen.
Pengaruh Lama Penyimpanan Semen Cair Ayam Buras pada Suhu 5 0C terhadap Periode Fertil dan Fertilitas Sperma (The Storage Time Effect of The Local Chicken Chilled Semen at 5 0C on Fertility and Fertile Period of Sperm) Nurcholidah Solihati; Ruhijat Idi; Rangga Setiawan; I. Y. Asmara
Jurnal Ilmu Ternak Vol 6, No 1 (2006)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v6i1.2258

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh lama penyimpanan semen cair ayam buras pada suhu 50C terhadap periode fertil dan fertilitas sperma.  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan setiap perlakuan diulang 6 kali.  Lama penyimpanan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyimpanan 1 jam (0 hari), 24 jam (1 hari) dan 48 jam (2 hari).  Peubah yang diukur adalah periode fertil dan fertilitas sperma. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam, dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa lama penyimpanan semen cair ayam buras berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap periode fertil dan fertilitas sperma. Periode fertil dan fertilitas sperma ayam buras yang baik diperoleh dari penyimpanan semen cair selama 1 jam (0 hari).Kata Kunci : ayam buras, semen cair, periode fertil, fertilitas
Penggunaan Albumen untuk Separasi Spermatozoa Epididymis Domba Garut Nurcholidah Solihati; Tita D. Lestari; Rangga Setiawan; j J. Arifin; t T. Hariyanti
Jurnal Ilmu Ternak Vol 8, No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v8i1.2222

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas berbagai konsentrasi albumen untuk separasi spermatozoa epididymis Domba Garut. Penelitian ini menggunakan semen yang berasal dari cauda epididymis Domba Garut yang baru dipotong dan segera diolah di laboratorium.  Perlakuan yang digunakan yaitu media separasi menggunakan berbagai kombinasi konsentrasi albumen pada lapisan atas dan bawah terdiri dari 10%-30%, 10%-50%, 10%-70% dan kontrol (tanpa media separasi). Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rangcangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan lima kali ulangan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lapisan atas kombinasi konsentrasi albumen berpengaruh nyata (p<0.05) dapat meningkatkan jumlah spermatozoa X dari rasio alamiahnya, dan pada lapisan bawah kombinasi konsentrasi albumen berpengaruh nyata (p<0.05) dapat meningkatkan spermatozoa Y dari rasio alamiahnya.  Disimpulkan bahwa kombinasi konsentrasi albumen yang digunakan cukup efektif digunakan untuk pemisahan spermatozoa X dan Y pada Domba Garut.Kata kunci:  albumen, separasi spermatozoa, Domba Garut
Quality and Longevity of Local Ram’s Sexed Sperm with Albumin Colums Nurcholidah Solihati; Siti Darodjah Rasad; Annisaa Yusrina; Kikin Winangun; Toha .
Jurnal Ilmu Ternak Vol 19, No 2 (2019): December
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.025 KB) | DOI: 10.24198/jit.v19i2.25632

Abstract

Sperm sexing applications can support the effectiveness of artificial insemination (AI) programs in sheep. The albumin column method is one method of sperm sexing that is relatively easy and inexpensive compared to other methods, but research needs to be done to obtain a method that results in the quality and longevity of sexed sperm that is feasible to use for AI programs, one of which is by searching for incubation or sexing time. This study used 10 ejaculate semen from two local sheep around 2-3 years old. We used bovine serume albumin (BSA) as the albumin column with two fractions which is 5% in the upper fraction and 10% in the lower fraction. The treatment given was three lengths of incubation/sexing time (45, 60 and 75 minutes) which were repeated 10 times. Parameters consist of the quality of semen (motility, abnormalities, intact plasma membrane, intact acrosome cup) and longevity. Data were analyzed by analysis of variance and Duncan's advanced test. The results showed that the length of sexing time had a very significant effect on the quality of semen, but the length of incubation/sexing time up to 75 minutes still produced the quality of semen that was qualify for AI. The result also showed that incubation/sexing time does not affect the longevity of sexed sperm. It was concluded that the quality of sexed sperm of local ram that sexing with albumin colums fulfilled the quality for artificial insemination and the incubation/sexing time for 45-75 minutes can be used to obtain the qualify sexed sperm for artificial insemination with chilled semen.
Pengaruh Waktu Inkubasi Pada Proses Sexing Sperma Berbasis Glutathione Terhadap Motilitas dan Membran Plasma Utuh Chilled Semen Domba Lokal Annisaa Yusrina; Nurcholidah Solihati; Nena Hilmia
Jurnal Ilmu Ternak Vol 18, No 1 (2018): June
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v18i1.17307

Abstract

The aim of this study was to examine the effect of incubation time on sexing process based on glutathione to the motility and Intact Plasma Membrane (IPM) of chilled ram semen. The separation of X and Y sperm conducted by using BSA method. This research was experimental research using completely randomized design (CRD) with three treatment namely, 45 minutes (T1), 60 minutes (T2) and 75 minutes (T3). Data were analyzed using Anova followed by Duncan's multiple range test. Material used in this research was the fresh semen from ram with sperm motility ≥ 70% and 5 mM of glutathione. The result of this research showed that the highest percentage of motility in upper and bottom fraction belong to T1 (69,7% dan 68,8%), followed by T2 (66,4% dan 64,5%) and T3 (57,9% dan 57,6%).  In addition, the result of this research that the highest percentage of IPM in upper and bottom fraction belong to T1(75% dan 71,3%), followed by T2 (69,9% dan 68,4%) and  T3 (66,9% dan 65,5%). It can be concluded that the incubation time of 45 minute is the optimum time on sexing process based on glutathione so that the motility and IPM of chilled ram semen can be maintained. 
Tampilan Berahi dan Tingkat Kesuburan Sapi Bali Timor yang Diinseminasi Petrus Kune; Nurcholidah Solihati
Jurnal Ilmu Ternak Vol 7, No 1 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v7i1.2223

Abstract

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tampilan berahi dan tingkat kesuburan sapi betina yang diinseminasi ketika memperlihatkan berahi alamiah, berahi hasil sinkronisasi menggunakan preparat prostaglandin F2α, dan berahi alamiah sesudah berahi hasil sinkronisasi.  Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan dengan model rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan yang diuji-cobakan, yakni P1= kelompok ternak yang berahi alam; P2 = kelompok ternak yang berahinya disinkronisasi menggunakan preparat prostaglandin F2α dan P3 = kelompok ternak yang berahi alamiah setelah berahi hasil sinrkonisasi menggunakan prostaglandin F2α.  Sapi yang digunakan pada pengamatan tampilan gejala dan intensitas berahi sebanyak 21 ekor untuk ketiga perlakuan dengan tujuh ulangan,  sedangkan untuk menguji kesuburan (CR) hanya menggunakan sapi-sapi betina yang berahinya jelas, yakni sebanyak 16 ekor dari 21 yang lolos seleksi awal. Hasil penelitian menunjukan bahwa a). 21 ekor sapi betina yang digunakan dalam penelitian ini mampu memperlihatkan berahinya dan umumnya lebih dari 70 % menunjukan berahi dengan intensitas jelas (skor 3) dan b). Rataan tingkat kesuburan (CR) dari sapi betina sebanyak 16 ekor yang diinseminasi ketika memperlihatkan berahinya dari ketiga kelompok perlakuan adalah 68,75 %. dimana P1 dan P2 adalah sama (masing-masing 60 %) sedangkan P3 = 83,33 %. Hasil analisis statistik menunjukan ada perbedaan yang nyata antara perlakuan P1 dan P2 dengan perlakuan P3.     Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sapi Bali dapat memperlihatkan berahinya secara jelas dan ini menunjukan bahwa sapi Bali-Timor memang masih termasuk sapi yang subur, namun disarankan agar pengamatan berahi secara cermat harus tetap dilakukan ketika akan melakukan IB.Kata Kunci : Inseminasi Buatan, Conception rate, intensitas berahi