Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Rancang Bangun Alat Cetak Bata Beton dengan Menggunakan Metode Nordic Body Maps (NBM) dan Pendekatan Anthropometri Zulmuis, Zulmuis; Sujana, Ivan; Prawatya, Yopa Eka
Jurnal TIN Universitas Tanjungpura Vol 4, No 1 (2020): JURNAL TEKNIK INDUSTRI UNTAN
Publisher : Jurnal TIN Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.687 KB)

Abstract

Proses pembuatan batako di Kalimantan Barat sebagian besar saat ini masih menggunakan metode pencetakan tradisional yaitu tipe cetakan satu mata. Prinsip kerja alat cetak tradisional ini sangat sederhana yaitu hanya memanfaatkan gaya tekan dan hentakan dari pekerja batako untuk memadatkan material, serta keahlian pekerja dalam menggunakan cetakan tersebut, sebab jika orang yang belum ahli menggunakan cetakan maka akan merusak batako.Alasan tersebut yang membuat alat cetak tradisional ini dinilai belum efesien disamping memang alat ini tidak memperhatikan aspek ergonomi yang mengakibatkan banyaknya keluhan Musculoskeletal disorders (MSDs) rasa sakit pada beberapa bagian tubuh pekerja saat ataupun setelah bekerja. Dalam keadaan normal seorang pengrajin batako dapat membuat 10 batako dalam waktu 15 menit.Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat resiko sakit pada tubuh pekerja serta untuk memberikan kenyamanan dalam bekerja tanpa mengurangi produktivitas, maka perlu adanya perbaikan alat kerja yang lebih baik dengan prinsip kerja yang lebih modern. Metode yang digunakan untuk menganalis dan mengurangi rasa sakit pada otot pengrajin batako adalah dengan menggunakan metode Nordic Body Maps (NBM). Alat yang dibuat berdasarkan ukuran anthropometri operator dengan persentil 5 dan 95 serta bahan baku yang memang memiliki spesifikasi mendukung pengerjaan pencetakan batako. Berdasarkan hasil pengujian didapat adanya penurunan tingkat resiko sakit otot skeletal yakni untuk rata-rata skor otot skeletal 29,46 dan skor individu 71,9 menjadi 25 dan 58,33 serta adanya peningkatan produktivitas sebanyak 24 buah batako per jam. Kata Kunci: Alat cetak batako, Anthropometri, Tuas, MSDs, NBM.
Rancang Bangun Alat Pemanggang untuk Meningkatkan Efektifitas dan Produktivitas dengan Morphologi Chart Method Bakhtiar, Muhammad Rizal Panca; Sujana, Ivan; Wijayanto, Dedi
Jurnal TIN Universitas Tanjungpura Vol 4, No 1 (2020): JURNAL TEKNIK INDUSTRI UNTAN
Publisher : Jurnal TIN Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (673.862 KB)

Abstract

Ayam bakar adalah olahan makanan yang paling banyak diminati oleh masyarakat Kota Pontianak. Namun, karena proses pengolahannya yang cukup merepotkan mengakibatkan masyarakat lebih memilih membeli daripada mengolahnya sendiri. Hal ini berdampak kepada para pengusaha yang menjual olahan ayam bakar, sehingga banyak rumah makan yang kewalahan dalam memenuhi keinginan konsumen.Penelitian ini dilakukan di “Warung Ayam Penyet Bu Nina” yang berada di Komplek Pertokoan  Perdana Square, Jl. Perdana, Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. Topik penelitian ini adalah membuat produk pemanggang ayam yang dapat memanggang dalam skala besar dalam waktu yang bersamaan secara konstan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kansei Engginering dan metode Morphology Chart. Penggunaan metode Kansei Engineering bertujuan untuk merancang produk dengan mempromosikan perasaan yang timbul dari produk, sedangkan Bagan Morfologis adalah daftar atau ringkasan dari analisis deformasi secara sistematis untuk menentukan bagaimana bentuk suatu produk dibuat. Hasil dari kedua metode tersebut adalah ilustrasi sesuai dengan keinginan konsumen sendiri yang kemudian diaplikasikan ke dalam produk pemanggang ayam.Berdasarkan 2 metode analisis yang dilakukan, didapatkan hasil untuk analisis Conjoint terpilih sampel ke 2 dari ke 12 sampel, karena pada sampel ke 2 ini sangat cocok dengan nilai deviasi Kansei Word yang di dapat. Sedangkan untuk analisis Multivariate juga terpilih sampel ke 2 dari ke 12 sampel karena pada sampel ini paling banyak modus yang keluar. Oleh karena itu  dapat di simpulkan bahwa perhitungan analisis akurat dan desain produk terpilih dinyatakan valid. Pembuatan alat pemanggang ayam berbasis Conveyor mengacu kepada desain sampel ke 2 sebagai desai yang terpilih. Tahap akhir dari penelitian ini adalah pembuatan produk yang dirancang sesuai dengan keinginan konsumen. Dengan jangka waktu yang sama dalam proses pemanggangannya yaitu 10 menit, jumlah ayam yang dihasilkan menggunakan alat pemanggang berbasi Conveyor  sebanyak 42-72 potong sedangkan pemanggangan ayam menggunakan alat pemanggang yang lama sebanyak 48-60 potong, sehingga selisih antara kedua alat tersebut lebih unggul alat pemanggang ayam bebrasis Conveyor sebanyak 12 potong ayam. Selain itu dibandingkan dengan proses selama melakukan pemanggangan, alat pemanggang berbasis Conveyor ini tidak memerlukan pengawasan sehingga operator dapat mengerjakan kegiatan lain hingga ayam masak, berbeda dengan alat pemanggang yang lama yang harus selalu diawasi sehingga operator tidak dapa melakukan kegiatan yang lainnya, hal ini berdampak pada bertambahnya jumlah karyawan dan tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk upah sehingga jumlah pengeluaran menjadi lebih hemat.Kata kunci: Pemanggang, Ayam Bakar, Kansei Engginering dan Morphologi Chart
Dukungan Teknologi Pada Integrasi Tanaman Hortikultura-Ternak Sapi Untuk Pengembangan Agribisnis Yang Berkelanjutan Sujana, Ivan; Hardiansyah, Gusti; Siahaan, Sarma
ELKHA : Jurnal Teknik Elektro Vol 8, No 2 (2016): Edisi Bulan Oktober 2016
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.081 KB) | DOI: 10.26418/elkha.v8i2.18757

Abstract

Abstract– Konsep pertanian terpadu yang melibatkan tanaman dan ternak sudah lama diterapkan oleh petani di Indonesia, namun penerapannya masih secara tradisional, tanpa memperhitungkan dari aspek secara finansial maupun dalam konteks pelestarian lingkungan hidup. Konsep sistem tanaman-ternak dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek keberlanjutan (sustainable) yang ramah lingkungan (environmentally tolerable), secara sosial diterima masyarakat (socially acceptable) dan secara ekonomi layak (economically feasible). Pendekatan yang dilakukan adalah penggunaan input dari luar yang rendah yang dikenal sebagai LEISA (low external input sustainable agriculture). Adanya dukungan teknologi dalam pendekatan LEISA untuk integrasi usahatani tanaman hortikultura-ternak diharapkan dapat mengembangkan agribisnis yang berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja yang bersumber pada usaha dengan memanfaatkan sumberdaya lokal khususnya limbah peternakan dan pertanian secara lebih efisien. Limbah kotoran ternak sapi dapat diolah menjadi energi dan pupuk organik sehingga dapat mendukung usahatani tanaman hortikultura. Sedangkan limbah usahatani tanaman hortikultura dapat diolah menjadi sumber pakan ternak bagi peternakan sapi. Apabila proses integrasi tanaman hortikultura dan ternak sapi dapat berhasil dengan baik, tidak mustahil akan terjadi peningkatan produksi dan produktivitas, yang pada gilirannya akan tercapai pengembangan agribisnis yang berkelanjutan. Keywords–Limbah, Biogas, Pakan Ternak
TEKNIK CHILLING AND THAWING UNTUK OPTIMALISASI PRODUK VIRGIN COCONUT OIL DENGAN EKSPERIMEN RESPONSE SURFACE METHOD Setyautama, Hanisa; Prawatya, Yopa; Sujana, Ivan
Jurnal TIN Universitas Tanjungpura Vol 3, No 2 (2019): JURNAL S1 TEKNIK INDUSTRI UNTAN
Publisher : Jurnal TIN Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.446 KB)

Abstract

Kelapa lokal (Cocos nucifera L.) merupakan produk unggul di Kalimantan Barat yang produksinya terus bertahan hingga sekarang, umumnya kelapa lokal masih diolah menjadi kopra dan minyak goreng,  produk bernilai tambah baru kelapa telah berkembang sebagai minyak murni kelapa atau VCO (Virgin Coconut Oil), VCO banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang untuk makanan, kedokteran, kosmetik, dan nanoteknologi. Industri kecil yang memproduksi minyak VCO di pontianak salah satunya berada di Desa Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap, industri kecil ini memproduksi kelapa menjadi VCO dengan cara pemanasan dan fermentasi alami dari santan, proses fermentasi ini memakan waktu yang cukup lama dan kualitas minyak buruk ditandai dengan warna kuning dan bau fermentasi. Selain itu, industri ini belum pernah menguji hasil olahan VCO seperti kadar air dan kadar asam lemak bebas.Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian dengan teknik produksi VCO yang berbeda dari sebelumnya dan menggunakan metode Response Surface sehingga bisa memperkirakan hasil yang optimal dan kualitas VCO yang sesuai Standar Nasional Indonesia. Optimasi waktu blansing, waktu pendinginan dan waktu pemanasan produksi VCO dilakukan dengan menggunakan Respon Surface Methodology, rancangan komposit permukaan digunakan untuk mempelajari pengaruh waktu blansing, waktu pendinginan dan waktu pemanasan produksi VCO terhadap respon volume kadar air dan kadar asam lemak bebas, hasil penelitian menunjukan perolehan waktu yang optimal pada waktu blansing 4 menit, waktu pendinginan 23 jam dan waktu pemanasan 8 jam.Kata Kunci : VCO, Response Surface Methodology, blansing, pendinginan, pemanasan.
Rancang Bangun Mesin Press dan Dryer Untuk Meningkatkan Kekuatan dan Nilai Estetika Parket Sabut Kelapa Berlaminasi Sujana, Ivan; Prawatya, Yopa Eka; Wardenaar, Evy
ELKHA : Jurnal Teknik Elektro Vol 6, No 2 (2014): Edisi Bulan Oktober 2014
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.841 KB) | DOI: 10.26418/elkha.v6i2.9131

Abstract

Abstract– This research aimed to improved parquet of coconut coir through improvement the esthetics of the parquet coconut coir with extendlaminate tekstur using substance of environment waste that assumed unused for society but have potency to be used like for example husk of bamboo bar, so that can produce parquet of coconut coir laminate withnatural tekstur.Method used for the process of coconut coir become the parquet laminate is beforehand by using cold press and hot press to produce result the parquet coconut coir, furthermoreproduce of raw material for the lamination tekstur that coming from waste of like bamboo bar which then will applied at parquet of coconut coir through press processing and draining with the system of warm-up infrared.This research aimed to design and construct the press and dryer machine to produce parquet laminate from coco fiber in accordance with the Indonesian National Standard (SNI 01-4449-2006). Researchers conducted a factorial experiment on the composition of the material forming the parquet laminate to have been a factor in the study of high density < 0.84 g/cm3 and medium density factor is 0.40g/cm3 to 0.84 g/cm3. Based on the test results of density, parquet laminate generated by the composition of 50% coco fiber with 50% adhesive and filler classified as High Density Fiberboard and parquet laminate with composition of 65% coco fiber with a 35% mixture of adhesive and filler classified as Medium density Fiberboard. Based on tests of water absorption and water content, parquet laminate with a composition of 35% coco fiber with 65% adhesive and filler or parquet with composition of 50 % coco fiber with 50 % adhesive and filler has been able to meet the requirement. Based on the thick expansion test, only parquet with code C3-IK6 and C3-IK9 qualified to the category of medium density fiberboard. Based on the tensile test perpendicular surface firmness, parquet printout for the composition 35 % coco fiber with 65 % adhesive and filler, and the composition of 50% coco fiber with 50% adhesive and filler has a surface perpendicular firmness pull more than 1.5 kgf/cm2 thus meeting the requirements. Based on the constancy test flexural fracture (MOR) and modulus of elasticity firmness (MOE), test of parquet in this research meet the requirements of SNI No. 01-4449-2006 to the category of medium density fiberboard Type 15. Keywords– parquet, laminate, press and dryer
Rancang Bangun Alat Kempa Panas Dingin Berbasis PLC Untuk Pengolahan Sabut Kelapa Menjadi Parket Sebagai Upaya Peningkatan Nilai Ekonomis Limbah Sabut Kelapa Sujana, Ivan; Prawatya, Yopa Eka; Lestari, Retno Budi
ELKHA : Jurnal Teknik Elektro Vol 6, No 1 (2014): Edisi Bulan Maret 2014
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.165 KB) | DOI: 10.26418/elkha.v6i1.5179

Abstract

Abstract This research aimed to design and construct PLC based press machine to produce parquet from coco fiber in accordance with the Indonesian National Standard (SNI 01-4449-2006). Researchers conducted a factorial experiment on the composition of the material forming the parquet to have been a factor in the study of high density < 0.84 g/cm3 and medium density factor is 0.40g/cm3 to 0.84 g/cm3. Next step is designing the construction and workings of PLC based parquet press machine, mold the parquet and conduct testing molded parquet products based on the guidelines of the National Standards Agency (BSN) on standard fiber board is SNI 01-4449-2006 . Based on the test results of density, parquet generated by the composition of 50% coco fiber with 50% adhesive and filler classified as High Density Fiberboard and parquet with composition of 65% coco fiber with a 35% mixture of adhesive and filler classified as Medium density Fiberboard. Based on tests of water absorption and water content, parquet with a composition of 35% coco fiber with 65% adhesive and filler or parquet with composition of 50 % coco fiber with 50 % adhesive and filler has been able to meet the requirement . Based on the thick expansion test , only parquet with code C3-IK6 and C3-IK9 qualified to the category of medium density fiberboard. Based on the tensile test perpendicular surface firmness, parquet printout for the composition 35 % coco fiber with 65 % adhesive and filler, and the composition of 50% coco fiber with 50% adhesive and filler has a surface perpendicular firmness pull more than 1.5 kgf/cm2 thus meeting the requirements. Based on the constancy test flexural fracture (MOR) and modulus of elasticity firmness (MOE), test of parquet in this research meet the requirements of SNI No. 01-4449-2006 to the category of medium density fiberboard Type 15. Keywords Parquet, coco fiber, design, fiber board
Rancang Bangun Alat Pengupas Kulit Lidah Buaya Prawatya, Yopa Eka; Fitrianti, Wanti; Sujana, Ivan
ELKHA : Jurnal Teknik Elektro Vol 6, No 2 (2014): Edisi Bulan Oktober 2014
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.026 KB) | DOI: 10.26418/elkha.v6i2.9133

Abstract

Abstract– This article present the science and technology for society about applying of technology of aloe processing become the product owning economic value with the application of supporter equipments in order to optimalize productivity of aloe industry. Home industry of processing aloe in this time still conduct the production by using simple equipments which is disagree with method enase ( efficient, balmy, peaceful, effective and healthy). As application from three services of college at devotion aspect to society, through this science and technology program for society we design and build the aloe peeler to quicken the process of peel of husk of aloe and mince of aloe tea in order to product diversification and concern to the zero waste production so that give the amenity to middle and small industry in activity produce.   Keywords- Aloe, Ergonomic, Design and Build
Rancang Bangun Mesin Pengolah Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan Sedianingsih, Pony; Mooniarsih, Neilcy Tjahja; Sujana, Ivan
ELKHA : Jurnal Teknik Elektro Vol 6, No 1 (2014): Edisi Bulan Maret 2014
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.809 KB) | DOI: 10.26418/elkha.v6i1.7094

Abstract

Abstract– There are several place of fish auctions and fish debarkation in District of Sungai Kunyit. The fish waste that produced in District of Sungai Kunyit can reach 10 tons per day at a price of Rp 400 per kilograms up to Rp 500 per kilograms, if the fish waste is developed through the making of fish meal, it will increase the income of fishermen group that processing the fish waste. The things mentioned above become the basic consideration for the field team to do The Service Activities on Society on District of Sungai Kunyit with socialization and sequential in the making of the fish meal machine that will be a business opportunity to improve the welfare of fishermen. Producing fish meal from the fish waste need several steps, the fish waste must be drained first, and then processed through the fish meal machine. The fish meal that produced can be sold to groups of catfish farming and poultry farmers as feedstock for fish feed and animal feed. With the availability of the fish waste processing machine, hopefully it will give significant influence on the improvement of living standards, especially to fishermen groups from District of Sungai Kunyit that could ultimately increase their income. Keywords– Fishermen Groups, Fish Waste and Fish Meal.
Realisasi Pengering Ikan Menggunakan Energi Biomass dan Panel Surya Mooniarsih, Neilcy Tjahja; rahman, Syaifur; Sujana, Ivan
ELKHA : Jurnal Teknik Elektro Vol 6, No 2 (2014): Edisi Bulan Oktober 2014
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.955 KB) | DOI: 10.26418/elkha.v6i2.7277

Abstract

Abstract– Proses pengeringan ikan di daerah keluarahan Sungai Pinyuh masih dilakukan secara tradisonal, yaitu dijemur di bawah sinar matahari.  Proses ini memakan  waktu yang  cukup lama, dibutuhkan waktu dalam  pengeringan  ikan  2 sampai 4 hari dan itu pun tergantung adanya sinar matahari. Selain itu kualitas hasil pengeringan tradisional masih kurang baik. Alat pengering ikan yang dirancang memanfaatkan panas yang bersumber dari pembakaran biomass dan panel surya yang  berfungsi sebagai   kolektor panas. Sehingga proses pengeringan dapat berlangsung cepat, setiap saat dan tanpa tergantung sinar matahari. Pengendalian suhu pengeringan dilakukan dengan cara buka tutup saluran udara pada alat pengering.  alat pengering ini terdiri dari kolektor surya, tungku pembakaran biomass, ruang pengering (box) dan blower. Ruang pengering berfungsi sebagai tempat diletakkan ikan-ikan yang akan dikeringkan. Blower berfungsi mengalirkan panas yang bersumber dari kolektor surya atau pembakaran bimomass ke ruang pengering.   Hasil pengujian menunjukkan dalam waktu dua jam, proses pengeringan terhadap 1 Kg ikan basah turun menjadi 500 gr. hasil ini menunjukkan bahwa proses pengeringan dengan menggunakan alat pengering tenaga biomass dan  surya lebih cepat dibandingkan proses pengeringan secara manual selama 4  hari. Kualitas ikan hasil pengeringan mesin lebih baik dibandingkan dengan pengeringan secara tradisional. Keywords– alat pengering, biomass , panel surya
IDENTIFIKASI MASALAH DALAM PENDAYAGUNAAN MESIN DAN PERALATAN INDUSTRI KAKAO DI KUB LINTAS SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU Setyo Utomo, Rudy; Sujana, Ivan
JURNAL BORNEO AKCAYA Vol 3 No 1 (2016): Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Publik
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51266/borneoakcaya.v3i1.57

Abstract

Equipment and machinery cocoa processing in KUB Lintas Sekayam not utilized properly. This study aimed to identify the factors that cause not usefulness the machinery and equipment in KUB Lintas Sekayam at Sanggau Regency in the process of cocoa processing production. Availability of raw materials, capital, labor, cocoa market, trade and management of KUB Lintas Sekayam also identified. The results showed that were 34 machines and equipments already exist in KUB Lintas Sekayam. Between them, that can serve as many as 19 machines and equipment. Among the machines and equipment that function is generally not meet the standards of processing to produce good product quality and capacity is very small, while for their operation need large energy so inefficiently. Other factors that cause machinery and equipment cocoa processing were not operated are the quality of raw materials was low, the quality of the powder and cocoa butter are produced not get the quality standard products as per SNI or health, production management is not running, there is no involvement of skilled personnel and experts in the industry and marketing, product and product quality is still not market-oriented and there is no involvement of capital providers