Claim Missing Document
Check
Articles

Kestabilan Inokulan Azotobacter selama Penyimpanan pada Dua Suhu Hindersah, Reginawanti; Sudirja, Rija
Jurnal Natur Indonesia Vol 14, No 1 (2011)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.395 KB) | DOI: 10.31258/jnat.14.1.52-55

Abstract

Azotobacter might be used as biological agents in bioremediation of heavy metal-contaminated soil since this rhizobacteria produceexopolysachharides (EPS) that mobilize soil heavy metals, and phytohormones that regulate root growth. So that heavy metal uptake bythe roots could be increased. The objective of this research was to verify the stability of EPS and phytohormones in Azotobacter liquidinoculants during four months in different temperature storage. Liquid inoculants has been produced in EPS-induced media and stored in200C and room temperature (24-270C) during four months. The results showed that the better temperature storage was room temperatureinstead of 20 0C since pH, total N, and EPS and phytohormones content was relatively stable during storage.
Suhu dan Waktu Inkubasi untuk Optimasi Kandungan Eksopolisakarida dan Fitohormon Inokulan Cair Azotobacter sp. LKM6 Hindersah, Reginawanti; Sudirja, Rija
Jurnal Natur Indonesia Vol 13, No 1 (2010)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.034 KB) | DOI: 10.31258/jnat.13.1.67-71

Abstract

Azotobacter inoculation could play an important role to enhance the effectiveness of bioremediation since bacterialexopolysachharides form a complex with heavy metal. So that metal mobility in soil and its uptake by plantsincreased. Azotobacter also produce phytohormone which induce roots growth and subsequently the uptake ofnutrients. The objective of this research was to obtain optimal incubation temperature and time in Azotobacter sp.LKM6 liquid inoculants production in the fermentor to maximize the synthesis of exopolysachharides andphytohormones. The experiment arranged in Completely Randomized Design consisted of two incubationtemperature (room temperature and 300C). At 24, 36, and 48 hours incubation, the concentration of EPS andphytohormone cytokinin and giberrelin were occurred. The experimental results were 1) the best temperature andincubation time to produce Azotobacter sp. LKM6 liquid for bioremediation of heavy metal-contaminated soil was30oC and 48 hours, and 2) inoculants production at 300C for 48 jam produce liquid inoculants containing 2.87mg L-1 exopolysachharides, 81.0 mg L-1 cytokinins and 18.7 mg L-1 giberrelin, and 13.12 x 108 cell ml-1.
Pemanfaatan urin kelinci dan urin sapi sebagai alternatif pupuk organik cairpada pembibitan kakao (Theobroma cacao L.) Rosniawaty, Santi; Sudirja, Rija; Afrianto, H.
Kultivasi Vol 14, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.598 KB)

Abstract

Pembibitan merupakan awal dari pertum-buhan tanaman. Bibit yang baik akan menghasil-kan tanaman yang berproduksi baik pula. Pemupukan merupakan salah satu hal penting dalam menghasilkan bibit yang baik. Peman-faatan urin kelinci dan urin sapi diharapkan dapat menjadi pupuk alternatif untuk pembi-bitan kakao. Percobaan telah di laksanakan pada bulan April-Agustus 2013 di Kebun Percobaan Ciparanje fakultas Pertanian Unpad, dengan ordo Inceptisol dan tipe curah hujan menurut klasifikasi Schmidt Ferguson. Perlakuan yang digunakan adalah beberapa konsentrasi urin kelinci, konsentrasi urin sapi dan kombinasi urin dengan pupuk anorganik. Urin kelinci dan urin sapi difermentasikan terlebih dahulu sebelum digunakan. Rancangan percobaan yang diguna-kan adalah Rancangan Acak Kelompok, terdapat 15 perlakuan yang di ulang 3 kali. Hasil perco-baan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan urin kelinci dan urin sapi yang telah difermentasi terhadap luas daun, volume akar dan bobot kering bibit kakao pada umur 16 mst. Penggunaan urin sapi dengan konsentrasi 25 % dapat menyamai penggunaan pupuk anorganik pada pembibitan kakao. Kata kunci : Urin kelinci ∙ Pembibitan kakao ∙  Urin sapi ∙ Pupuk organik cair 
Pemanfaatan limbah organik sebagai media tanam dan aplikasi urin ternak pada pembibitan kopi (Coffea arabica L.) Rosniawaty, Santi; Sudirja, Rija; Hidayat, Hendi
Kultivasi Vol 16, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.043 KB)

Abstract

Produksi kopi ditentukan mulai dari awal pembudidayaannya. Pembibitan merupakan salah satu tahapan budidaya untuk menghasilkan bibit yang baik dan  akan menghasilkan tanaman yang berproduksi tinggi. Media tanam dan pemupukan merupakan salah satu hal penting dalam menghasilkan bibit yang baik.  Pemanfaatan limbah kulit buah kopi  dan serasah daun sebagai campuran media tanam serta penambahan urin kelinci dan urin sapi diharapkan dapat menghasilkan bibit kopi yang baik.  Percobaan telah di laksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 Percobaan dilaksanakan di Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan (BPBTP) Sindanglaya Bandung  Perlakuan yang digunakan adalah kombinasi antara media menggunakan kompos daun atau  kompos kulit kopi  dengan konsentrasi urin kelinci, atau konsentrasi urin sapi.  Urin kelinci dan urin sapi difermentasikan terlebih dahulu sebelum digunakan.  Konsentrasi urin kelinci dan urin sapi sebesar 25 %.  Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok, terdapat 10 perlakuan yang di ulang 3 kali.  Hasil percobaan menunjukkan bahwa Media tanah dan kompos kulit kopi (2:1 ataupun 3:1) dan urin kelinci berpengaruh baik pada tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun.  Media tanah dan kompos daun  (3:1) dan urin kelinci  berpengaruh baik pada volume akar dan luas daun. Media tanah : kompos kulit buah kopi (2:1) dan Urin sapi hanya berpengaruh baik pada variabel tinggi tanamanKata kunci: kopi, urine sapi, urine kelinci
Pengaruh Formula Pupuk Urea-Zeolit-Arangaktif terhadap pH, N-total, KTK tanah dan Residu Pb pada Tanah Tercemar Limbah Industri Rija Sudirja; Santi Rosniawaty; Ade Setiawan; Rhendika Indra Yunianto
Soilrens Vol 14, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.509 KB) | DOI: 10.24198/soilrens.v14i1.9270

Abstract

One of the factors inhibiting the production of rice is not efficient in the use of fertilizers and ecosystem damage due to toxic hazardous materials such as heavy metals. the use of Urea, Zeolite, Activated charcoal based fertilizer is expected to increase the production of paddy rice crops in rice fields heavy metal contaminated. The experiment was conducted in the village of the District Linggar Rancaekek Regency  Bandung from  March  to  May  2015.  The experiment  used  randomized  block design with four single  treatment,  that  is  A =  urea  : zeolite  (95:5),  B  =  urea  : zeolite  : activated charcoal (50:45:5), C = urea : zeolite : activated charcoal (50:25:25), D = urea : zeolite (60:40), each with  five replicates.  Rice  varieties  used are Inpari  30.  The  results  showed  that  administration RS fertilizer formula  is  proven to  reduce  the  solubility  of  approximately  30%  Pb  and increases  the cation exchange capacity  (CEC) of  the soil.  RS fertilizer no  real  effect  on pH and N-Total  soils. Formulation urea : zeolite : activated charcoal (50:25:25) can decrease the solubility of Pb, while the CEC best demonstrated by the increase in formulation urea : zeolite : activated charcoal (50: 45: 5). Key words: heavy metals, RS fertilizer, wetland rice 
Pengaruh Beberapa Formula Pupuk UZAH Terhadap Ketersediaan N dan Kelarutan Cd dan Cr di Lahan Tercemar Limbah Industri Rija Sudirja; Benny Joy; Santi Rosniawaty
Soilrens Vol 14, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.808 KB) | DOI: 10.24198/soilrens.v14i2.11235

Abstract

Kerusakan ekosistem sawah akibat pencemaran limbah industri telah menurunkan produktivitas tanaman.  Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk pupuk tablet yang berfungsi menyediakan nutrisi bagi tanaman dan juga memiliki kemampuan mengatasi pencemaran di dalam tanah.  Bahan yang dijadikan komposisi formula pupuk tablet adalah urea, zeolit, arang aktif, dan kompos beragen hayati. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan formula pupuk tablet berpengaruh nyata terhadap dinamika beberapa parameter kesuburan tanah dan logam berat.  Formula dari komposisi bahan urea, zeolit, arang aktif, dan kompos beragen hayati memberikan perbaikan nyata terhadap pH, KTK, NH4+, NO3-, dan N-total, serta menurunkan kadar logam berat Cd dan Cr di dalam tanah, jika dibandingkan dengan formula bahan urea dan kompos beragen hayati.  Formula A (60:20:10:10) merupakan pupuk tablet terbaik dalam mempengaruhi nilai pH dan KTK tanah, kandungan N total, NH4+, dan NO3-, serta menurunkan kadar Cd dan Cr di dalam tanah. Kata Kunci: tanah tercemar, pupuk tablet, nitrogen, logam berat, 
GERAKAN PENGHIJAUAN DAS CITARUM HULU DI DESA CIKONENG KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG Harryanto, Rachmat; Sudirja, Rija; Saribun, Daud Siliwangi; Herdiansyah, Ganjar
Dharmakarya Vol 6, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1534.312 KB)

Abstract

Penghijauan merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilaksanakan secara konseptual dalam menangani krisis lingkungan. Desa Cikoneng merupakan salah satu desa yang cukup aktif dalam mendukung program penghijauan di DAS Hulu Citarum. Dalam upaya penyelamatan lingkungan, masyarakat bersama stakeholder terkait telah melakukan berbagai kegiatan penghijauan. Kegiatan bertujuan untuk mengkaji tentang bagaimana bentuk keterlibatan masyarakat dalam upaya penghijauan pada kawasan DAS Hulu Citarum. Masyarakat sebetulnya telah terlibat dalam proses perencanaan, penyediaan, pemeliharaan, serta pengawasan kegiatan penghijauan. Namun, masyarakat menilai kondisi ruang hijau di Hulu DAS Citarum saat ini sudah sangat minim. Kegiatan penghijauan dilakukan dengan berbagai tujuan, antara lain : untuk menambah nilai ekologi, manambah nilai estetika, mendapatkan manfaat ekonomi, serta alasan untuk mendukung program pemerintah. Keberadaaan stakeholder yang terdiri dari Pemerintah Kota, Pemerintah Kelurahan, Lembaga Non Pemerintah, Swasta/CSR, dan Komunitas/Akademisi telah berkontribusi besar membantu perkembangan kegiatan penghijauan di wilayah pengabdian.
Aplikasi Sitokinin untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Teh di Dataran Rendah Santi Rosniawaty; Intan Ratna Dewi Anjarsari; Rija Sudirja
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v5n1.2018.p31-38

Abstract

Teh (Camellia sinensis [L.] O. Kuntze) merupakan salah satu komoditas primadona Jawa Barat. Upaya ekstensifikasi teh di dataran rendah dan lahan suboptimal diyakini dapat berkontribusi nyata terhadap perbaikan kesejahteraan petani. Perbedaan suhu di dataran rendah dengan di dataran tinggi akan berpengaruh pada metabolisme tanaman teh. Secara kultur teknis, untuk membentuk perdu dengan percabangan ideal, perlu dilakukan centering (pemangkasan). Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pemberian sitokinin terhadap pertumbuhan tanaman teh setelah centering di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, mulai bulan November 2016 sampai Juni 2017, dengan bahan tanaman teh berumur 10 bulan setelah tanam. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang diulang 4 kali, dengan perlakuan perbedaan konsentrasi sitokinin. Sitokinin yang digunakan berasal dari air kelapa, dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75%, serta benzil amino purin (BAP) dengan konsentrasi 60 ppm, 90 ppm, dan 120 ppm, serta kontrol (tanpa sitokinin). Hasil penelitian menunjukkan pemberian sitokinin yang berasal dari air kelapa atau berupa BAP pada tanaman teh setelah centering hanya efektif hingga 3 bulan setelah aplikasi. Pada 1 dan 3 bulan setelah aplikasi, pemberian air kelapa 50% atau BAP 60 ppm meningkatkan pertambahan diameter batang, jumlah daun, panjang tunas, dan jumlah tunas. Oleh karena itu, air kelapa 50% atau BAP 60 ppm dapat dijadikan sumber sitokinin untuk tanaman teh di dataran rendah setelah centering.
IDENTIFIKASI SUMBERDAYA LAHAN PADA KETERSEDIAAN LOGAM BERAT (PB, CD DAN CR) TANAH SAWAH DI DAERAH PENGAIRAN SUNGAI CIKIJING KECAMATAN RANCAEKEK Leony Agustine; Rija Sudirja; Rachmat Harryanto
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 22, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.734 KB) | DOI: 10.25077/jtpa.22.1.22-31.2018

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengevaluasi sebaran pencemaran ketersediaan logam berat (Pb, Cd dan Cr) dari pembuangan limbah pabrik tekstil terhadap tanah sawah di daerah pengairan Sungai Cikijing Kecamatan Rancaekek, 2) mengkaji kandungan ketersediaan logam berat (Pb, Cd dan Cr) dan bahan organik yang terdapat pada tanah sawah di daerah pengairan Sungai Cikijing Kecamatan Rancaekek. Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah tercemar logam berat dari limbah pabrik tekstil dari pengairan sungai Cikijing Kecamatan Rancaekek dan dilanjutkan dengan analisis tanah di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Penelitian dilakukan dengan penetapan titik sampel didasarkan kepada sistem purposive random sampling. Jumlah sampel adalah 50 yang terletak pada 4 desa. Variabel yang diamati dan diukur dalam penelitian ini meliputi variabel utama yaitu kandungan ketersediaan logam berat (Pb, Cd, dan Cr) dan variabel pendukung meliputi C-organik tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ketersediaan logam berat setiap lokasi sampel masih berada dibawah batas kritis untuk logam berat Pb, Cd dan Cr.
Evaluasi tiga sistem budidaya di lahan sempit pada budidaya dua kultivar bayam di Kota Bekasi Syariful Mubarok; Salsabila Dwi Ananda; Farida Farida; Ainun Fadilah; Rija Sudirja
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32022

Abstract

AbstrakBudidaya sayuran pada lahan sempit di daerah perkotaan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem budidaya tanaman bayam yang paling baik untuk diterapkan pada lahan sempit pekarangan di Kota Bekasi. Percobaan ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2020 di areal pemukiman yang berlokasi di Jalan Caringin Raya, Kota Bekasi. Percobaan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dua kultivar bayam, ‘Maestro’ dan ‘Mira’, dibudidayakan pada tiga sistem budidaya berbeda, yaitu konvensional, vertikultur, dan hidroponik rakit apung yang diulang sebanyak empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman bayam pada sistem hidroponik rakit apung menghasilkan pertumbuhan, hasil, kualitas hasil, serta pendapatan yang paling baik dibandingkan dengan sistem budidaya konvensional dan vertikultur.Kata kunci: Hidroponik, hortikultura, sayuran, vertikultur Abstract Vegetable cultivation on limited areas in urban is one of the government's efforts to obtain food security. The purpose of this study was to determine the best amaranth cultivation system to be applied in urban farming system likewise on limited areas in Bekasi City. This experiment was carried out from August to September 2020 in a densely inhabited living area located on Caringin Raya Street, Bekasi. The experiment used a Randomized Block Design. Two cultivars amaranth, ‘Maestro’ and ‘Mira’ were cultivated under treatment of three different cultivation. There were conventional system, verticulture system, and hydroponic floating raft, that repeated four times. The results showed that amaranth cultivation on the floating raft hydroponic produced the best growth, yield, yield quality, and revenue, compared to conventional and verticulture cultivation systems. Keywords: Hydroponic, horticulture, vegetables, verticulture.