Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Studi Eksperimental Korelasi Fitur Pintu Tonjol Terhadap Nilai Koefisien Debit Robby Yussac Tallar; Jeff Christopher Gultom; Michael Louis Sunaris; Aditya Arisanta Bangun
Jurnal Tiarsie Vol 17 No 2 (2020): Jurnal TIARSIE 17.2
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32816/tiarsie.v17i2.73

Abstract

Sistem pengairan yang tergolong baik pada suatu jaringan irigasi teknis, harus memiliki setidaknya alat ukur dan alat pengatur debit aliran. Pintu tonjol adalah salah satu alat modifikasi dari pintu sorong yang dapat mengatur dan mengukur debit dengan fitur tonjolan yang berada di depan/hulu pintu. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi dari fitur tonjol terhadap koefisien debit yang terjadi pada pintu tonjol. Studi eksperimental ini menggunakan model berupa saluran hidraulik (dinding kaca) maupun model fitur tonjolan (bentuk dan ukuran) di Laboratorium Hidraulika Universitas Kristen Maranatha Bandung. Variasi bentuk yang dilakukan adalah setengah lingkaran dan segitiga dengan ukuran tonjolan yang digunakan adalah 11 cm, 13 cm, dan 15 cm dan bukaan pintu tonjol sebesar 2 cm dan 3 cm. Hasil analisa menunjukkan bahwa hasil koefisien debit (μ) dipengaruhi oleh fitur tonjolan namun tidak terlalu signifikan perubahannya. Saran yang diberikan adalah dengan menambah tingkat variasi pengujian akan meningkatkan tingkat validitas terhadap hasil yang didapat.
Analisis Struktur Bendung dengan Metode Elemen Hingga Moch Fadhli Bargess; Cindrawaty Lesmana; Robby Yussac Tallar
Jurnal Teknik Sipil Vol 5 No 1 (2009): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (896.359 KB) | DOI: 10.28932/jts.v5i1.1309

Abstract

Struktur bendung merupakan kebutuhan penting dalam bidang perairan. Masalah hancurnya strukturbendung dapat diakibatkan karena sudah tidak kuatnya struktur tersebut untuk menahan bebanhorisontal maupun beban vertikal di sekitar bendung. Metode elemen hingga telah digunakan dengansangat berhasil dalam memecahkan persoalan – persoalan yang luas jangkauannya dalam hampirsemua bidang keinsinyuran dan fisika matematis. Penerapan metode elemen hingga diterapkan untukmenghitung peninjauan tegangan, lendutan dan gaya reaksi dasar untuk struktur bendung. Studi kasusdiambil dari bendung Cilemer, Jawa Barat. Struktur dianalisis dengan bantuan software SAP 2000.Analisis dibuat dengan pemodelan dua dimensi (elemen shell) dan tiga dimensi (elemen solid). Keduamodel dimodelkan dengan perletakan pegas (springs) yang dianggap mewakili kondisi tanah dilapangan. Struktur bendung ditinjau terhadap berat sendiri bendung, beban lumpur, beban air normaldan beban banjir. Perbandingan tegangan arah lokal 1 dilakukan untuk kedua model untuk setiapkondisi pembebanan. Hasil tegangan maksimum untuk kedua model menghasilkan perbedaan sekitar4%, sedangkan hasil tegangan minimum menghasilkan perbedaan yang cukup besar (~84%).Perbandingan struktur antara model dua dimensi dan tiga dimensi, menghasilkan nilai lendutan arah1dan arah 3 pada pemodelan dua dimensi lebih besar dibandingkan dengan pemodelan tiga dimensi.Pada struktur bendung dilakukan perbandingan hasil perhitungan gaya reaksi dasar antara manualdengan hasil perhitungan software. Verifikasi perhitungan tersebut menghasilkan perhitungansoftware mendekati hasil perhitungan manual. Hasil pemodelan struktur bendung menghasilkanbahwa struktur bendung dapat dihitung dengan menggunakan metode elemen hingga, baik untukpemodelan dua dimensi (shell) maupun pemodelan tiga dimensi (solid). Pemodelan tiga dimensidisarankan untuk digunakan untuk menghasilkan analisis yang lebih akurat.
Studi Awal Perilaku Tanah Residual Tropis yang di Padatkan Asriwiyanti Desiani; Robby Yussac Tallar; Christy Anandha Putri
Jurnal Teknik Sipil Vol 12 No 2 (2016): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.068 KB) | DOI: 10.28932/jts.v12i2.1421

Abstract

Salah satu persyaratan penting yang diperlukan dalam suatu struktur pondasi bangunanadalah karakteristik media tanah yang terdapat di area tersebut. Secara garis besar, tanah hanyaterbagi dua menjadi tanah butir kasar maupun butir halus. Namun pada kenyataannya, kondisidilapangan memperlihatnya kondisi yang berbeda. Pada kedalaman-kedalaman dibawahpermukaan tanah tidak lagi dijumpai material murni, baik pasir, lempung, maupun lanau. Yangada merupakan material campuran baik lempung pasiran, pasir lempungan, pasir lanauan, maupunlanau pasiran, dan sebagainya. Hal ini mempengaruhi perilaku material, tidak lagi berperilakusebagai material asli yang membentuknya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilakutanah residual tropis baik agregat kasar maupun halus yang dipadatkan. Untuk agregat kasarpengujian yang dilakukan meliputi specific gravity (Gs) dan analisa ukuran butir. Sedangkan untukagregat halus dilakukan pengujian kadar air, specific gravity (Gs), analisa ukuran butir,hidrometer, atterberg limits. Karena merupakan material terganggu, maka kedua material tidakdilakukan pengujian index properties. Berdasarkan pengujian awal yang dilakukan, dapatdisimpulkan sementara bahwa perubahan perilaku material butir kasar menjadi perilaku materialbutir halus terjadi pada komposisi material campuran 25% tanah merah Lagadar dan 75% pasirPadalarang.
Studi Eksperimental Pengaruh Blok-Halang Pada Lantai Kolam Olak Bendung Terhadap Penggerusan Lokal Robby Yussac Tallar; Ivan .
Jurnal Teknik Sipil Vol 16 No 2 (2020): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jts.v16i2.2889

Abstract

Permasalahan penggerusan lokal yang terjadi di bagian hilir bendung merupakan fenomena nyata yang dihadapi suatu kontruksi bendung dan harus dicarikan solusinya. Berbagai upaya untuk mengurangi permasalahan penggerusan lokal telah diteliti dan dilakukan. Penyebab utama dari fenomena penggerusan lokal adalah akibat adanya perbedaan elevasi muka air antara hulu dan hilir dari suatu bendung, maka terjadi loncatan air yang mengakibatkan penggerusan lokal pada hilir bendung. Kolam olak adalah bagian dari konstruksi suatu bendung yang berfungi untuk mengurangi penggerusan lokal dengan cara meredam energi aliran air namun dalam kenyataannya masih kurang maksimal mengatasi penggerusan lokal yang terjadi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi kolam olak dengan pemberian blok-halang sehingga diketahui pengaruh atau efektivitas dari blok-halang tersebut terhadap penggerusan lokal yang terjadi pada hilir bendung. Studi eksperimental dilakukan dengan menggunakan model fisik dua dimensi pada jenis bending tetap tipe gergaji dua gigi. Debit aliran yang digunakan dalam adalah 25%Qmax, 50%Qmax dan 100%Qmax. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan blok-halang dengan dimensi 4cm x 4cm dengan ketinggian 6cm serta jarak antar blok-halang yaitu 4cm dan jarak blok-halang ke ambang hilir yaitu 14,4cm pada lantai kolam olak bendung gergaji dua gigi dapat mengurangi kedalaman dan luas penggerusan lokal yang terjadi pada hilir bendung. Saran untuk penelitian kedepannya adalah penggunaan riprap sebagai material tambahan pada bagian hilir bendung.
Validasi Alat Ukur Taraf Muka Air Digital Sederhana Untuk Saluran Irigasi Robby Yussac Tallar; Jimmy Agustian Loekito; Jonathan Chandra; Pin Panji Yapinus; Hendrik Lesmana; Leon Karsten; Tonny .
Jurnal Teknik Sipil Vol 17 No 1 (2021): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jts.v17i1.3122

Abstract

Irrigation is an effort made by humans to irrigate agricultural land. Overall the irrigation system in Indonesia is an irrigation building that starts from a water taking area or a weir and distributes it to various agricultural areas through primary dividing channels to the quarter. This requires supporting infrastructure in the process of extracting / distributing water from water sources to irrigation plots. One of the main irrigation infrastructures is irrigation channels with a means of regulating or measuring the discharge at the upstream such as a water gauge board or manual peilchaal to measure the water level that passes through an irrigation channel. The main objective of this research is to plan a digital water level measuring instrument in the irrigation channel to make it easier for sluice guard officers or farmers to find out the flow rate that passes through an irrigation channel. The data that will be collected are primary data generated from the experimental results by comparing the results from manual and digital. These data are in the form of water level data on the Thomson measuring instrument to find the flow rate through the open channel model. Based on the research results, it can be concluded that the validation results obtained from digitization have a very high level of accuracy. The percentage value difference between the value obtained from the manual and digital level meter has an average value of 1-6%. The amount of this percentage is strongly influenced by the decimal digits that have not been compared to those read on the manual level meter. Therefore, in the future, its capacity to read the water level accurately to the nearest digit will be increased.
KAJIAN NILAI ESTETIKA DAN KUALITAS AIR DALAM KONTEKS EKOWISATA PERAIRAN BERKELANJUTAN Robby Yussac Tallar; Michael Louis Sunaris
Jurnal Teknik Sipil Vol 15 No 2 (2019): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.162 KB) | DOI: 10.28932/jts.v15i2.1962

Abstract

Indonesia adalah salahsatu dari negara yang sudah mengembangkan ekowisata yang dimilikinya sebagai bagian dari materi pariwisata untuk menarik wisatawan baik lokal maupun manca negara. Salah satu jenis dari ekowisata yang berpotensial tinggi di Indonesia adalah ekowisata perairan. Ekowisata perairan dapat menjadi salah satu faktor kunci dalam mendukung keberlanjutan dan perlindungan lingkungan. Sementara itu, peranan ilmu Teknik Sipil kaitannya dalam ekowisata perairan adalah bagaimana suatu konstruksi dapat mendukung konsep keberlanjutan ekowisata perairan, dan terkhusus untuk bidang keairan sendiri dibutuhkan suatu standar dan ukuran dalam hal nilai estetika dan kualitas air pada badan air yang dijadikan ekowisata perairan. Di Indonesia, indeks yang digunakan untuk mengukur status perairan pada kawasan ekowisata perairan adalah indeks STORET. Indeks STORET merupakan parameter-parameter kualitas air yang ditentukan dari aspek fisika, kimia, dan mikrobiologi. Secara prinsip, metode ini membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya untuk menentukan status badan air yang diperlukan di dalam menerapkan konsep ekowisata keairan yag berkelanjutan. Indeks STORET ini sangat lengkap bila ditinjau dari segi parameter kualitas air yang diukurnya namun bila mempertimbangkan faktor biaya, kekompleksan masalah dan hal lainnya, masih diperlukan metode lain yang lebih sederhana, ekonomis dan mudah untuk diterapkan namun dapat mewakili status perairan tersebut. Terlebih lagi, nilai estetika juga perlu diperhitungkan dalam konteks ekowisata perairan berkelanjutan karena seharusnya nilai estetika dan kualitas air saling terkait satu sama lain. Para pemangku kebijakan (stakeholders) diharapkan dapat menggunakan metode pengukuran status kualitas perairan ini dalam menerapkan konsep ekowisata perairan yang berkelanjutan.
Kajian Perangkat Perlindungan Dampak Rendah Suatu Kawasan di Dalam Perencanaan Pengembangan Suatu Lahan dan Pelestarian Sumberdaya Air Nikodemus Leomitro; RObby Yussac Tallar
Jurnal Teknik Sipil Vol 11 No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.408 KB) | DOI: 10.28932/jts.v11i2.1405

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk menjabarkan suatu pendekatan yang berisi perangkat perlindungansuatu kawasan di dalam perencanaan pengembangan suatu lahan dan pelestarian sumberdaya air.Perangkat-perangkat tersebut adalah perencanaan tata guna lahan, perlindungan lahan yangbernilai hidrologis tinggi, pengawasan daerah penyangga badan air, pengontrolan erosi dansedimen, manajemen air hujan, pengendalian debit diluar air hujan, dan program penatalayanan.Konsep dasar ini meliputi kajian detail yang terintegrasi dengan perangkat antara lain: hidrologisebagai suatu bingkai kerja (framework) yang terpadu, menggunakan mikro manajemen,pengendalian banjir rencana (stormwater) pada sumbernya, penggunaan metode yang sederhanadan non-structural, dan membuat landscape multifungsional. Studi literatur ini mengambilKawasan Depok sebagai contoh kasus. Kota Depok terletak di Provinsi Jawa Barat dan berada dibagian hulu DAS Citarum. Kajian ini juga menggunakan analisa SWOT untuk mendapatkaninformasi-informasi yang berguna mengenai kondisi eksisting di studi area. Perangkatperlindungan ini ditawarkan untuk memudahkan para pemangku kebijakan dalam menyusunperencanaan detail. Kearifan lokal yang sesuai juga diperlukan untuk mendukung perangkatperlindungan suatu kawasan di dalam perencanaan pengembangan suatu lahan dan pelestariansumberdaya air.
Analisa Daya Dukung Tata Guna Lahan Dalam Menunjang Keberlanjutan Sungai Robby Yussac Tallar
Jurnal Teknik Sipil Vol 4 No 1 (2008): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.946 KB) | DOI: 10.28932/jts.v4i1.1295

Abstract

Indonesia adalah negara yang kepulauan yang sebagian besar panjang sungainya kurang dari 250 kmatau tergolong pendek. Kondisi alamiah dari sungai-sungai tersebut tidaklah terlalu mendukung darisegi keberlanjutannya. Hal tersebut tampak dari fluktuasi debit sungai yang dari tahun ke tahunsemakin meningkat, yaitu relatif besar pada musim hujan (seringkali menyebabkan banjir) dan relatifkecil pada musim kemarau (seringkali menyebabkan kekeringan). Disamping itu, perubahan dari tataguna lahan terutama pada wilayah hulu DAS dari waktu ke waktu semakin lama semakin tidakterkendali. Kondisi-kondisi demikian menunjukkan bahwa telah terjadinya kerusakan DAS yangberdampak terhadap permasalahan surplus/defisit neraca air sepanjang tahun. Begitu juga denganDAS Ciliwung yang sebagian besar sungai-sungainya mengalami kerusakan sehingga mengancamkeberlanjutannya. Keberlanjutan sungai merupakan salah satu cara dari melindungi DAS dalamrangka mewujudkan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Classification of Meandering Rivers: Interpreting the Morphological River by Using the Planimetric Characteristics Yuri Sukamto; Robby Yussac Tallar; William Trisina
Proceeding ISETH (International Summit on Science, Technology, and Humanity) 2015: Proceeding ISETH (International Conference on Science, Technology, and Humanity)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

It must be recognized that rivers differ among themselves, and through time,one river can vary significantly in itsdownstream direction. Most of the riversclassification was published by US or European researchers. In fact, these classifications of the river cannot be applied thoroughly to other regions such Asian Countries due to its differentcharacteristics and situations. Therefore, the general purpose of thisresearch is to establish a simple and easy-touse practice in interpreting the morphological aspect of river by using planimetric characteristics. We selected four major rivers to develop the conceptual model for classification of meandering rivers in Borneo (Kalimantan) Island. Further, we divided themeandering rivers in Borneo Island by three zones to get the informed data in detail. Based on the results, the variability variesin all planimetric characteristics except the slope, which is considered as conformity.