Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

EFEKTIFITAS PEMBERIAN TOPIKAL ASI DIBANDING PERAWATAN KERING TERHADAP KECEPATAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT DI PUSKESMAS SUMBERSARI JEMBER Subiastutik, Eni
IKESMA Vol 8, No 1 (2012)
Publisher : FKM - UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.702 KB)

Abstract

One of high infant mortality rate causes in developing countries is umbilical cord infection. Umbilical cord is a bacterial colony site that can cause infection in newborns such as omphalitis and sepsis. Umbilical cord care with topical breastmilk which contains anti-infection and anti-inflammation can speed up time of umbilical cord separation and prevent infection in neonatal period. Objective;to find out effect of topical breastmilk administration compared to dry care toward time of umbilical cord separation. Method;this was a clinical trial study with randomized clinical trial design. Subjects were all newly born babies that met inclusion criteria in Sumbersari inpatient community health center of Jember. Sample size was 64 babies divided into two groups, namely treated group consisting of 32 babies and control group consisting of 32 babies as well. Randomization was done with random technique of block 6 allocation. Data were analyzed using bivariate analysis with independent t-test and multivariate analysis with linear regression, with CI 95% and p< 0.05. Result;There was a mean difference in time of umbelical cord separation with topical breastmilk which was shorter (5.69 days) than with dry care (7.06 days), with coefficient value of -1.37 and p=0.000. Result of multivariate analysis showed that there was a significant relationship between umbilical cord care and umbilical cord separation with incidence of local infection, with coefficient value of -2.11 and R2 0.67(67 %). Conclusion;In time of umbilical cord separation in which treatment with topical breastmilk was shorter than that with dry care.   Keywords: topical breastmilk, dry care, time of umbilical cord separation
Mobilisasi Dini Membantu Pengeluaran Lochea Pada Ibu 6 Jam Post Sectio Caesarea Safarinda, Dwi Sindy; Umami, Riza; Subiastutik, Eni
Malang Journal of Midwifery (MAJORY) Vol 3 No 2 (2021): MAJORY
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang (State Health Polytechnic of Malang)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.551 KB)

Abstract

Early mobilization is very important for post-Section Caesarea patients to help the process of uterine involution and lochea removal. Most of the post-Section Caesarea mothers are afraid to do early mobilization because they are afraid to feel post-Section Caesarea pain. The purpose of this study was to determine the relationship between early mobilization and the amount of lochia expenditure in mothers 6 hours post-Section Caesarea at Baladhika Husada Hospital. The research design used is the correlation with cross-sectional approach. The population of this study was all post-Section Caesarea mothers at Baladhika Husada Hospital. The sampling technique used is accidental sampling which was carried out from December 2019 to January 2020 with a total of 53 samples. Analysis of the data used is the chi-square test. The results of this study showed that most of the 6-hour post-SC mothers did early mobilization (54.8%) and almost half of the mothers who did early mobilization had normal lochea discharge (35.8%). The results of the analysis showed that there was a relationship between early mobilization and the amount of lochia expenditure in mothers 6 hours post-Section Caesarea (p-value 0.036). Early mobilization increases blood circulation in the uterus so that the uterus can contract properly, clamping open blood vessels and the lochia can come out smoothly. Keywords: Sectio Caesarea, Early Mobilization, Lochea Expenses.
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di RS Permata Bunda Malang Arin Ervita Sari; Gumiarti; Jamhariyah; Eni Subiastutik
Ovary Midwifery Journal Vol 3 No 1 (2021): August 2021
Publisher : Akademi Kebidanan Aifa Husada Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikterus neonatorum adalah kejadian biologis pada bayi yang muncul karena produksi sel darah merah tinggi dan ekskresi bilirubin rendah yang dipicu oleh berbagai faktor misal prematuritas, jenis persalinan, jenis asupan. Kejadian ikterus neonatorum pada tahun 2018 di Indonesia 42,70%. Data insiden tahun 2016 di RSD Dr. Soetomo sebanyak 396 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara faktor risiko, yaitu jenis persalinan, prematuritas, dan frekuensi pemberian ASI dengan kejadian ikterus neonatorum. Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi seluruh ibu yang melahirkan secara spontan maupun dengan tindakan sectio caesarea (SC) yang berjumlah 766. Pengambilan sampel secara random sampling berjumlah 263 responden. Metode analisis menggunakan chi-square. Hasil penelitian 181 orang (68,8%) melahirkan dengan tindakan sectio caesarea, 205 orang (77,9%) melahirkan di usia kehamilan kehamilan aterm, 179 bayi (68,1%) diberikan jenis asupan ASI + PASI, dan sebanyak 153 bayi (58,2%) mengalami ikterus neonatorum. Analisa penelitian ditemukan ada hubungan antara jenis persalinan dengan kejadian ikterus neonatorum dengan p-value 0,000 < α 0,005, ada hubungan antara prematuritas dengan kejadian ikterus neonatorum dengan p-value 0,000 < α 0,005, dan ada hubungan antara jenis asupan dengan kejadian ikterus neonatorum dengan p-value 0,000 < α 0,005. Kesimpulannya ada hubungan yang signifikan antara jenis persalinan, prematuritas dan jenis asupan terhadap kejadian ikterus neonatorum di RS Permata Bunda Kota Malang. Saran untuk mengatasi kejadian ikterus neonatorum ialah dilakukan pemantauan praskrining pada kehamilan agar dapat dicegah bayi baru lahir mengalami ikterus neonatorum
EFEKTIFITAS PEMBERIAN TOPIKAL ASI DIBANDING PERAWATAN KERING TERHADAP KECEPATAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT DI PUSKESMAS SUMBERSARI JEMBER Eni Subiastutik
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 8 No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of high infant mortality rate causes in developing countries is umbilical cord infection. Umbilical cord is a bacterial colony site that can cause infection in newborns such as omphalitis and sepsis. Umbilical cord care with topical breastmilk which contains anti-infection and anti-inflammation can speed up time of umbilical cord separation and prevent infection in neonatal period. Objective;to find out effect of topical breastmilk administration compared to dry care toward time of umbilical cord separation. Method;this was a clinical trial study with randomized clinical trial design. Subjects were all newly born babies that met inclusion criteria in Sumbersari inpatient community health center of Jember. Sample size was 64 babies divided into two groups, namely treated group consisting of 32 babies and control group consisting of 32 babies as well. Randomization was done with random technique of block 6 allocation. Data were analyzed using bivariate analysis with independent t-test and multivariate analysis with linear regression, with CI 95% and p< 0.05. Result;There was a mean difference in time of umbelical cord separation with topical breastmilk which was shorter (5.69 days) than with dry care (7.06 days), with coefficient value of -1.37 and p=0.000. Result of multivariate analysis showed that there was a significant relationship between umbilical cord care and umbilical cord separation with incidence of local infection, with coefficient value of -2.11 and R2 0.67(67 %). Conclusion;In time of umbilical cord separation in which treatment with topical breastmilk was shorter than that with dry care.   Keywords: topical breastmilk, dry care, time of umbilical cord separation
HUBUNGAN POLA MAKAN TERHADAP KEJADIAN BALITA USIA 1–3 TAHUN DENGAN BERAT BADAN DI BAWAH GARIS MERAH (BGM) DI DESA BENDOARUM KECAMATAN WONOSARI BONDOWOSO eni subiastutik
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 6, No 3 (2016): Agustus 2016
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.745 KB)

Abstract

Balita BGM yaitu berat badannya kurang menurut umur dengan melihat plot pada KMS berada pada garis merah atau dibawah garis merah. Salah satu faktor penyebabnya dipengaruhi pola makan. Di Puskesmas wonosari Tahun 2013 terdapat 76 kasus BGM, Tahun 2014 meningkat 83 balita. Berdasarkan studi pendahuluan pada 10 ibu balita BGM di dapatkan 6 (60%) orang mengatakan tidak mengetahui pola makan anaknya, dan tidak memberikan susu. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan terhadap kejadian balita BGM usia 1-3 tahun di Desa Bendoarum Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso. Desainnya adalah korelasi, pendekatan Cross Sectional. Populasinya ibu yang mempunyai balita usia 1 - 3 tahun sejumlah 27 orang, sampel 27 orang menggunakan tekhnik Total Sampling. Hasilnya, pola makan sesuai 8 (29,6%) dan tidak sesuai 19 (70,4%). Uji statistik Chi Square didapatkan χ2 hitung > χ2 tabel yaitu 4,481 > 3,841, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan pola makan terhadap kejadian Balita usia 1-3 tahun dengan BGM. Disimpulkan bahwa pola makan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi balita BGM. Apabila pola makan tidak sesuai, menimbulkan status gizi yang kurang. Sehingga untuk menurunkan kejadian BGM diharapkan puskesmas meningkatkan penyuluhan tentang gizi seimbang, khususnya gizi seimbang pada usia 1-3 tahun. Kata Kunci : Pola Makan, Balita BGM
HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DENGAN KEJADIAN ABORTUS eni subiastutik
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 7, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prevalensi ibu hamil risiko KEK di Indonesia sebesar 21,6% dari sampel total 8187 ibu hamil, di Jawa Timur sendiri terdapat 868 ibu hamil risiko KEK atau sebesar 27,5%. KEK pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran. Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan KEK dengan kejadian abortus. Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan retrospektif, jumlah sampel 27 diambil secara insidental sampling dan di dapat ibu abortus yang KEK sebanyak 75,00%. Hasil analisa data penelitian menggunakan uji Chi Kuadrat Satu Sample dengan taraf kesalahan 0,05 diperoleh nilai X2 hitung 5,000. Dengan demikian X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara kekurangan energi kronis (KEK) dengan kejadian abortus di RSD dr.Soebandi bulan Juni-Juli tahun 2013. KEK adalah kurangnya gizi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama, KEK menyebabkan pertumbuhan organ-organ kandungan tidak baik, salah satunya pertumbuhan endometrium yang mengakibatkan hasil konsepsi tidak dapat berimplantasi dengan baik yang selanjutnya akan berpengaruh selama berlangsungnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Upaya pencegahannya adalah dengan datang sedini mungkin ke nakes untuk memeriksakan status gizi dan mendapatkan pelayanan pengetahuan mengenai kebutuhan gizi yang seimbang. Kata kunci : Kekurangan Energi Kronis (KEK), Abortus
Pengaruh Ibu Bersalin Dengan Preeklamsia Terhadap Kejadian Resiko Tinggi Pada Bayi Baru Lahir Di RSD Dr. Soebandi Jember Tahun 2017 Eni Subiastutik; Syiska Atik Maryanti; Shofiyatul Hafiyah
Jurnal Kesehatan Vol 7 No 1 (2019): April
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-kes.v7i1.70

Abstract

Preeklamsia merupakan penyebab nomor dua angka kematian ibu di Indonesia yang mana akan menyebabkan kejadian resiko tingi pada bayi yaitu asfiksia, berat badan lahir rendah (BBLR), intrauterin growth retriction (IUGR), dan intrauterin fetal deat (IUFD) karena adanya spasmus arteriola sehingga menurunnya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan penurunan oksigenasi dan nutrisi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh ibu bersalin dengan preeklamsia terhadap kejadian resiko tinggi pada bayi baru lahir di RSD dr Soebandi tahun 2017. Desain penelitian analitik dinamika korelasi dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 105 responden menggunakan data sekunder  rekam medik RSD dr. Soebandi Jember bulan Januari – Desember 2017 dan dianalisa dengan chi-square, KK, dan korelasi lambda. Analisis penelitian didapatkan pada asfiksia dengan nilai sig 2 sided = 0,003 < α (0,05) dan KK 0,280 pada BBLR didapatkan sig 2 sided = 0,022 < α (0,05) dan KK 0,218 , sedangkan IUGR didapatkan nilai λ hitung sebesar 0,000 < 3,841, dan IUFD didapatkan nilai λ hitung sebesar 0,000 < 3,841. Kesimpulan terdapat hubungan dengan korelasi yang rendah atau lemah tapi pasti yaitu ibu bersalin dengan preeklamsia dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan asfiksia. Diharapkan  bagi bidan untuk melakukaan deteksi dini guna untuk menentukan adanya komplikasi pada ibu hamil sehingga dapat ditangani secara cepat.
LITERATURE REVIEW KONSUMSI TEH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA: A Literature Review: Tea Consumption with Anemia Incidence in Adolescents Helma Puspita Nursilaputri; Eni Subiastutik; Didien Ika Setyarini
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing) Vol. 8 No. 2 (2022): JIKep | Juni 2022
Publisher : LPPM STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.318 KB) | DOI: 10.33023/jikep.v8i2.1033

Abstract

Tannin merupakan salah satu kandungan dalam teh yang dapat menghambat absorbsi zat besi. Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja. Metode yang digunakan adalah literature review dengan menggunakan pendekatan Tradisional Revie. Artikel diambil 2 database yaitu PubMed dan Google Schoolar dari tahun 2016-2020. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian literatur : “Anemia in Adolescents and Tea Consumption”, “Iron Deficiency in Adolencens and Tea Consumption”, “Anemia pada Remaja dan Konsumsi Teh”. Hasil review dari 11 artikel yang ditemukan menunjukkan bahwa seluruh remaja mengonsumsi teh dan mengalami anemia. Hasil analisis dari sembilan artikel menunjukkan adanya hubungan konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja dan 3 artikel diantaranya menunjukkan remaja yang mengonsumsi teh 1-3 kali lebih berisiko mengalami anemia dibandingkan remaja yang tidak mengonsumsi teh. Remaja harus memperhatikan gaya hidup serta asupan nutrisi dalam makanannya, terutama makanan yang mengandung sumber zat besi yang tinggi dan menghindari makanan yang mengandung zat inhibitor zat besi yang salah satunya adalah teh.
Hubungan Riwayat Curettage dengan Kejadian Retensio Plasenta Prasiwi Rizky Alfitri; Gumiarti Gumiarti; Eni Subiastutik
ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 3 No 2 (2022): Februari
Publisher : Puslitbang Sinergis Asa Professional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37148/arteri.v3i2.211

Abstract

Retained placenta is the unborn placenta after 30 minutes of the childbirth. Factors that cause retained placenta include maternal age, parity, curettage history, history of cesarean section, history of endometritis, and placenta previa. According to WHO, retained placenta was the factor that contributed 15-20% of maternal mortality rate. In Indonesia, the incidence of retained placenta in 2015 was 40.3%. In East Java itself, the incidence was 53.7% in 2015. Furthermore, in the Hospital of Permata Bunda Malang City, the incidence was 30.7% in January 2018 alone. The aim of the study was to determine the relationship between curettage history and the incidence of retained placenta of birth mothers in the Hospital of Permata Bunda, Malang City. This study used a Correlation design with Cross- sectional approach. The population in this study were 95 mothers with a sample of 76 respondents who delivered the baby normally. The sampling technique implemented was the Simple Random Sampling. The method of data analysis was Chi-square analysis. Based on the result, it was found that 35 responden (46.1%) had a history of curettage, 39 respondents (51.3%) had retained placenta, and 26 respondents (34.2%) who had curettage history had retained placenta. The result of Chi-square analysis demonstrated p-value 0,001 (< α 0,05). Therefore, it can be concluded that there was a significant relationship between curettage history and the incidence of retained placenta.
Mobilisasi Dini Membantu Pengeluaran Lochea Pada Ibu 6 Jam Post Sectio Caesarea Dwi Sindy Safarinda; Riza Umami; Eni Subiastutik
Malang Journal of Midwifery (MAJORY) Vol 3 No 2 (2021): MAJORY
Publisher : Poltekkes Kemenkes Malang & IBI Ranting Pendidikan Kota Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31290/majory.v3i2.1616

Abstract

Early mobilization is very important for post-Section Caesarea patients to help the process of uterine involution and lochea removal. Most of the post-Section Caesarea mothers are afraid to do early mobilization because they are afraid to feel post-Section Caesarea pain. The purpose of this study was to determine the relationship between early mobilization and the amount of lochia expenditure in mothers 6 hours post-Section Caesarea at Baladhika Husada Hospital. The research design used is the correlation with cross-sectional approach. The population of this study was all post-Section Caesarea mothers at Baladhika Husada Hospital. The sampling technique used is accidental sampling which was carried out from December 2019 to January 2020 with a total of 53 samples. Analysis of the data used is the chi-square test. The results of this study showed that most of the 6-hour post-SC mothers did early mobilization (54.8%) and almost half of the mothers who did early mobilization had normal lochea discharge (35.8%). The results of the analysis showed that there was a relationship between early mobilization and the amount of lochia expenditure in mothers 6 hours post-Section Caesarea (p-value 0.036). Early mobilization increases blood circulation in the uterus so that the uterus can contract properly, clamping open blood vessels and the lochia can come out smoothly. Keywords: Sectio Caesarea, Early Mobilization, Lochea Expenses.