Lia Rosida
Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

TOURISM PRACTITIONERS’ CAPABILITIES IN COPING WITH HOUSEHOLD ECONOMIC CRISIS POST LOMBOK EARTHQUAKE, AUGUST 5, 2018, ANALYZED THROUGH SOCIO-ECONOMIC FACTORS Lia Rosida; Mohamad Jumail
MEDIA BINA ILMIAH Vol 13, No 7: Februari 2019
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.119 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v13i7.214

Abstract

Earthquake is one of natural-induced crisis which could cause catastrophes, destructions and loss towards tourism industry and its practitioners. In fact, Lombok earthquake with 7.0 SR (Scala Richter) on August 5, 2018 triggered a huge loss for the inhabitants of North Lombok Regency.  As tourism as one of main economic sectors in this region, this catastrophe was inevitably experienced by the people earning the living in the tourism sector.  The disaster resulted in the fatalities of hundreds of people and destructions of thousands of the buildings lead to the significantly decreasing number of visitors visiting the tourism destinations in this region. Consequently, this automatically resulted in the decline in the income of tourism industries forcing them to manage the financial condition during the crisis by firing non-permanent workers and cutting the working hours as well as the wages of permanent workers.  As part of affected people, the local inhabitants working in the tourism industry with the salary cut off need to find the shortcut and the way out to cope with the economic crisis within their household sphere in order to meet their families’ daily needs.  This qualitative research reveals that socio-economic backgrounds of the informants closely influence their ability to cope with the crisis.
STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA PERKOTAAN (URBAN TOURISM) KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Rizal Kurniansah; Lia Rosida
MEDIA BINA ILMIAH Vol 14, No 2: September 2019
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.819 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v14i2.304

Abstract

Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kota Mataram tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan di Kota Mataram ada di urutan ketiga setelah Lombok utara dan Lombok barat yaitu dengan jumlah wisatawan yang mengunjungi Kota Mataram yaitu 619.705 orang. Berdasarkan data tersebut, jumlah kunjungan wisatawan di Kota Mataram masih belum maksimal dibandingkan dua Kabupaten lainnya. Disisi lain kota Mataram memiliki potensi yang sangat luar biasa. mengemukakan bahwa pariwisata perkotaan di Asia Tenggara termaksud Indonesia meningkat signifikan dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 69,6 juta orang pada tahun 2010, dibadingkan tahun 2000 hanya berjumlah 36,1 juta orang. Aktivitas pariwisata perkotaan ini memberikan kontribusi sebesar 4,6 % pada pendapatan Negara-negara di ASEAN. Melihat perkembangan pariwisata perkotaan tersebut, perlu adanya suatu strategi yang baik untuk mengembangkan potensi daya tarik wisata perkotaan yang ada di kota mataram. Artikel ini merupakan penelitian kualitatif yang fokus pada pengembangan pariwisata perkotaan Kota Mataram. Metode dan teknik pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Informan tersebut terdiri dari pihak pemerintah, tokoh masyarakat, pelaku usaha wisata, dan masyarakat lokal yang terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata, wisatawan mancanegara dan domestik. Metode dan teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan analisis SWOT. Potensi pariwisata perkotaan (urban tourism) sebagai daya tarik wisata kota mataram sudah lengkap antara lain: kantor gubernur nusa tenggara barat, taman sangkareang, taman udayana, taman selagalas, taman mayura, monumen bahari mataram, monumen bumi gora, museum negeri nusa tenggara barat, kawasan wisata kuliner, masjid raya hubbul wathan islamic centre, pura meru, makam bintaro, makam van ham, makam loang baloq, Pusat Perbelanjaan dan Hiburan, Kawasan Kota Tua, Kawasan Wisata Pantai Kawasan Wisata Kerajinan TanganPartisipasi stakeholders dalam pengembangan pariwisata perkotaan Kota Mataram yaitu partisipasi pemerintah dengan melakukan perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan. Partisipasi masyarakat dalam mendukung keberadaan daya tarik wisata perkotaan Kota Mataram belum terlalu maskimal dan merata di seluruh daya tarik wisata di seluruh Kota Mataram. Masyarakat belum sepenuhnya terlibat dalam melakukan perencanaan, pengembangan dan pengawasan karena masih terbatasnya pengalaman dan keahlian khususnya dalam bidang pariwisata. Partisipasi pelaku usaha wisata yaitu pengembangan daya tarik wisata perkotaan Kota Mataram khususnya dalam melakukan promosi atau memasarkan potensi daya tarik wisata dan membangun akomodasi yang dibutuhkan oleh pengunjung/wisatawan. Strategi Pengembangan pariwisata perkotaan Kota Mataram dianalisis dengan pendekatan analisis SWOT, menghasilkan strategi-strategi sebagai berikut: Strategi SO (Strength Opportunities) yaitu pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan, Memanfaatkan Kemajuan Teknologi Dalam Memasarkan Pariwisata Perkotaan, dan Membuat Peraturan Daerah Dalam Menetapkan Event-Event Pariwsiata. Strategi WO (Weakness Opportunities) yaitu: Pengembangan Sarana Pendukung di Setiap Daya Tarik Wisata Perkotaan Kota Mataram, strategi Mengembangkan Aksesibilitas yang dapat memberikan kenyamanan terhadap wisatawan, Promosi Destinasi Pariwisata Bekerjasama dengan Stakeholders yang difasililtasi oleh pemerintah Kota Mataram (Dinas Pariwisata), Memaksimalkan Anggaran Pengembangan Pariwisata Perkotaan melalui Kerjasama antar stakeholders. Strategi ST (Strength Threath) yaitu: Strategi Membuat aturan /perda khusus tentang pengembangan pariwisata perkotaan Kota Mataram. Strategi WT (Weakness Threath) yaitu: Strategi Melakukan Penyuluhan kepada Masyarakat Setempat, strategi Pengembangan SDM dalam bidang pariwisata melalui pelatihan atau lembaga pendidikan, strategi Peningkatan Pengawasan terhadap Kegiatan Wisata demi keamanan dan kenyamana wisatawan.
RURAL AND URBAN POVERTY IN DEVELOPING COUNTRIES Lia Rosida
MEDIA BINA ILMIAH Vol 13, No 1: AGUSTUS 2018
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.604 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v13i1.144

Abstract

As poverty has been regarded as multifaceted involving financial and non-financial dimensions, defining poverty appears to be demanding especially when it is related to impoverishment in specific areas with particular characteristics. Consequently, in order to enable mitigation of poverty to obtain right solutions for the right situations in the right places, several factors of poverty need to be investigated through its classification into rural or urban poverty issues. Thus, this study aims at finding out urban and rural poverty issues regarding their several distinct features and similarities through literature study approach. Our finding reveals that rural poverty is considered much more extensive than urban poverty especially as it is related to difficulties in the infrastructural access/ basic service limitations to run the economic activities. However, although urban poverty is less extensive, the complexity seems to be higher than rural poverty due to unhealthy life conditions in addition to basic service shortages.
ALTERNATIF PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA LOMBOK-SUMBAWA Muh. Jumail; lia Rosida
MEDIA BINA ILMIAH Vol 13, No 7: Februari 2019
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.315 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v13i7.215

Abstract

proses perencanaan merupakan tindakan untuk menentukan masa depan, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Dari ketersediaan sumber daya, khususnya Pulau Sumbawa sesungguhnya memiliki beragam potensi dan atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai modal pengembangan kawasan baik dari aspek aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan pendukung lainnya. Dilihat dari brand name-nya maka nama Lombok-Sumbawa adalah icon pariwisata NTB. Dua nama yang selalu dipadukan sebagai citra daerah (county image). Idealnya, ketika dua nama selalu bersandingan maka pengembangan pariwisata di kedua pulau tersebut semestinya berkembang secara merata. makalah ini adalah menciptakan sebuah model pengembangan kawasan terpadu melalui pendekatan difusi dengan mendasarkan pada ketersediaan sumber daya yang ada. Namun demikian, permasalahan pengembangan kawasan pariwisata Lombok-Sumbawa tidak terbatas pada aspek-aspek: proses perencanaan; unsur dan syarat perencanaan terpadu; dan model ideal perencanaan terpadu pengembangan kawasan pariwisata Lombok-Sumbawa. Proses perencanaan dan pengembangan pariwisata dapat dimulai dengan melibatkan semua stakeholder tanpa kecuali dalam menetapkan tujuan dan sasaran, mengidentifikasi sistem pariwisata (sumberdaya, organisasi, dan pemasaran), membuat alternative rencana, mengevaluasi alternative, memilih dan mengimplementasikan alternative, pemantauan dan evaluasi. Mempertimbangkan komponen atau unsur dan persyaratan perencanaan pengembangan pariwisata terpadu. Model pengembangan kawasan terpadu pariwisata Pulau Sumbawa yang ditawarkan adalah: Model konektifitas antardestinasi, Model atraski kawasan pariwisata terpadu, Model amenitas kawasan pariwisata terpadu, Model manajemen dan marketing organization (DMMO).
PERAN PEREMPUAN DALAM MENGANGKAT CITRA KULINER LOKAL DI KAWASAN WISATA NARMADA I Wayan Suteja; Rizal Kurniansah; Lia Rosida; Distiya Ashari; Anggi Prasetyo
Jurnal Ilmiah Hospitality Vol 9 No 1: Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.47 KB) | DOI: 10.47492/jih.v9i1.27

Abstract

Peran perempuan dalam eksistensi wisata kuliner di Kawasan Wisata Narmada memang tidak pernah dapat dikesampingkan. Berkembangnya pariwisata dan didukung oleh usaha-usaha kuliner lokal akan mendorong terangkatnya citra kawasan ini sebagai salah satu tujuan wisata kuliner yang saat ini sangat terkenal dengan menu sate bulayaknya. Melalui ptulisan ini dibahas tentang tentang peran perempuan dalam mengangkat citra kuliner lokal di Kawasan Wisata Narmada. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kawasan Wisata Narmada merupakan kawasan strategis pengembangan wisata kuliner. Sejak lama kawasan ini telah menjadi salah satu pusat kuliner lokal khususnya sate bulayak dan turut berkembang sebagai pendukung pariwisata di Kawasan Taman Narmada. Sebagian besar pelaku wisata kuliner ini adalah kaum perempuan hebat yang tidak hanya berperan untuk mencari nafkah tetapi juga beperan ganda dalam kegiatan sosial bermasyarakat. Terdapat tiga alasan perempuan terjun pada usaha kuliner yaitu karena kebutuhan hidup, yang ke dua karena keterbatasan skill dan memasak adalah skill yang mereka kuasai, dan ketiga adalah peluang yang besar ada pada bisnis kuliner. Walaupun demikian bentuk partisipasi mereka ini bersifat spontaneous atau tanpa ada paksaan
PARTNERSHIP COLLABORATION DALAM PENGELOLAAN DESA WISATA EKOLOGIS DI KAWASAN GEOPARK KOTARAJA KABUPATEN LOMBOK TIMUR I Wayan Suteja; Sri Wahyuningsih; Lia Rosida; I Ketut Purwata; Ni Luh Sueni W; Billy Jafanca M
Jurnal Ilmiah Hospitality Vol 10 No 1: Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47492/jih.v10i1.663

Abstract

Kolaborasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan kepariwisataan di Pulau Lombok terutama Kabupaten Lombok Timur masih perlu untuk ditingkatkan. Seperti Desa Tete Batu, Kembang Kuning dan Jeruk Manis yang berada pada kawasan geografis yang sama sangat membutuhkan program bersama yang dapat mendukung perkembangan masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan partnership managenent model sehingga terbangun pengelolaan pariwisata yang kuat. Untuk mengkaji penyelenggaraan desa wisata ekologi di Kawasan Geopark Kotaraja digunakan teori tourism partnership managenent dan konsep desa wisata ekologis. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan proses pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara dengan tahapan analisis yaitu pemilahan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan pariwisata di tiga desa ini dilaksanakan oleh masyarakat melalui kelompok sadar wisata. Selain itu, sebagai kawasan geosite Rinjani pengawasannya berada di bawah naungan pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Belum banyak kerjasama dan kolaborasi formal yang dilakukan oleh ketiga desa tersebut walapun ketiganya memanfaatkan sumberdaya terutama dayabtarik secara bersama-sama. Sehingga kedepannya akan dilaksanakan program kolaborasi oleh ketiga pengelola. Adapun tahapan yang akan dilaksanakan yaitu dimulai dari pertemuan dan musyawarah antar perwakilan kelompok pengelola untuk membahas program-program yang dapat dilaksanakan bersama, menentukan program kerja yang dapat disusun berdasarkan skala prioritas dalam bentuk rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tahap berikutnya adalah pelaksanaan dari setiap program kerja dan juga memastikan tercapainya target-target yang disusun bersama-sama, pelaksanaan kontrol dan terakhir evaluasi terhapat capaian dari hasil kerjasama dan kolaborasi yang telah dilakukan. Dengan kegiatan ini kolaborasi dan kerjasama akan dapat terwujud dan menghasilkan sinergi pengelolaan pariwisata yang kuat.
STRATEGI PEMULIHAN PARIWISATA PANTAI NIPAH, NUSA TENGGARA BARAT MELALUI PARTICIPATORY ACTION RESEARCH (PAR) Lia Rosida; Ni Putu Ade Resmayani; Syech Idrus; Lalu Yulendra; Johairi Johairi
MEDIA BINA ILMIAH Vol 15, No 5: Desember 2020
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33758/mbi.v15i5.850

Abstract

Strategi pemulihan krisis pariwisata paska gempa Lombok 2018 penting untuk dirancang bersama-sama dengan masyarakat lokal sebagai stakeholder utama dalam pariwisata. Guna memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat lokal, penelitian dengan pendekatan PAR (Participatory Action Research) dilakukan dalam merencanakan strategi pemulihan pariwisata paska gempa di Pantai Nipah, Desa Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pemulihan pariwisata pedesaan di Pantai Nipah dengan menggali tiga hal penting yaitu permasalahan, tujuan dan pemilihan strategi pemulihan dengan menggunakan tools yang diadopsi dari PRA (Participatory Rural Appraisal). Penelitian ini melibatkan masyarakat secara aktif dengan penentuan informan melalui teknik purposive sampling. Sampel penelitian ini terdiri atas, kelompok pariwisata, pemimpin adat, pemerintah setempat, perempuan, dan pemuda. Penelitian ini menemukan strategi pemulihan berdasarkan permasalahan yang dialami masyarakat serta mengungkapkan bahwa PAR dengan mengadopsi PRA tools merupakan pendekatan penelitian yang dapat digunakan untuk memberikan ruang kepada masyarakat setempat dalam menyampaikan pendapat dan memberikan data yang lebih akurat berdasarkan keadaan riil masyarakat.
DOMESTIC MARKET DEMAND IDENTIFICATION FOR SUSTAINABLE BAMBOO ECOTOURISM PRODUCT DEVELOPMENT STRATEGY IN SEMBALUN LAWANG Lia Rosida; Syech Idrus; Sri Wahyuningsih; Lalu Yulendra; Si Luh Putu Damayanti; Distiya Azhari; Yusuf Martadinata
International Journal of Geotourism Science and Development Vol. 1 No. 1 (2021): June 2021
Publisher : Badan Pelaksana Rinjani-geopark Rinjani Lombok

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.637 KB) | DOI: 10.58856/ijgsd.v1i1.4

Abstract

Despite its applaudable economic benefits (Fleischer & Felsenstein 2000, Goodwin 2008), over-tourism could cause detrimental effects on environment and local cultures. Ecotourism as one of the fastest growing industries in the world (UNWTO, 2001; Self et al, 2010) that balances between economic opportunity as well as cultural and natural preservation should be pervasively applied in Indonesia with abundant natural and cultural competitiveness as the third largest biodiversity in the world after Brazil and Zaire (Janita, 2012). Previous studies revealed the needs to conduct research on responsible marketing and very limited studies investigate responsible product development for bamboo ecotourism concept. Hence, this quantitative study with 64 respondents (18-53 y-o) aims at examining Indonesian domestic market needs and trends as a basis to design responsible bamboo ecotourism products as a part of responsible marketing efforts in Sembalun Lawang, Lombok, Indonesia. This study was carried out through online questionnaire by attaching short-video and description about Sembalun Lawang bamboo forest attractions for ecotourism. The research result shows that 92% of respondents found the bamboo forest is attractive and suitable for ecotourism concept. Among 18 potential activities, the study shows top five desired bamboo ecotourism activities encompassing; picture taking at natural spots, nature walk, learning about local culture on bamboo usage, learning about types and benefits of bamboo plants, and enjoying surrounding fauna and flora. Since the study is confined to Indonesian domestic market research, further research should be carried out to examine international market research trend for responsible bamboo ecotourism development.
PENERAPAN MANAJEMEN KRISIS PADA HOTEL THE OBEROI LOMBOK DI MASA PANDEMI COVID-19 Adi Irianto; M Jumail; Lia Rosida
Journal Of Responsible Tourism Vol 1 No 2: Nopember 2021
Publisher : Program Studi S1 Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.301 KB) | DOI: 10.47492/jrt.v1i1.1000

Abstract

Krisis akibat pandemi covid-19 adalah salah satu bencana non alam yang dapat menyebabkan bencana, kerugian dan kehancuran terhadap industri pariwisata terutama industri perhotelan. Penelitian ini dilakukan di Hotel the Oberoi Lombok di Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara yang bertujuan untuk mengetahui penerpan manajemena krisis di masa pandemi covid-19. Teknik pengumpulan data antara lain wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif Kualitatif. Berdasarkan hasil penemuan dan analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan manajemen krisis sangat penting. Penting yang dimaksud disini adalah penting bagi pihak manjemen untuk mengelola krisis dengan tujuan agar bisa keluar dari krisis dan mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan.
STRATEGI PEGAWAI DI INDUSTRI PERHOTELAN BERBINTANG GILI TRAWANGAN DALAM PENANGANAN KRISIS SOSIAL EKONOMI SELAMA PANDEMI COVID-19 Mita Astari; I Wayan Nuada; Lia Rosida; Erry Supriyadi
Journal Of Responsible Tourism Vol 1 No 2: Nopember 2021
Publisher : Program Studi S1 Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.277 KB) | DOI: 10.47492/jrt.v1i1.1001

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Gili Trawangan Kabupaten Lombok Utara yang bertujuan untuk mengetahui strategi pegawai hotel di Gili Trawangan dalam menghadapi permasalahan ekonomi yang disebabkan oleh krisis Covid-19. Penelitian ini bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data antara lain wawancara mendalam dan studi kepustakaan sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT. Berdasarkan hasil peneliti lakukan bahwa strategi yang dapat diterapkan oleh pegawai hotel di Gili Trawangan untuk menghadapi permasalahan ekonomi yang disebabkan oleh krisis Covid-19 antara lain; 1) Mengikuti pelatihan e-commerce, yaitu mengikuti pelatihan cara berdagang secara virtual dan lebih praktis. 2) Strategi aktif, yaitu berkeliling (mencari lokasi lain). 3) Strategi pasif, yaitu pegawai hotel maupun pedagang berpandai-pandai dalam pengeluaran, berhemat atau mengatur pengeluaran rumah tangganya. 4) Strategi jaringan, yaitu meminjam uang kepada tetangga, mengutang ke warung atau toko, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya. 5) Memanfaatkan bantuan dari pemerintah, yaitu Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah.