- Suhardi
Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PERAN KEDISIPLINAN TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI OLAHARAGA DAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR Suhardi, -
Edukasi No 2 (2010): Edukasi
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perilaku  anak  usia  sekolah  dasar  menampakkan  aktivitas gerak  yang  begitu  tinggi.  Mereka  pada  dasarnya  cenderung  ingin selalu bergerak. Hal tersebut menunjukkan bahwa disadari atau tidak, bergerak  bagi  siswa  merupakan  suatu  kebutuhan  yang  sangat  penting bagi  pertumbuhan  fisiknya.  Berbagai  bentuk  dan  corak  gerakan  yang diperoleh  siswa  merupakan  dasar  dalam  memasuki  tahap-tahap perkembangannya,  baik  perkembangan  yang  berhubungan  dengan pengetahuan,  nilai  dan  sikap,  maupun  keterampilan  gerak  (kognitif, afektif,  dan  psikomotor).  Kecenderungan  aktivitas  bergerak  siswa sekolah  dasar  (SD)  tersebut  perlu  dibina  melalui  Penjasorkes, disamping  harus  dibarengi  oleh  kedisiplinan  yang  tinggi.  Sebab, kedisiplinan  mendukung  peningkatan  prestasi  dalam  Penjasorkes. Siswa  yang  kurang.  Siswa  yang  kurang  disiplin  dalam  pembelajaran Penjasorkes  kurang  pula  prestasi  Penjasorkesnya.  Sebaliknya,  siswa yang  disiplin  dalam  Pembelajaran  Penjasorkes  meningkat  prestasi Penjasorkesnya. Jadi, kedisiplinan sangat berperan dalam peningkatan  prestasi  siswa  daslam  melakukan  Penjasorkes.  Siswa  sekolah  dasar merupakan  benih  yang  potensial  yang  kelak  akan  menjadi olahragawan yang handal. Perhatian yang sungguh-sungguh dari guru Penjasorkes  di  sekoah  dasar  (SD)  sangat  penting  bagi  pembinaan kedisiplin  siswa,  dengan  memberikan  petunjuk,  pengarahan,  dan memantau  setiap  gerakan  siswa  selama  melakukan  aktivitas Penjasorkes sesuai dengan materi pokok pembelajarannya.Kata Kunci: kedisiplinan; penjasorkes; sekolah dasar
Sumber Inokulum, Respons Varietas, dan Efektivitas Fungisida terhadap Penyakit Karat Putih pada Tanaman Kris Suhardi, -
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 2 (2009): Juni 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Penelitian untuk mengetahui peranan bibit sebagai sumber inokulum, respons varietas krisan, serta intervalpenyemprotan fungisida dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Hias. Survai kesehatan bibit dilakukan di lahan petanipenghasil bibit krisan pada bulan Juli 2002. Penelitian di rumah plastik untuk mengetahui respons varietas krisanserta efektivitas penyemprotan fungisida, dilakukan dari bulan Juli-September 2002. Hasil penelitian menunjukkanbahwa bibit merupakan sumber inokulum bagi penyakit karat pada tanaman krisan. Pada tanaman individual, baik dirumah plastik maupun rumah kaca, perkembangan penyakit karat tertekan. Kultivar Phuma White relatif lebih tahandibanding cv. Reagent Ungu dan cv. Town Talk. Fungisida benomil (benzimidazol) belum menunjukkan keefektifanuntuk pengendalian penyakit karat pada tanaman krisan (Puccinia horiana).ABSTRACT. Suhardi. 2009. Inoculum Source, Variety Response, and Fungicide Efficacy to Rust Disease ofChrysanthemum. Studies to evaluate the role of cutting as an inoculum source, variety resistance, and fungicideapplication interval were done at Indonesian Ornamental Crops Research Institute. Survey of cutting health wascarried out at farmer’s fields as seed producer on July 2002. A study under plastichouse to evaluate the response ofsome cultivars and determine the efficacy of fungicide applications was carried out from July-September 2002. Theresults indicated that cuttings were the inoculum source of rust on chrysanthemum. On individual plant, both underplastic and glasshouse, the development of white rust was suppressed. Phuma White cultivar relatively more resistantthan cv. Reagent Ungu and cv. Town Talk. Benomyl (benzimidazole) fungicide was not effective yet in controllingchrysanthemum white rust (P. horiana).
Pengaruh Cara Tanam dan Metode Pinching terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Potong Anyelir Wuryaningsih, S; Budiarto, K; Suhardi, -
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Anyelir merupakan salah satu tanaman penghasil bunga potong yang sangat penting dalam agribisnis florikultura di Indonesia. Peningkatan permintaan terhadap bunga potong ini menuntut perbaikan kualitas proses produksi yang menyangkut aplikasi teknik budidaya yang diharapkan meningkatkan produktivitas dan efisiensi pada skala usahatani. Perbaikan teknik budidaya ini antara lain perbaikan cara tanam (tata letak dan kerapatan tanaman) dan metode pinching. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh tata letak dan kerapatan tanaman serta metode pinching terhadap pertumbuhan dan produksi bunga potong anyelir. Penelitian dilakukan di bawah kondisi rumah plastik di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung dari bulan September 2004 hingga Agustus 2005.  Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola split-split plot dengan 3 ulangan. Petak utama adalah tata letak tanaman, yaitu zig-zag dan lurus dalam barisan. Anak petak adalah kerapatan tanaman, yaitu 25 dan 36 tanaman/m2. Sedangkan yang bertindak sebagai anak-anak petak adalah metode pinching, yaitu tunggal, 1½, dan piching ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata letak tanaman dalam bedengan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bunga anyelir. Tunas lateral lebih banyak tumbuh pada kerapatan tanaman yang lebih renggang. Namun demikian jumlah tanaman per satuan luas lebih banyak pada kerapatan tanaman yang lebih padat berkontribusi lebih nyata terhadap total produksi bunga. Perlakuan metode pinching yang diterapkan hanya berpengaruh pada jumlah tunas lateral dan panjang tangkai bunga yang dihasilkan. Metode pinching ganda memberikan jumlah tunas lateral dan panjang tangkai yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan metode 1½ dan pinching tunggal, namun tidak nyata pada parameter pertumbuhan dan parameter reproduktif yang lain.ABSTRACT. Wuryaningsih, S., K. Budiarto, and Suhardi. 2008. The Effects of Cultural Practices and Pinching Methods on the Growth and Flower Production on Carnation. Carnation is one of the important cut flowers in Indonesian floriculture trade. The demand of this commodity has increased significantly up to this moment. Improvement of cultural practices is needed to make the business more efficient and profitable. The research was conducted to find out the effect of plant arrangement, plant density, and method of pinching on growth and flower production of carnation. The experiment was carried out under plastichouse conditions at Segunung Research Station, Indonesian Ornamental Crops Research Institute from September 2004 to August 2005. A split-split plot randomized completely block design with 3 replications was used. The main plot was plant arrangements, namely zig-zag and straight in row pattern. The subplot was planting densities of 25 and 36 plants/m2, while the sub-subplot was pinching methods, namely single, 1½, and double pinching. The results of the experiment showed that the growth and flower production of carnation were not influenced by plant arrangement. Number of axillary buds was increased with less planting density. However, due to the higher number of plants per unit area, the number of harvested flowers was higher in the treatment of 36 plants/m2. Compared to 1½ and single pinching methods, double pinching only gave higher number of axillary buds and stalk length, but was not significant affect other growth and reproductive parameters.
Adaptasi Agronomis dan Kelayakan Finansial Usahatani Krisan di Daerah Yogyakarta Masyhudi, M F; Suhardi, -
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 2 (2009): Juni 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Krisan merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat populer dikalangan masyarakat Yogyakarta. Akan tetapi kebutuhan bunga potong ini, di Yogyakarta, justru didatangkan dariluar daerah, seperti Bandungan (Jawa Tengah) dan Batu, Malang (Jawa Timur). Pengkajian yang dilakukan BPTPYogyakarta sejak Juli 2005 sampai Februari 2007 di Dusun Wonokerso, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem,Kabupaten Sleman, ditujukan untuk membuktikan bahwa tanaman krisan dapat beradaptasi dan dibudidayakan denganbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbagai varietas bunga krisan dapat tumbuh subur dan terbukti budidaya tanamanhias ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Analisis ekonomi usahatani budidaya bunga krisan menunjukkanB/C rasio = 1,05 dan R/C rasio = 2,05 pada tahun 2005. Dengan meningkatnya pengalaman petani maka B/C rasio danR/C rasio berturut-turut menjadi 1,47 dan 2,47 pada tahun 2006, dan kemudian lebih meningkat lagi pada awal tahun2007 dengan B/C rasio= 2,12 dan R/C rasio= 3,12. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budidaya tanamanbunga potong krisan sangat menguntungkan dan layak untuk dikembangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta.ABSTRACT. Masyhudi, M.F. and Suhardi. 2009. Agronomical Adaptation and Financial Feasibility ofChrysanthemum in Yogyakarta Region. Chrysanthemum is one of the ornamental plants, potential to be developedin the area of Yogyakarta. It is very popular and has high economical value. However, the supply of this commodityin Yogyakarta was still fulfilled by other provinces such as Central Java (Bandungan) and East Java (Batu, Malang).The Assessment Institute for Agricultural Technology Yogyakarta (AIAT Yogyakarta) conducted some experiments onchrysanthemum from July 2005 to February 2007 in Hargobinangun Village, Pakem Subdistrict, Sleman District. Theobjectives of the study were to examine the agronomically adaptation and financial feasibility of chrysanthemum toprove that chrysanthemum can be cultivated and profitable in Yogyakarta. The results indicated that chrysanthemumadapted very well in Hargobinangun, Yogyakarta region. Several varieties of chrysanthemum growth well and gavebenefits to the local farmers. Financial analysis of chrysanthemum cultivation indicated that B/C ratio= 1.05 and R/Cratio = 2.05 can be reached in the first year (2005), with the increased experiences of the farmers in chrysanthemumfarming system, B/C ratio and R/C ratio were also increased to 1.47 and 2.47 in the year of 2006, and B/C ratio= 2.12and R/C ratio= 3.12 in 2007. It can be concluded that chrysanthemum was agronomically well adapted and financiallyviable, hence it was quite potential and prospective to be developed in Yogyakarta region.
Seleksi Ketahanan Klon-klon Harapan Krisan terhadap Penyakit Karat Budiarto, K; Rahardjo, I B; Suhardi, -
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Sifat ketahanan terhadap penyakit merupakan salah satu kriteria dalam seleksi progeni hasil persilangan untuk pelepasan varietas baru krisan. Untuk mendapatkan klon-klon unggul krisan tahan karat, sejumlah progeni telah dievaluasi ketahanannya. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (1.100 m dpl) dari bulan Oktober 2002 hingga September 2003 untuk mengevaluasi 13 aksesi yang terdiri dari 12 klon krisan, yaitu nomor 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, dan 1 varietas kontrol (cv. White Reagent) terhadap penyakit karat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal terjadinya gejala dan insidensi penyakit bervariasi pada klon-klon yang dicoba. Berdasarkan kriteria tingkat ketahanan, terdapat 2 klon, yaitu No. 151.13 dan 164.64, dikategorikan sangat tahan terhadap penyakit karat. Selain itu terdapat 2 klon yang termasuk kriteria tahan dan 7 klon yang dikategorikan agak tahan. Sedangkan cv. White Reagent dan klon No. 164.37 termasuk dalam kategori agak rentan terhadap penyakit karat.ABSTRACT. Budiarto, K., I. B. Rahardjo, and Suhardi. 2008. Resistant Evaluation of Chrysysanthemum Promising Clones to Japanese White Rust Dise ase . Resistance to major disease is one of important criteria in the selection of chrysanthemum for new released varieties. Japanese white rust is considered one of constrained-diseases and become major problems in commercial chrysanthemum growers in Indonesia up to this moment. Thus, selection of progenies against this disease became important. The research was conducted from October 2002 to September 2003 to evaluate 13 accessions of chrysanthemum, comprised of 12 promising clones of no. 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, and 1 commercial variety (cv. White Reagent) as control to white rust disease. The results of the experiments showed that the initial symptoms and white rust incidence were varied among clones tested. Among the 13 accessions, 2 clones (no. 151.13 and 164.64) were considered strongly resistant. The other 2 and 7 clones were included to the criteria of resistant and moderate resistant, respectively. While cv. White Reagent (control) and clone no. 164.37 were categorized as moderate susceptible.
Insidensi dan Intensitas Serangan Penyakit Karat Putih pada Beberapa Klon Krisan Rahardjo, I B; Suhardi, -
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Penyakit karat putih adalah salah satu kendala dalam meningkatkan produksi bunga krisan. Penyakit karat putih pada tanaman krisan disebabkan oleh cendawan Puccinia horiana. Salah satu alternatif pengendalian adalah menggunakan varietas resisten. Tujuan penelitian adalah mengetahui insidensi dan intensitas penyakit karat putih pada klon-klon krisan. Penelitian dilakukan di Rumah Plastik Balai Penelitian Tanaman Hias di Segunung (1.100 m dpl.), sejak bulan September 2002 sampai Februari 2003. Pada penelitian ini dievaluasi sebanyak 13 klon harapan krisan hasil seleksi tahun 2000. Perlakuan terdiri 13 klon harapan krisan yaitu klon nomor 116.44, 116.53, 116.57, 125.14, 130.8, 131.1, 133.59, 133.7, 133.95, 135.6, 136.1, 136.11, 150.4, var. Saraswati, dan var. White Reagent, menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon nomor 136.10 adalah klon yang memiliki sifat baik, paling lambat terinfeksi penyakit karat (133 HST), pada 15 MST paling rendah insiden penyakitnya (12,67%). Intensitas serangan kedua terendah (5,08%) setelah klon nomor 133.95 (4,6%), dan intensitas penyakit waktu panen juga rendah (4,44%).ABSTRACT. Rahardjo I.B. and Suhardi. 2008. Incidence and Intensity of White Rust Disease on Several Chrysanthemum Clones. White rust disease is one of constrain in increasing the production of chrysanthemum flower. White rust disease on chrysanthemum caused by Puccinia horiana. One of the control alternative was the use of resistant variety. The aim of the experiment was to know incidence and disease intensity of white rust on chrysanthemum clones. The experiment was done in Plastichouse at Indonesian Ornamental Crop Research Institute, Segunung (1.100 m asl), from September 2002 to February 2003. Evaluations were done on 13 chrysanthemum promising clones from selection in 2000. The treatments consisted of 13 chrysanthemum promising clones namely : 116.44, 116.53, 116.57, 125.14, 130.8, 131.1, 133.59, 133.7, 133.95, 135.6, 136.1, 136.11, 150.4, var. Saraswati, and var. White Reagent. RCBD with 3 replications were used in this experiment. The results of the experiment showed that clone 136.10 indicated good characteristic, with latest of disease infection (133 days after planting), lowest disease incidence at 15 weeks after planting (12.67%), and the second lowest for disease intensity (5.08%) after clone 133.95 (4.6%). While clone 136.10 showed lowest disease intensity on harvesting time (4.44%).
Pengaruh Beberapa Ekstrak Tanaman terhadap Bercak Hitam dan Embun Tepung pada Tanaman Mawar Varietas Pertiwi Rahardjo, Indiarto Budi; Suhardi, -
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Kendala pada budidaya tanaman mawar di antaranya adalah penyakit tanaman, seperti penyakit bercak hitam dan embun tepung.  Salah satu alternatif pengendalian penyakit tanaman adalah penggunaan fungisida botani. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas ekstrak tanaman terhadap bercak hitam (Marssonina rosae) dan embun tepung (Oidium sp.) pada tanaman mawar. Percobaan dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung (1.100 m dpl.), dari bulan April 2002 sampai Maret 2003. Perlakuan penelitian ini adalah kontrol (tanpa perlakuan), kencur (Kaempferia galanga), arang sekam, temu lawak (Curcuma xanthorriza), nyiri (Xylocarpus granatum), nimba (Azadirachta indica), kunyit (Curcuma domestica), temu putih (Curcuma zedoaria), temu hitam (Curcuma aeruginosa), jahe (Zingiber officinale), pinang (Areca catechu), bratawali (Tinospora tuberculata), teh (Thea sinensis), pinus (Pinus merkusii), onje (Phaeomeria speciosa), dan lengkuas (Languas galanga). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dan diulang 5 kali. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak tanaman yang efektif terhadap bercak hitam sebelum terjadinya infeksi adalah arang sekam, daun teh, jahe, kencur, temu lawak, daun nyiri, daun nimba, dan temu hitam. Ekstrak tanaman yang efektif dapat menurunkan intensitas serangan embun tepung adalah daun nimba, temu hitam, jahe, onje, teh, kencur, dan lengkuas. Perlu ada uji lanjut efikasi ekstrak tanaman terhadap bercak hitam dan embun tepung pada tanaman mawar.ABSTRACT. Rahardjo, I.B. and Suhardi. 2008 The Effect of Several Plant Extracts on Black Spot and Powdery Mildew of Rose Pertiwi Variety. One of the constraints on rose plant cultivation was disease infection, especially black spot and powdery mildew. The alternatives to control the diseases was the use of botanic fungicide. The objective of the experiment was to determine the effffectiveness of plant extracts to control black spot (Marssonina rosae) and powdery mildew (Oidium sp.) on rose. The experiment was conducted in the Greenhouse of Indonesian Ornamental Plant Research Institute (1,100 m asl.), from April 2002 to March 2003. The treatments were control (no treatment), galingale (Kaempferia galanga), rice coal, wild ginger (Curcuma xanthorriza), Xylocarpus granatum, neem (Azadirachta indica), turmeric (Curcuma domestica), Curcuma zedoaria, Curcuma aeruginosa, ginger (Zingiber officinale), areca nut (Areca catechu), Tinospora tuberculata, tea (Thea sinensis), pinus (Pinus merkusii), torch ginger (Phaeomeria speciosa), and galanga (Languas galanga). A complete randomized design with 5 replications were used. The results of the experiment showed that plant extracts which effffective to control black spot before infection occured were rice husk charcoal, tea leaves, ginger, galingale, wild ginger, Xylocarpus granatum, neem leaves, and Curcuma aeruginosa. While plant extracts which effffectively decreased powdery mildew intensity were neem leaves, Curcuma aeruginosa, ginger, torch ginger, tea, galingale, and galanga. Futher study is needed to verify the efficacy of plant extract to control black spot and powdery mildew on roses.
Skrining Kemangkusan Mikroba Antagonis terhadap Penyakit pada Tanaman Krisan Suhardi, -; Hanudin, -; Handayati, W; Saepulloh, Asep
Jurnal Hortikultura Vol 17, No 2 (2007): Juni 2007
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Penelitian untuk mengetahui efikasi agens hayati terhadap penyakit pada tanaman krisan telah dilakukan di rumah kaca dan di lapangan. Sebanyak 20 isolat bakteri telah diuji efektivitasnya dengan cara disemprotkan dengan konsentrasi 108 cfu/ml merata seluruh tanaman. Evaluasi terhadap intensitas penyakit dilakukan pada saat panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di rumah kaca penyakit hawar daun kurang bisa berkembang, namun penyakit yang bukan merupakan target berkembang cukup berarti, yaitu penyakit layu fusarium dan embun tepung (Oidium sp). Di lapangan selain Pseudomonas cichorii dijumpai penyakit karat putih yang disebabkan oleh Puccinia horiana, dan penyakit busuk basah yang disebabkan oleh Erwinia sp.. Pseudomonas fluorescens isolat Pf 2 dan Pf 4A, serta Bacillus subtilis isolat Ba 13, Ba 16, dan Ba 17 efektif menekan intensitas penyakit hawar daun. Pseudomonas fluorescens isolat Pf 2, Pf 4A, dan Pf 16 efektif terhadap penyakit karat putih. Semua isolat yang diuji tidak efektif terhadap penyakit busuk basah dan penyakit layu fusarium. Pseudomonas fluorescens isolat Pf 2, MR 9, dan B. subtilis isolat Ba 9 efektif terhadap embun tepung di rumah kaca.Bacillus subtilis; Agens hayati; Pengendalian biologi.ABSTRACT. Suhardi, Hanudin, W. Handayati, and A. Saepulloh. 2007. Screening of the Efficacy of Biological Agents Against Pseudomonas cichorii and Other Diseases of Chrysanthemum. Research to know the efficacy of biological agents to control the diseases on chrysanthemum were done in a glasshouse and field. As many as 20 bacterial isolates were tested by spraying bacterial cells at 108 cfu/ml until run off. Evaluation was done at the harvest time in relation to disease intensity. Results indicates that leaf blight did not develop in the glasshouse, but other diseases such as fusarium wilt and powdery mildew progressed significantly. In the field, besides leaf blight, other diseases were found i.e. white rust caused by Puccinia horiana and soft rot caused by Erwinia sp.. Pseudomonas fluorescens isolate Pf 2 and Pf 4A, Bacillus subtilis isolate Ba 13, Ba 16, and Ba 17 were effectively suppressed blight intensity. Pseudomonas fluorescens isolate Pf 2, Pf 4A, and Pf 16 were effective to white rust. All isolates were not effective against soft rot. Pseudomonas fluorescens isolate Pf 2 and MR 9 and B. subtilis isolate Ba 9 were effective in controlling powdery mildew on chrysanthemum in glasshouse.
Efektivitas Fungisida untuk Pengendalian Penyakit Berdasarkan Curah Hujan pada Mawar Suhardi, -
Jurnal Hortikultura Vol 17, No 4 (2007): Desember 2007
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Percobaan untuk mengetahui efektivitas penyemprotan fungisida terhadap penyakit penting pada tanaman mawar telah dilakukan di Kebun Percobaan Segunung pada bulan September 2002 dan Januari 2003 menggunakan rancangan petak terpisah. Petak utama berupa 2 kultivar mawar, yaitu cv. Holland dan cv. Cherry Brandy, sedang anak petak ialah penyemprotan fungisida dengan interval 2 kali per minggu, 1 kali per minggu, dan penyemprotan apabila terjadi hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada musim kemarau (September 2002) di samping terdapat serangan penyakit bercak hitam (Marssonina rosae) dijumpai pula serangan penyakit embun tepung (Oidium sp.) dengan tingkat serangan yang tinggi. Kultivar Holland dan Cherry Brandy rentan terhadap bercak hitam dan embun tepung. Penyemprotan fungisida setelah terjadi hujan efektif terhadap penyakit bercak hitam dan embun tepung pada musim kemarau. Pada musim hujan (Januari 2003), penyemprotan fungisida setelah terjadi hujan tidak efektif terhadap penyakit bercak hitam. Efektivitas perlakuan fungisida tidak saja ditentukan oleh curah hujan, tapi juga oleh jumlah hari hujan.ABSTRACT. Suhardi. 2007. The Efficacy of Fungicide for Diseases Control, Based on Rain Fall on 2 Rose Cultivars. A trial to find out the efficacy of fungicide application after rain to control the diseases on roses was carried out at Experimental Station Segunung on September 2002 and January 2003 using a split plot design. The main factor was rose cultivar (cv. Holland and Cherry Brandy) and the subplot was fungicide application (twice a week, once a week, and after rain). The results indicated that on dry period (September 2002) both black spot and powdery mildew occurred on cv. Holland and Cherry Brandy. Both cultivars were susceptible to black spot and powdery mildew. Fungicide application after the rain occurred was effective to suppress black spot and powdery mildew only on dry periode. On rainy period (January 2003) fungicide applications after the rain occurred was not effective to suppress black spot. The efficacy of fungicide application was not only determined by rain precipitation but also on number of rainy days as well.
ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN REKSADANA SYARIAH DAN REKSADANA KONVENSIONAL Suhardi, -; Gani, Abdul
Journal of Accountancy FE UBB Vol 1, No 1 (2013): Vol.1, No. 1, Januari 2013
Publisher : Journal of Accountancy FE UBB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

            This study aims to determine risk calculation and rate of return PNM Amanah Sharia and PNM Dana Sejahtera II, and to provide empirical evidences that there are between the performance of sharia mutual fund and sharia index (JII index), between the performance of conventional mutual fund and conventional index LQ45 index), and also between the performance of sharia mutual fund and conventional mutual fund. It applies descriptive method with comparative study, and uses statistical analysis such as independent sample t-test, paired sample t-rest, and simple regression analysis to rest the hypotheses. Data is in the form of net asset value per unit of participation (NAV/unit), Combined Stock Price Index (IHSG), Jakarta Islamic Index (JII), daily LQ45 Index ,the interest rate of Bank Indonesia Certificates (SBI), and Wadiah Certificate of Bank Indonesia (SWBI) or Certificate of Bank Indonesia sharia (SBIS).            The results of the first hypothesis shows that from 2008 to 2010 the average of return of sharia mutual fund and JII sharia index is identical or similar, but the average of risk of those variables is vice versa. Second hypothesis yields that from 2008 to 2010 the average of return of conventional mutual fund and conventional LQ45 index is identical or similar, but the average of risk of conventional mutual fund and conventional LQ45 index is vice versa. While, the third hypothesis results from 2008 to 2010 the average of return and risk of sharia mutual fund and conventional mutual fund is identical or similar except in 2010, the average of risk of the variables is not identical or similar. Based on Sharpe index figures, Treynor index, and Jensen Index, the third hypothesis indicates that the performance of sharia mutual fund is better than the performance of conventional mutual fund. Then, through Jensen model this hypothesis also yields the performance of sharia mutual fund is better than the market performance and the conventional mutual fund so that it can be concluded the higher the excess of market return, the higher the excess of return of mutual fund portfolio and vice versa, by assuming the other variables are constant. Key words   : sharia Mutual Fund, Conventional Mutual Fund, sharia Index (JII Index), Conventional Index (LQ45 Index).Â