Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Identifikasi Kawasan Slum Area di Kota Malang Fifi Damayanti; Pamela Dinar Rahma
Rekayasa: Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 2 (2018): REKAYASA JURNAL TEKNIK SIPIL
Publisher : Universitas Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53712/rjrs.v3i2.556

Abstract

Perumahan dan permukiman adalah bagian dari kehidupan komunitas dan secara keseluruhan bagian darilingkungan sosial. Baik secara langsung maupun tidak langsung akan selalu terjadi hubungan timbal balik baik antarapenghuni dan huniannya yang juga tidak lepas dari konsep hubungan antara manusia dengan lingkungannya.Permukiman umumnya terbentuk dalam dan pada suatu kawasan yang merupakan hasil antara interaksi manusia denganlingkungan alam ataupun sosialnya. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian yangbersifat deskriptif kualitatif yaitu pada saat untuk mengidentifikasi kawasan dan area slum area yang berada di kotaMalang. Observasi populasi dilakukan pada 5 kecamatan, sampel yang dipakai sebanyak 7 kelurahan. PurposiveSampling adalah Metode dalam dipakai dalam menentukan sampel. Dari total sebanyak 57 kelurahan ditemukan 29kelurahan dikategorikan kawasan permukiman kumuh. Kawasan kumuh di kota Malang diidentifikasi paling banyakterdapat pada daerah kecamatan Lowokwaru.
KAJIAN PERUBAHAN TINGKAT KEKUMUHAN KAMPUNG TUMENGGUNGAN LEDOK SEBELUM dan SESUDAH BERUBAH MENJADI KAMPUNG WISATA TRIDI Fifi Damayanti; Handika Setya Wijaya
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 3 No 02 (2019): PAWON : Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.127 KB) | DOI: 10.36040/pawon.v3i02.880

Abstract

Salah satu permukiman kumuh yang ada di kota Malang adalah kampung Tumenggungan Ledok, di RW 12, Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing. Kampung ini telah menjadi sebuah kampung wisata sejak tahun 2016 dengan nama Kampung 3D (Kampung Tridi). Dengan adanya kampung wisata tersebut, masyarakat telah berupaya untuk meningkatkan kualitas kampung dengan cara melakukan perbaikan drainase, jalan kampung serta melakukan pengolahan sampah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan kampung Tumenggungan Ledok menjadi kampung wisata 3D terhadap tingkat kekumuhan kampung tersebut. Penelitian mengenai slum area ini menggunakan metode kuantitatif dengan membandingkan tingkat kekumuhan kampung sebelum dan sesudah adanya Kampung Tridi. Berdasarkan hasil observasi dan analisis menunjukkan bahwa meski terjadi penurunan nilai kekumuhan kampung dari 580 menjadi 510, tapi tidak terjadi perubahan tingkat kekumuhan kampung. Tingkat kekumuhan kampung Tumenggungan Ledok tetap berada di tingkat kawasan kumuh sedang. Sehingga dapat diartikan bahwa adanya perubahan kampung menjadi kampung wisata tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kekumuhan kampung tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya pembenahan di Kampung 3D dengan melihat faktor-faktor penyebab kekumuhan kampung. Selain itu penilaian tingkat kekumuhan perlu dilakukan secara berkala sebagai evaluasi dari setiap solusi yang dilakukan.
Identifikasi Komparasi Tipologi Rumah Berdasarkan Stratifikasi Sosial Warga Polaman, Kalirejo-Lawang Fifi Damayanti; Diana Ningrum
Prosiding SENTIKUIN (Seminar Nasional Teknologi Industri, Lingkungan dan Infrastruktur) Vol 5 (2022): PROSIDING SENTIKUIN
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Perwujudan kebudayaan dapat berupa tingkah laku, alat hidup, bahasa, agama, kesenian, organisasi sosial, dan lain-lain, yang dihasilkan untuk membantu orang dalam kehidupan sosial. Desa Polaman merupakan salah satu kawasan budaya Kalirejo-Lawang, berada di daerah pegunungan yang subur serta memiliki banyak situs budaya, seni dan sejarah. Situs-situs ini mayoritas terkait dengan kelestarian alam. Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan identifikasi komparasi tipologi rumah berdasarkan stratifikasi sosial yang ditinjau dari tingkat kekuasaan, kehormatan, ditinjau dari kekayaan. Metode penelitian yang digunakan untuk melakukan identifikasi komparasi tersebut adalah metode penelitian kualitatif yakni fenomenologi. Data identifikasi pada penelitian didapatkan dalam dua keknik pengumpulan data, yakni Observasi atau pengamatan serta wawancara mendalam atau depth interview terhadap responden yaitu warga, tokoh masyarakat, dan aparat desa Polaman. Dari hasil pengumpulan data secara kualitatif tersebut memperlihatkan bahwa tetua/sesepuh desa berada pada puncak kedudukan Hasil penelitian secara kualitatif menunjukkan bahwa ditinjau dari aspek kehormatan sesepuh desa berada pada puncak/kedudukan tertinggi. Hal ini terlihat dalam semua kegiatan dan ritual budaya di desa Polaman, warga memberikan penghormatannya pada sesepuh desa. Tetua desa biasanya memainkan peran penting dalam setiap ritual budaya. Sedangkan ditinjau dari segi tipologi hunian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kehormatan tidak serta merta memberikan perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti bahwa tipologi hunian yang dimiliki perangkat desa, sesepuh desa tidak jauh berbeda dengan tipologi hunian warga biasa. Perbedaan pada tipologi hunian hanya terlihat dalam material digunakan untuk pintu dan jendela, bahan atap dan dekorasi. Sedangkan ditinjau dari dimensi kekayaannya, masyarakat Polaman merupakan kelompok masyarakat yang homogeny, yakni kelompok masyarakat yang perbedaan tingkat kekayaannya tidak menonjol. Selain itu jenis profesi yang digeluti warga berpengaruh kecil terhadap tipologi rumah. Abstract The embodiment of culture can be in the form of behavior, tools of life, language, religion, art, social organization, etc., which are produced to help people in social life. Polaman Village is one of the cultural areas of Kalirejo-Lawang, located in a fertile mountainous area and has many cultural, artistic, and historical sites. These sites are mostly related to nature conservation. This study was conducted with the aim of identifying comparative typologies of houses based on social stratification in terms of the level of power, honor, in terms of wealth. The research method used to identify these comparisons is qualitative, namely phenomenology. Identification data in this study were obtained through two data collection techniques, namely observation and in-depth interviews with respondents, namely residents, community leaders, and Polaman village officials. The results of qualitative data collection show that village elders/elders are at the top of the position. Qualitative research results show that from the aspect of honor, village elders are at the top/highest position. This can be seen in all cultural activities and rituals in Polaman village, residents pay their respects to the village elders. Village elders usually play an essential role in every cultural ritual. Meanwhile, in terms of occupancy typology, it can be concluded that the level of honor does not necessarily provide a significant difference. This means that the typology of housing owned by village officials, and village elders, is not much different from the housing typology of ordinary residents. Differences in residential typology are only seen in the materials used for doors and windows, roofing materials, and decorations. Meanwhile, in terms of the dimensions of wealth, the Polaman people are a homogeneous group of people, namely groups of people whose differences in the level of wealth are not prominent. In addition, the type of profession that residents are involved in has little effect on the typology of the house. Keyword: identify; typological comparisons; social stratification