Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Insekta Permukaan Tanah di Resort Cisarua Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat Dwi Meilina Andrianni; Maryanti Setyaningsih; Susilo Susilo; Meitiyani Meitiyani; Agus Pambudi Darma
BIOEDUSCIENCE Vol 1 No 1 (2017): BIOEDUSCIENCE
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (838.984 KB) | DOI: 10.29405/j.bes/1124-301179

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan pola penyebaran insekta permukaan tanah di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Penelitian ini dilakukan di Resort Cisarua TNGGP Jawa Barat, dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015. Teknik sampling yang digunakan adalah Pit Fall Trap dari transek garis. Analisis data menggunakan pengukuran Kelimpahan Relatif (KR), Indeks Kekayaan Spesies (R), Indeks Keanekaragaman Shannon-Weaver (H'), Indeks Kemerataan Spesies (E), dan Indeks Dominansi Simpson (C), Indeks Kesamaan Sorensen (Cs) dan Indeks Morista (I). Hasil penelitian menunjukkan ordo yang ditemukan dari keempat lokasi diantaranya ordo Coleoptera, Orthoptera, Hymenoptera, Isoptera, Dermaptera Dan Diptera. Keanekaragaman insekta tertinggi dari keempat lokasi berada di daerah hutan primer dengan nilai H’= 2.20, E = 0.95, C = 0.12 R= 3.62, dan memiliki dominansi terendah yaitu C = 0.12. Sedangkan keanekaragaman insekta terendah berada di daerah ladang pertanian H’= 1.50, E = 0.65, R= 2.14, dan memiliki dominansi yang tinggi yaitu C = 0.31. Pola penyebaran yang terjadi antara keempat lokasi diantaranya ladang pertanian, hutan sekunder, tepian sungai, dan hutan primer dari masing-masing plot memiliki pola penyebaran yang berkelompok.
Keanekaragaman Jenis Keong Darat di Kawasan Taman Wisata Alam Telaga Warna, Bogor, Jawa Barat Widia Andiani Wijaya; Paskal Sukandar; Meitiyani Meitiyani
BIOEDUSCIENCE Vol 3 No 1 (2019): BIOEDUSCIENCE
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.365 KB) | DOI: 10.29405/j.bes/3114-223161

Abstract

Background: Keong darat memiliki peranan yang penting dalam sebuah ekosistem tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung keanekaragaman jenis keong darat di Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna Puncak Bogor Jawa Barat. Metode: Purposive sampling digunakan dalam penelitian ini yaitu menentukan lokasi penelitian, dengan memasang transek garis dan memasang kuadrat. Lokasi penelitian yaitu hutan primer, hutan sekunder dan sekitar danau di Kawasan Taman Wisata Alam Telaga Warna (TWA). Hasil: Hasil penelitian menunjukan keaneakaragaman jenis keong darat tertinggi pada waktu malam hari dari ketiga lokasi berada di lokasi hutan primer dengan nilai H' = 1.76, E = 0.90 dan memiliki dominansi terendah C = 0.15. Sedangkan keanekaragaman terendah berada di lokasi sekitar danau H' = 0.55, E = 0.50 dan memiliki dominansi tertinggi C = 0.64. Keanekaragaman jenis pada waktu pagi hari yang tertinggi dari ketiga lokasi dekat danau dengan nilai H' = 0.94, E = 0.85 dan memiliki dominansi terendah C = 0.44. Sedangkan keanekaragaman terendah di lokasi hutan sekunder dengan nilai H'= 0.52, E= 0.37 dan memiliki dominansi tertinggi C = 0.72. Kesimpulan: Pola sebaran pada waktu malam hari di ketiga lokasi memiliki pola sebaran seragam yaitu hutan primer, hutan sekunder, sedangkan dekat danau pola sebaran jenis individu acak dan pola sebaran pada pagi hari di ketiga lokasi yaitu hutan primer dan dekat danau seragam sedangkan pada hutan sekunder pola sebaran mengelompok. keanekaragaman jenis keong darat di Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna tergolong sedang.
Analysis of Students Creative Thinking Ability in Environmental Problem Solving Meitiyani Meitiyani; Mega Elvianasti; Maesaroh Maesaroh; Irdalisa Irdalisa; Gufron Amirullah
AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Vol 14, No 2 (2022): AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan
Publisher : STAI Hubbulwathan Duri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.156 KB) | DOI: 10.35445/alishlah.v14i2.1629

Abstract

21st century is a period that requires the transformation of life including education in it. Changes that occur include increased interaction between individuals globally, the flood of open information, computing technology that reaches all types of work that can be done anywhere and anytime and the occurrence of cultural integration across borders and even countries. This situation requires individuals to have the resilience to adapt and survive in this century. The quality of teachers in education plays an important role in building various skills of students to face life's demands. Creative thinking skills are one of the competencies needed in this century. Fostering creativity in learning activities is very important to strengthen student resilience in the future. This study aims to provide an overview of students' creative thinking skills on environmental problems. This research uses quantitative descriptive methods. This article begins with the results of an assessment of the ability to think creatively in early semester students in the Biology Education study program major of Prof. Dr. Hamka University then analyze the factors that affect critical thinking skills through a questionnaire instrument to describe learning activities that build creative thinking skills both from the internal and external aspect.
INVENTARISASI AMFIBI RESORT CISARUA TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN MUSIM YANG BERBEDA Agus Pambudi Dharma; Meitiyani Meitiyani
Jurnal Biosilampari : Jurnal Biologi Vol 2 No 1 (2019): Biosilampari
Publisher : LP4MK STKIP PGRI Lubuklinggau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.082 KB) | DOI: 10.31540/biosilampari.v2i1.585

Abstract

This study aims to inventory amphibians in the Cimisblung Resort Cisarua Gede Pangrango National Park (TNGGP) the rainy season and dry season. Amphibian data collection was carried out in February - August 2019 in and night (19.00 - 23.00 WIB) days using a visual encounter survey method along 500 meters with the river flow aquatic) and terrestrial among others, below the surface of litter, rock, weathered wood, and in the bush. Amphibians were to view and record their morphology, then matched the images with amphibian identification books. After the next step was identified, the amphibian was photographed for documentation. If amphibians are not identified in the field, the amphibians are taken to the Cibinong Zoology LIPI to be identified. The results obtained were 13 species (Leptobrachium haseltii, Megophrys montana, Duttaphrynus melanostictus, Leptophyryne cruentata, Rhacoporus javanus, Philautus aurifasciatus, dan Nycxtixalus margaritifer, Rana calconata, Huia masonii, Oddorana hosii, Limnonectes kuhlii, Fejevarya limnocharis, Fejevarya limnocharis, and Limnonectes microdiscus) with a difference in the number of species of 5 species between the rainy and dry seasons such as (Leptobrachium haseltii, Duttaphrynus melanostictus, Leptophyryne cruentata, Philautus aurifasciatus, and Nycxtixalus margaritifer).
Peningkatan Pengetahuan Organisasi Kepemudaan Satapak Rimba Dalam Mendukung Konservasi Satwa Primata Agus Pambudi Dharma; Meitiyani Meitiyani
IKRA-ITH ABDIMAS Vol 4 No 3 (2021): IKRAITH-ABDIMAS No 3 Vol 4 November 2021
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1044.114 KB)

Abstract

Satapak Rimba merupakan organisasi kepemudaan Desa Gekbrong Kabupaten Cianjur yang mempunyai program yang peduli terhadap lingkungan dan pelestarian satwa liar. Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan organisasi kepemudaan Satapak Rimba dalam mendukung konservasi Satwa Primata. Metode pelatihan ini melalui presentasi melalui power point untuk menjelaskan karakteristik keempat jenis primata (owa jawa, surili, lutung jawa, dan monyet ekor panjang) di Desa Gekbrong. Selain itu, diberikan pengetahuan dalam pengenalan alat dan cara pengamatan primata secara langsung di dalam hutan. Metode pengambilan data menggunakan lembar pertanyaan dengan skala likert yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil pelatihan yang diperoleh berupa peserta sudah mengetahui bahwa TNGGP sebagai salah satu tempat pelestarian satwa liar di habitat alaminya termasuk satwa primata. Peserta hanya pernah mendengar owa jawa di dalam hutan, sedangkan surili, lutung jawa, dan monyet ekor panjang terlihat di tepian hutan bergelantungan di atas pohon dengan menggunakan alat bantu berupa teropong binokuler. Peserta sudah mengetahui monyet ekor panjang tidak dilindungi dan ketiga jenis primata lainnya dilindungi oleh perundang-undang Indonesia sehingga terciptanya rasa kepedulian terhadap satwa liar khususnya satwa primata.
Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik Menggunakan Larva Lalat Tentara Hitam (Black Soldier Fly/BSF) di Desa Ciputri Agus Pambudi Dharma; meitiyani meitiyani; Nur Asiah
Indonesia Berdaya Vol 3, No 4: August-October 2022
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/ib.2022365

Abstract

Sebagian besar sampah rumah tangga yang dihasilkan masyarakat Desa Ciputri dilakukan dengan diangkut, dibakar, ditimbun maupun dibuang ke sungai. Sampah organik yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan.oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sampah organik menggunakan lalat tentara hitam. Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan tigkat kepedulian dalam pengelolahan sampah organik menggunakan maggot. Tempat pelaksanaan pelatihan dilakukan di Dusun Tunggilis Pojok, Desa Ciputri Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Waktu pelatihan pada taggal 16 -17 September 2022 sebanyak 48 peserta yang terdiri ibu-rumah tangga, pemuda, dan petugas Balai Besar TNGGP. Hasil dari budidaya maggot dapat mengurangi sampah organik di Desa Ciputri selain itu juga maggot dapat dijadian sebagai salah satu sumber nilai ekonomi untuk masyarakat Desa Ciputri. Luas rumah maggot harus sesuai dengan skala yang akan di produksi untuk menampung, mengkonversi sampah organik menggunakan maggot BSF. Pertumbuhan maggot dipengaruhi dari beberapa faktor cahaya matahari, kondisi suhu udara, banyaknya BSF dalam kandang, dan kualitas induk, lamanya penetasan telur. Pengalaman sumber daya manusia dalam memelihara maggot juga mempengaruhi lamanya siklus seperti jenis pakan, bobot pakan dan berapa kali pakan yang diberikan selama sehari. Pendampingan masyarakat secara berkelanjutan memberikan dampak positif dalam kepedulian pengelolaan sampah organik.   
Keanekaragaman Jenis Keong Darat di Kawasan Taman Wisata Alam Telaga Warna, Bogor, Jawa Barat Widia Andiani Wijaya; Paskal Sukandar; Meitiyani Meitiyani
BIOEDUSCIENCE Vol 3 No 1 (2019): BIOEDUSCIENCE
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29405/j.bes/3114-223161

Abstract

Background: Keong darat memiliki peranan yang penting dalam sebuah ekosistem tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung keanekaragaman jenis keong darat di Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna Puncak Bogor Jawa Barat. Metode: Purposive sampling digunakan dalam penelitian ini yaitu menentukan lokasi penelitian, dengan memasang transek garis dan memasang kuadrat. Lokasi penelitian yaitu hutan primer, hutan sekunder dan sekitar danau di Kawasan Taman Wisata Alam Telaga Warna (TWA). Hasil: Hasil penelitian menunjukan keaneakaragaman jenis keong darat tertinggi pada waktu malam hari dari ketiga lokasi berada di lokasi hutan primer dengan nilai H' = 1.76, E = 0.90 dan memiliki dominansi terendah C = 0.15. Sedangkan keanekaragaman terendah berada di lokasi sekitar danau H' = 0.55, E = 0.50 dan memiliki dominansi tertinggi C = 0.64. Keanekaragaman jenis pada waktu pagi hari yang tertinggi dari ketiga lokasi dekat danau dengan nilai H' = 0.94, E = 0.85 dan memiliki dominansi terendah C = 0.44. Sedangkan keanekaragaman terendah di lokasi hutan sekunder dengan nilai H'= 0.52, E= 0.37 dan memiliki dominansi tertinggi C = 0.72. Kesimpulan: Pola sebaran pada waktu malam hari di ketiga lokasi memiliki pola sebaran seragam yaitu hutan primer, hutan sekunder, sedangkan dekat danau pola sebaran jenis individu acak dan pola sebaran pada pagi hari di ketiga lokasi yaitu hutan primer dan dekat danau seragam sedangkan pada hutan sekunder pola sebaran mengelompok. keanekaragaman jenis keong darat di Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna tergolong sedang.