- Subiyanto
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Cahyaningsih, Tri; Berahim, Hamzah; Subiyanto, -
Jurnal Teknik Elektro Vol 1, No 2 (2009): Jurnal Teknik Elektro
Publisher : Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan untuk waktu yang terbatas. Teganganlebih petir merupakan tegangan lebih aperiodik yang disebabkan karena sebab luar (External Over Voltage).Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah arester jenis oksida logam (ZnO) dengantegangan dasar 20 KV tipe POLIM-D 20 N buatan perusahaan ABB Swiss dan arester dari bahan keramikdengan tegangan dasar 18 KV buatan USA.Hasil pengujian yang diperoleh memperlihatkan bahwa arester polimer lebih konsisten dalammelakukan pemotongan tegangan impuls petir dan pemotongan tegangan impuls petir pada arester polimercenderung lebih stabil, yaitu ditunjukkan dengan grafik yang linier. Sedangkan untuk arester keramik padaawalnya pemotongan yang dilakukan sangat kecil namun pada pengujian ketiga dan keempat menunjukkanhasil yang lebih baik.Kata kunci : Tegangan Lebih, Arester, Tegangan Impuls Petir.
ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Cahyaningsih, Tri; Berahim, Hamzah; Subiyanto, -
Jurnal Teknik Elektro Vol 1, No 2 (2009): Jurnal Teknik Elektro
Publisher : Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jte.v1i2.1592

Abstract

Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan untuk waktu yang terbatas. Teganganlebih petir merupakan tegangan lebih aperiodik yang disebabkan karena sebab luar (External Over Voltage).Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah arester jenis oksida logam (ZnO) dengantegangan dasar 20 KV tipe POLIM-D 20 N buatan perusahaan ABB Swiss dan arester dari bahan keramikdengan tegangan dasar 18 KV buatan USA.Hasil pengujian yang diperoleh memperlihatkan bahwa arester polimer lebih konsisten dalammelakukan pemotongan tegangan impuls petir dan pemotongan tegangan impuls petir pada arester polimercenderung lebih stabil, yaitu ditunjukkan dengan grafik yang linier. Sedangkan untuk arester keramik padaawalnya pemotongan yang dilakukan sangat kecil namun pada pengujian ketiga dan keempat menunjukkanhasil yang lebih baik.Kata kunci : Tegangan Lebih, Arester, Tegangan Impuls Petir.
DOMESTIKASI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) MELALUI OPTIMALISASI MEDIA DAN PAKAN Rahmawati, Yunita Asrofania; Anggoro, Sutrisno; Subiyanto, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.763 KB)

Abstract

Lobster air tawar menghadapi banyak hambatan dalam upaya peningkatan produksi lobster air tawar seperti tingkat pertumbuhan yang kurang optimal serta tingginya tingkat kematian pada fase pasca larva, salah satunya karena faktor salinitas. Domestikasi merupakan suatu cara pengadopsian hewan dalam suatu populasi yang hampir punah (terancam kelestariannya) dari kehidupan liar (habitat asli) ke dalam lingkungan budidaya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap pola osmoregulasi, pertumbuhan, dan efisiensi pakan. Pola osmoregulasi lobster air tawar pada perlakuan S3 (14 ppt) mengalami pola osmoregulasi  isosmotik, sedangkan S4 (21 ppt) mengalami pola osmoregulasi hiperosmotik. TKO terendah terdapat pada perlakuan S3 (14 ppt) sebesar 30,54±0,01 mOsml/l H20, sedangkan pada perlakuan S4 (21 ppt) memiliki TKO tertinggi yaitu sebesar 287,82±0,04 mOsml/l H20. Laju pertumbuhan mutlak terbaik pada perlakuan S3 (14 ppt) yaitu 3,51 gr dan efisiensi pakan pada perlakuan S3 (14 ppt) sebesar 20,04%.
JENIS TEKSTUR TANAH DAN BAHAN ORGANIK PADA HABITAT KERANG AIR TAWAR (FAMILI: UNIONIDAE) DI RAWA PENING Heriyani, Meliyana; Subiyanto, -; Suprapto, Djoko
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.193 KB)

Abstract

Rawa Pening merupakan danau air tawar di Jawa Tengah yang memiliki potensi sumberdaya perikanan beragam, diantaranya kerang air tawar. Kerang air tawar biasanya digunakan untuk makanan ternak dan dikonsumsi masyarakat. Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis kerang air tawar, jenis tekstur tanah dan kandungan bahan organik pada habitat kerang air tawar di perairan Rawa Pening. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni–Juli 2014. Metode penelitian menggunakan metode studi kasus, sementara data menggunakan analisis deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sistematis sampling. Lokasi penelitian di Tambak Rejo, Bejalen, Asinan dan Sumurup yang merupakan tempat nelayan mencari kerang air tawar. Pengambilan sampel substrat dasar menggunakan satu kuadran transek berukuran 1x1 metersecara acak dengan bantuan pralon sebagai modifikasi Ekman. Sampling dilakukan pada 4 lokasi dengan 6 stasiun pada masing-masing lokasi. Hasil penelitian didapat dua jenis kerang air tawar yaitu Anodonta sp. dan Unio sp. dengan jumlah 191 ekor dan 349 ekor. Tekstur tanah pada habitat kerang air tawar ini terdiri dari tiga fraksi yaitu pasir 0,98%, lempung 46,67% dan liat 52,81%. Fraksi substrat yang mendominasi adalah liat. Rerata kandungan bahan organik pada habitat kerang air tawar berkisar 12,59% - 19,50%. Rawa Pening is a freshwater lake located in the Central Java which has various fisheries resources, including freshwater clam. The clam is often used as animal feed and also consumed by local people. The purpose of this research were to determine the kind of freshwater clam, soil texture and organic matter content in the freshwater clam habitat in Rawa Pening. This research was conducted on June to July 2014. The method used in this research was case study, while data was analysed descriptively. Systematic sampling was used to collect samples. The locations selected were Tambak Rejo, Bejalen, Asinan and Sumurup, was an area where fishermen colecting the clam. Samples of substrate was collecting randomly by 1 x 1 m2 transect quadrants at each station and supported by a modified Ekman (pipe). Sampling was conducted at 4 locations and located each consist of six stations. The result shows that, two genus of freshwater clam were collected, they were Anodonta sp. and Unio sp. and the number of both clam were 191 and 349, respectively. The kind of soil texture at the freshwater clam habitat of Anodonta sp. and Unio sp. consists of three fractions, sand 0,98%, loam 46,67% and clay 52,81%. The substrated was dominated by clay. The average of the organic matter in the freshwater clam habitat of both clam was ranging from 12,59% to 19,50%.
PENGELOLAAN TAMBAK DAN MANGROVE DI AREA PERTAMBAKAN DI DESA MOROREJO, KECAMATAN KALIWUNGU, KABUPATEN KENDAL Kridalaksana, Aprilian; Subiyanto, -; Suryanto, Agung
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.22 KB)

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara luas tambak dengan jumlah mangrove pada area pertambakan, pengaruh luas tambak dan jumlah mangrove terhadap tingkat produksi tambak tradisional bandeng pada luasan tambak yang berbeda, pengaruh tingkat produksi terhadap tingkat pendapatan petani tambak, dan menentukan strategi pengelolaan yang tepat pada area pertambakan di Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dimana data dikumpulkan dari hasil observasi di lapangan dan wawancara menggunakan kuesioner terhadap 36 responden.Analisis data mengggunakan metode regresi dan korelasi Excel serta analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan luas tambak memiliki hubungan yang siginifikan dengan jumlah mangrove yang mengindikasikan bahwa semakin luas tambak, jumlah mangrove akan semakin banyak karena besarnya pengaruh mangrove terhadap tambak, perbandingan luas tambak dan jumlah mangrove memiliki hubungan dengan tingkat produksi yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi perbandingan luas tambak dan jumlah mangrove, maka tingkat produksi tambak akan semakin besar, maka semakin besar pula tingkat pendapatan petani tambak, serta strategi pengelolaan yang didapat adalah meningkatkan jumlah mangrove di tambak guna meningkatkan produksi dan pendapatan, memperkuat pematang dengan menanam mangrove dengan perbandingan yang sama dengan luas tambak guna menahan rob dan abrasi, petani tambak harus membuat kesepakatan dalam mengelola mangrove agar mangrove di area tambak tetap lestari, dan meningkatkan pengetahuan petani tambak mengenai tambak dan pengaruh mangrove terhadap produksi. The purpose of this research done to know correlation betweenfishpondarea and amount of mangrove, influence of fishpond areasand amount of mangrove in the fishpond areastoproduction levels milkfish on traditional fishpond at different fishpond areas, influence production level to income level of fishfarmers, and determine the appropriate management strategy at fishpondarea in Mororejo Village, Kaliwungu Sub-District, District of Kendal.The methods used in this research was descriptive method where data collected from observation in field and interview using quesioner to 36 respondents . Data analysis used regression and correlation methods and SWOT analysis.The results showed that fishpondareas had significant correlation to amount of mangrove that indicated greater fishpond areas, amount of mangrove are be more because of the big influence of the mangrove toward the fishpond, comparison fishpond areas and amount of mangrove had connections to production level that indicated the higher fishpond areas and amount of the mangrove, production levels of fishpondwould be greater, production levels had significant correlation to income level which indicated that the greater fishpond production level, income level of fishfarmers would be higher, and management strategy was improved amount of mangrove in fishpond area to increase production and income, strengthened embankment by planting mangrove same comparison to fishpond areas to arrest fishpond from high spring tide and abration, fishfarmers should make agreement in management to keep mangrove on fishpond areas, and improved fishfarmers knowledge about fishpond and influence of mangrove toward production
HUBUNGAN KERAPATAN RUMPUT LAUT Sargassum sp. DENGAN KELIMPAHAN EPIFAUNA DI PANTAI BARAKUDA PULAU KEMOJAN, KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JEPARA Ibrahim, Ahmad Mahdi; Subiyanto, -; Ruswahyuni, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.493 KB)

Abstract

Perairan Pantai Barakuda merupakan perairan yang terletak di Pulau Kemojan, Kepulauan Karimunjawa yang memiliki berbagai kekayaan alam hayati dan non hayati. Salah satu sumberdaya diantaranya adalah rumput laut Sargassum sp. yang tumbuh subur pada perairan tersebut. Tegakan rumput laut berfungsi sebagai penahan arus dan gelombang sehingga dapat memberikan perlindungan di bawah akar rumput yang mendukung bagi berbagai kehidupan organisme akuatik dan secara ekologi berfungsi sebagai perangkap sedimen dan pencegah abrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan epifauna pada ekosistem Sargassum sp. dan untuk mengetahui hubungan antara kerapatan dari Sargassum sp. dengan kelimpahan epifauna di Pantai Barakuda, Karimunjawa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey lapangan dan metode pengambilan sampel adalah sistematik sampling. Lokasi sampling terdiri dari line yang tegak lurus garis pantai dengan panjang 100 meter.  Hasil penelitian menunjukan kelimpahan epifauna terdapat 623 individu yang terdiri dari Gastropoda dan Bivalvia . Epifauna yang ditemukan lima spesies epifauna dari kelas Gastropoda yaitu Cerithium sp., Nassarius sp., Conus sp., Colubraria sp., Latirus sp. Terdapat Tiga spesies dari kelas bivalvia yaitu Donax sp. , Acanthocardia sp., Lioconcha sp. Kelimpahan epifauna secara nyata dipengaruhi oleh kerapatan rumput laut Sargassum sp. (Uji Regresi Linier sederhana P= 0,05). Dengan persamaan y = 20,731x + 1,8734 dimana y adalah kelimpahan epifauna dan x adalah kerapatan rumput laut Sargassum sp. Sedangkan, kelimpahan epifauna secara nyata tidak dipengaruhi oleh luasan penutupan daripada Sargassum sp. yang ditunjukan dengan grafik linier yang negatif dan menjauhi garis.  Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelimpahan epifauna ada hubungan dengan kerapatan rumput laut Sargassum sp. Barakuda Beach is located at Kemujan Island was part of Karimunjawa Islands which has various biotic and abiotic resources. One of those was Sargassum sp. seaweed that grow well and fertile in that coastal. The trunks of seaweed is function as a current and wave protection which be able to give protection among seweed roots for living kinds of aquatic organisms, and ecologically it function as a sediment trap and abration prohibition.  This research was aimed to know epifauna abundances on Sargassum sp. ecosystem and to knows the relationship between   of Density from Sargassum sp. by abundances of ephifauna in Barakuda Beach, Karimunjawa. This research was held on March and April 2013. The research method was field survey method and sample collection by systematic sampling method. Sampling location divide into 2 lines were one of line has long 50 meters. The research result showed that ephifauna abundances has 623 individu of eppifauna. There were found five species of ephifauna each as class Gastrophoda consist of Cerithium sp., Nassarius sp., Conus sp., Colubraria sp., Latirus sp. There were three species of ephifauna each as class Bivalvia consist of Donax sp. , Acanthocardia sp., Lioconcha sp . Ephifauna abundances significantly determained by Sargassum sp. density (Simple Linier Test, P= 0,05). The formula was y= 20,731x - 1,8734 which y is ephifauna abundances and x is Sargassum sp. seaweed density. Beside that, there weren’t a determained for ephifauna abundances by canopy of Sargassum sp. which showed by negatif linier graphic who long from main line of graphic. From the research result could be concluded that ephifauna abundances was significant relationship between of Density from Sargassum sp. seaweed density and ephifauna abundances.
STRUKTUR SEDIMEN DAN SEBARAN KERANG PISAU (Solen lamarckii) DI PANTAI KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT Umah, Khoerul; Subiyanto, -; Hartoko, Agus
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.715 KB)

Abstract

Struktur komunitas biota dipengaruhi oleh faktor ekologis seperti sedimen dasar perairan. Jenis sedimen digunakan sebagai indikasi untuk menentukan pola hidup, ketiadaan dan tipe organisme pada Gastropoda dan Bivalvia. Keragaman tekstur sedimen dasar perairan yang dimiliki Pantai Kejawanan mengakibatkan terjadinya pola distribusi biota yang hidup di pantai tersebut. Salah satu biota di pantai ini adalah kerang pisau.  Penelitian  ini menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan sampel secara random sampling. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh struktur sedimen terhadap sebaran kerang pisau di Pantai Kejawanan. Hasil penelitian menunjukan jenis sedimen yang ada di Pantai Kejawanan adalah jenis pasir berlumpur (medium sand) dengan persentase pasir antara 75,23 -  96,04 % dan lumpur antara 3,96 - 22,74 %. Sebaran kerang pisau di Pantai Kejawanan bersifat mengelompok dan hanya ditemukan pada jenis sedimen tertentu. Pada jenis sedimen pasir berlumpur dengan persentase kandungan pasir yang tinggi kepadatan kerang juga tinggi, sedangkan pada persentase kandungan pasir yang rendah kepadatannya rendah.
PERBANDINGAN NILAI HUE PADA BEBERAPA JENIS KARANG BERDASARKAN STATUS PENUTUPANNYA DI PULAU KARIMUNJAWA Larosa, Erick Setiawan; Purnomo, Pujiono Wahyu; Subiyanto, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.914 KB)

Abstract

Terumbu karang merupakan Ekosistem pantai yang produktif dan kaya akan keanekaragaman hayati. Karimunjawa merupakan suatu kepulauan dengan berbagai ekosistem seperti mangrove, lamun dan terumbu karang. Daerah tersebut merupakan kawasan konservasi, salah satunya adalah ekosistem terumbu karang. Untuk memantau kondisi terumbu karang, Selain menghitung penutupan karang, dapat juga dilakukan dengan menghitung nilai hue. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan nilai hue pada beberapa jenis karang berdasarkan status penutupannya dan mengetahui hubungan nilai hue antar kedalaman pada berberapa jenis karang. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 di pulau Karimunjawa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan deskriptif analitis sebagai desain penelitiannya. Desain ini bertujuan untuk mendeskripsikan penutupan karang dengan nilai hue beserta perameter kualitas air pada dua kedalaman berbeda di tiga stasiun (Nyamplungan, Batu Topeng dan Tanjung Gelam). Analisis perbedaan nilai hue menggunakan uji varian dan uji beda nyata terkecil. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai hue pada beberapa jenis karang menunjukkan adanya perbedaan. Dimana nilai hue dari Porites lobata sebesar 39 0 - 44 0, Acropora formosa sebesar 53 0 - 68 0 dan Acropora palifera sebesar 40 0 - 57 0. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan  warna pada setiap jenis  karang. Selain itu, nilai hue dari beberapa jenis karang di kedalaman berbeda juga menunjukan adanya perbedaan. Dimana nilai hue porites lobata pada kedalaman pertama di  stasiun I sebesar 39,6 0, stasiun II sebesar 47,2 0 dan sebesar III sebesar 35,8 0, sedangkan pada kedalaman kedua di stasiun I sebesar 41,6 0, stasiun II sebesar 530 dan stasiun III sebesar 55 0. Perbedaan tersebut dikarenakan nilai TSS yang lebih tinggi di kedalaman kedua dibandingkan dengan kedalaman pertama. Nilai hue pada beberapa jenis karang tidak memiliki hubungan dengan nilai penutupan karang. Nilai hue cenderung lebih tinggi pada kedalaman kedua dibandingkan pada kedalaman pertama. Coral reefs are the ecosystem of shore that are productive and rich of biodiversity. Karimunjawa is an archipelago with having various ecosystem such as mangrove, sea grass and coral reefs. That area is a conserved area, one of them is the ecosystem of coral reefs. To monitoring the condition of coral reefs, beside counting the coral cover, it can be also done by counting hue value. The purpose of this research was to compare hue value of some coral species by covers status, and to determine the relationship of hue value with depth at some coral species. This research conducted in November 2014 at the island of Karimunjawa. The method used in this research was purposive sampling with descriptive analitycal as research design. This design purposed to describe coral covers with the hue value along with the parameters of water quality at two different depths of three stations (Nyamplungan, Batu Topeng and Tanjung Gelam). Analysis for differences of hue values used variant test and least significant difference test. The research result showed that there were significan defferent of hue value among coral reef species. Where hue value of Porites lobata at 39 0 - 44 0, Acropora formosa at 53 0 - 68 0 and Acropora palifera at 40 0 - 57 0. It was caused by defference of color in every coral species. Moreover, hue value of some coral species at defferent depth also showed that there is a defference, where hue value of Porites lobata in the first depth at station I at 39,6 0, station II at 47,2 0 and station III at 35,8 0, whereas in the second depth at station I at 41,6 0, station II at 530 and station III at 55 0. It was caused by TSS value which is higher in the first depth than the second depth. Hue values of some coral species did not have the relationship with coral cover. Hue value at second depth was higher than first depth.
HUBUNGAN JALUR MIGRASI PENYU LEKANG (Lepidochelys olivacea) TERHADAP TINGGI MUKA LAUT, SUHU PERMUKAAN LAUT, KLOROFIL-a di PERAIRAN INDONESIA Manurung, Monica Evi Suanty; Hartoko, Agus; Subiyanto, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1544.381 KB)

Abstract

Penyu adalah satwa yang terancam kepunahannya. Transmitter dalam pemantauan penyu dapat memberikan data jelajah penyu yang akurat beserta parameter oseanografinya. Metode penelitian ini menggunakan metode deskripsi. Tahapan penelitian meliputi pengambilan data dari satelit NOAA (tinggi muka laut, suhu permukaan laut dan klorofil-a) dan data titik koordinat penyu. Data kemudian diolah dengan menggunakan Er Mapper 7.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyu lekang yang telah di pasang transmitter terpantau jalur migrasinya dari Selat Bali, Gilimanuk, Bali Utara,/Situbondo, Selat Madura, Madura Utara dan Selat Makassar. Distribusi tinggi muka laut berdasarkan titik koordinat penyu selama lima bulan (Juni, Juli, Agustus, November dan Desember) 2009 pada 7 lokasi yang berbeda yaitu dengan nilai minimum 44 cm dan maksimum 79 cm, sedangkan distribusi suhu permukan laut dengan nilai minimum 260C dan maksimum 300C, dan untuk distribusi klorofil-a dengan nilai minimum 0.219 mg/m3 dan nilai maksimum 2.77 mg/m3. Korelasi/keeratan hubungan posisi penyu terhadap tinggi muka laut, dengan nilai (r) yaitu 0.873 mempunyai interpretasi atau hubungan yang tinggi. Nilai (r) suhu permukaan laut yaitu 0.78 menunjukkan bahwa interpretasi sedang, dan untuk klorofil-a didapatkan nilai (r) yaitu 0.69, nilai ini menunjukkan bahwa interpretasi sedang.
KELIMPAHAN NUDIBRANCHIA PADA KARANG BERCABANG DAN KARANG BATU DI PANTAI PANCURAN BELAKANG PULAU KARIMUNJAWA JEPARA Kusuma, Rizky Chandra; Ruswahyuni, -; Subiyanto, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.153 KB)

Abstract

Nudibranchia adalah salah satu Moluska tidak bercangkang yang seringkali berwarna terang dan mencolok. Nudibranchia memanfaatkan karang sebagai feeding ground dan spawning ground, tanpa mengganggu kehidupan karang. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kelimpahan dan perbedaan Nudibranchia yang terdapat pada daerah karang bercabang dan karang batu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di Pantai Pancuran Belakang, Pulau Karimunjawa. Metode yang digunakan dalam pengambilan data menggunakan metode line transek sepanjang 50 meter sejajar garis pantai dan kuadran transek dengan ukuran 2 x 2 meter. Hasil penelitian didapatkan Penutupan substrat perairan dimasing-masing lokasi paling banyak tertutupi oleh karang hidup yaitu pada daerah karang bercabang 64,48% dengan jumlah Nudibranchia sebanyak 38 ind/300m2. Pada daerah karang batu sebesar 75,87% dengan jumlah Nudibranchia 50 ind/300m2. Terdapat 5 jenis Nudibranchia di lokasi penelitian yaitu Chromodoris lineolata, Phyllidia varicosa, Phyllidiella nigra, Thuridilla lineolata dan Thuridilla sp. Pada Uji Independent T-Test, rata-rata kelimpahan Nudibranchia pada karang bercabang dan batu adalah sama. Hal ini membuktikan bahwa kelimpahan Nudibranchia sangat dipengaruhi oleh adanya terumbu karang dan tidak berbeda antara karang bercabang (branching) dan karang batu (massive).