Sukadaryati Sukadaryati
Sekolah Pascaarjana Institut Pertanian Bogor, Jalan Raya Dramaga, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGGUNAAN RANTAI SEBAGAI ALAT BANTU MENGURANGI SELIP DALAM PENGANGKUTAN KAYU Yuniawati,, Yuniawati,; Dulsalam, Dulsalam; Sukadaryati, Sukadaryati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 3 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Penggunaan truk dalam kegiatan pengangkutan kayu memiliki banyak keuntungan, tetapi saat operasional roda truk sering mengalami kendala gangguan selip. Terjadinya selip tidak menguntungkan bagi perusahaan akibat banyaknya waktu yang terbuang sehingga produktivitas menurun dan rusaknya tanah permukan jalan akibat gusuran roda truk.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui selip yang terjadi pada ban truk dengan menggunakan rantai dan tidak menggunakan rantai serta kerusakan tanah yang ditimbulkan akibat penggunaan rantai dan tidak menggunakan rantai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tekstur tanah pada areal penelitian merupakan tanah lempung berliat yang memiliki rata-rata kadar air 52,32%. Rata-rata selip yang terjadi pada ban truk yang menggunakan rantai pada kadar air tertinggi sebesar 84,63% yaitu 12,68%. Rata-rata selip yang terjadi pada ban truk yang tidak menggunakan rantai pada kadar air tertinggi 82,82% yaitu 24,85%. Kerusakan tanah yang ditimbulkan akibat selip yaitu berupa munculnya larikan atau alur dengan kedalaman tertentu. Pada ban truk yang tidak menggunakan rantai menghasilkan kedalaman larikan lebih dalam daripada truk yang menggunakan rantai.
TEKNIK PENYADAPAN PINUS UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI MELALUI STIMULAN HAYATI Sukadaryati, Sukadaryati; Dulsalam, Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 3 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan permintaan getah pinus baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri mendorong upaya peningkatan produksi getah pinus yang dihasilkan. Penggunaan stimulan konvensional berbasis asam kuat telah lama digunakan oleh Perum Perhutani, namun pertanyaan muncul mengenai dampak lingkungan serta kelangsungan hidup pertumbuhan pohon pinus yang disadap. Akibatnya penggunaan stimulan hayati layak dipertimbangkan karena tidak hanya akan menjamin efek yang ramah lingkungan tetapi juga mengamankan keberlanjutan pohon-pohon pinus. Sehubungan dengan hal itu dilakukan ujicoba penggunaan stimulan hayati dalam pengaruhnya terhadap produksi getah pinus yang disadap. Tiga teknik penyadapan pinus yang digunakan yaitu mujitech, bor dan kedukul. Stimulan hayati yang diujicobakan terdiri dari tiga jenis yaitu lengkuas, kencur dan bawang merah masing-masing dengan tiga tingkat konsentrasi yaitu 50%, 75% dan 100%. Ternyata teknik penyadapan yang berbeda tampaknya tidak mempengaruhi produksi getah pinus, demikian juga dengan konsentrasi stimulan hayati (50-100%). Namun, jenis yang berbeda dari stimulan hayati nampakknya juga menunjukkan beda nyata, di mana lengkuas dapat meningkatkan produksi getah pinus tertinggi (268%) dibandingkan dengan kontrol (tanpa stimulan), diikuti kencur (206%) dan bawang merah (180%). Secara ekonomis, penggunaan stimulan lengkuas dengan konsentrasi 50% cukup efektif. Upaya lebih lanjut diperlukan untuk menemukan stimulant hayati alternatif lain yang lebih efektif daripada lengkuas.
PEMANENAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN TIGA CARA PENYADAPAN Sukadaryati, Sukadaryati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Getah pinus merupakan salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang cukup potensial dan Indonesia menduduki peringkat ke 3 di dunia setelah Cina dan Brazil. Peluang pasar gondorukem yang potensial tersebut mendorong pengelola hutan untuk meningkatkan produksi getah pinus. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang pemanenan getah pinus dengan menggunakan tiga cara penyadapan. Cara penyadapan yang digunakan tergantung alat sadap yang dipakai, yaitu mujitech, bor dan kedukul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi getah pinus paling banyak dihasilkan dari cara penyadapan kedukul yaitu sebesar 18,0 g/quare/pengunduhan.Berdasarkan pengamatan visual, getah yang dihasilkan dengan cara penyadapan bor lebih bersih dibandingkan teknik mujitech dan kedukul. Kadar pengotor dalam getah pinus yang dihasilkan dengan cara penyadapan bor rata-rata sebesar 4%. Namun demikian penyadapan dengan cara bor tidak disukai petani penyadap karena kurang efektif. Umumnya penerapan cara penyadapan pinus di suatu lokasi dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat setempat yang sudah berlaku secara turun temurun. Kebiasaan tersebut tidak mudah diubah meskipun sistem sadapan yang baru menghasilkan produksi getah lebih banyak.
PENGGUNAAN STIMULAN DALAM PENYADAPAN PINUS Sukadaryati, Sukadaryati; Santosa, Gunawan; Pari, Gustan; Nurrochmat, Dodik Ridho; Hardjanto, Hardjanto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 4 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam rangka perumusan strategi kebijakan penggunaan stimulan ramah lingkungan dalam produksi getah pinus maka studi tentang inovasi pemanfaatan stimulan adalah suatu keniscayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan stimulan berbahan dasar asam kuat (H2SO4), cuka kayu dan ETRAT pada penyadapan pinus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan stimulan dapat meningkatkan aliran getah dan memperpanjang periode aliran getah sehingga getah yang diperoleh per pengunduhan lebih banyak. Penggunaan stimulan H2SO4 dapat meningkatkan produksi getah per pengunduhan lebih banyak dibandingkan ETRAT dan cuka kayu, baik pada penggunaan di areal dengan ketinggian di atas 500 mdpl maupun di bawah 500 mdpl. Penggunaan stimulan H2SO4 menyebabkan kayu berubah warna menjadi coklat tua hingga kemerahan bahkan perubahan warna tersebut sampai masuk kedalam kayu sejauh ¾ bagian ke arah sumbu kayu. Di sisi lain penggunaan stimulan organik tidak menyebabkan perubahan warna kayu yang berarti. Oleh karena itu penggunaan jenis stimulan dalam penyadapan pinus perlu mempertimbangkan efek negatif yang ditimbulkan, baik terhadap kesehatan pohon, pekerja maupun lingkungan. Aspek ekonomi bukan satu-satunya faktor utama yang harus terus dikejar untuk mencapai target finansial namun perlu mempetimbangkan aspek ekologi dan sosial untuk mencapai sustainabilitas hasil dan pohon penghasilnya.
PRODUKTIVITAS BIAYA DAN EFISIENSI MUAT BONGKAR KAYU DI DUA PERUSAHAAN HTI PULP Sukadaryati, Sukadaryati; Sukanda, Sukanda
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 26, No 3 (2008): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2008.26.3.228 - 242

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi produktivitas, biaya dan tingkat efisiensi pemuatan dan pembongkaran kayu ke atas berbagai jenis truk di HTI pulp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa truk yang terdiri dari 5 stik menghasilkan procluktivitas dan efisiensi pemuatan kayu yang lebih tinggi dengan biaya yang dikeluarkan tidak berbeda dengan truk yang terdiri dari 2 stik. Produktivitas, efisiensi dan biaya pemuatan truk yang terdiri dari 5 stik masing- masing sebesar 540,014 m.m/jam; 99,15% dan Rp 786,079/m. Di sisi lain, penggunaan truk berkapasitas 30 ton menghasilkan produktivitas pemuatan yang lebih tinggi dan biaya lebih murah dengan tingkat efisiensi yang tidak berbeda dengan truk berkapasitas 10 ton. Produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan truk berkapasitas 30 ton masing-masing sebesar 301,817 m3.m/jam; Rp 112,569 / m dan 89,88%. Penggunaan truk yang terdiri dari 5 stik dan truk yang berkapasitas 30 ton masing-masing menghasilkan produktivitas pembongkaran kayu yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan truk yang terdiri dari 2 stik dan truk berkapasitas 10 ton. Produktivitas, biaya dan efisiensi pembongkaran truk yang terdiri dari 5 stik, masing-masing sebesar 1432,574 m3.m/jam; Rp 344,559/m dan 99,17%. Sementara itu produktivitas, biaya dan efisiensi pembongkaran truk berkapasitas 30 ton masing-masing sebesar 1632,567 m3.m/jam; Rp 208,022/m dan 97,71%. Namun demikian, penggunaan truk yang terdiri dari 2 stik dan truk berkapasitas 10 ton tersebut masih dijurnpai dalam kegiatan muat bongkar kayu dengan beberapa pertimbangan/alasan terutama karena truk-truk tersebut lebih lincah dioperasikan di lapangan. Kelebihan dan kelemahan yang ditimbulkan akibat penggunaan alat mekanis muat bongkar di HTI hendaknya bisa dijadikan acuan agar pengelolaan hutan dapat dilakukan dengan bijaksana.
PENGANGKUTAN KAYU MENGGUNAKAN LIMA JENIS TRUK DI DUA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI SUMATERA Sukadaryati, Sukadaryati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 27, No 3 (2009): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3275.494 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2009.27.3.267 - 279

Abstract

Pengangkutan kayu berguna untuk mengantarkan kayu ke tempat tujuan pada waktu yang tepat secara kontinyu. Pengangkutan kayu melewati jalan darat di hutan tanaman biasanya dilakukan dengan menggunakan truk angkut. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas, biaya, efisiensi waktu dan prestasi optimum pengangkutan kayu menggunakan lima truk di dua perusahaan hutan tanaman industri di Sumatera. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa produktivitas pengangkutan kayu menggunakan truk jenis Volvo 380, Mitsubishi PS220/260, Hino PS260, Mercedes Benz 2631 dan Mitsubishi PS120/135 berturut-turut sebesar 582,508 m3km/jam; 465,058 m3km/jam, 459,660 m3km/jam; 309,540 m3km/jam dan 194,148 m3km/jam. Biaya pengangkutan kayu menggunakan truk Mitsubishi PS220/260, Hino PS260, Volvo 380, Mitsubishi PS120/135 dan Mercedes Benz 2631 berturut-turut sebesar Rp 585,165/m3.km; Rp 619,265/m3.km; Rp 949,630/m3.km; Rp 1.403,864/m3.km dan Rp 1.686,553/m3.km. Efisiensi waktu pengangkutan kayu menggunakan truk Mitsubishi PS120/135, Volvo 380, Mitsubishi PS220/260, Mercedes Benz 2631 dan Hino PS260 berturut-turut sebesar 87,42%; 79,26%; 77,92%.,76,69% dan 73,40%. Prestasi optimum pengangkutan kayu dicapai bila menggunakan truk merk Volvo 380 dan Mitsubishi 220/260.
ALAT BANTU TRUK ANGKUTAN KAYU UNTUK MENGURANGI SELIP RODA PADA JALAN HUTAN TANPA PERKERASAN Yuniawati, Yuniawati; Dulsalam, Dulsalam; Idris, Maman Mansyur; Suhartana, Sona; Sukadaryati, Sukadaryati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 33, No 4 (2015): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2015.33.4.387-395

Abstract

Kegiatan pengangkutan kayu memiliki tujuan untuk mengeluarkan kayu dari dalam hutan menuju industri pengolahan kayu atau langsung ke konsumen. Kegiatan tersebut membutuhkan waktu yang efisien sehingga kelancaran dalam pengangkutan harus diutamakan. Selip merupakan hambatan yang harus dihadapi saat mengangkut kayu menggunakan truk. Hal tersebut dapat mengurangi produktivitas kerja dan meningkatkan biaya pengangkutan kayu. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014  di wilayah RPH Ciogong, BKPH Tanggeung, KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Tujuan penelitian untuk mengetahui penggunaan alat bantu terhadap pengurangan selip pada jalan tanah angkutan kayu jati. Metode penelitian berupa perancangan dan pembuatan alat bantu truk logging yang berupa sarung roda alat angkutan dari rantai besi menyilang serta uji coba dan pengumpulan data di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Rata-rata selip pada kelas kelerengan 0-8%, 9-15% dan 16-25% masing-masing sebesar 3,24%, 6,11% dan 7,58% dengan koefisien traksi masing-masing sebesar 0,59, 0,44 dan 0,36. Produktivitas pengangkutan kayu jati dengan menggunakan alat bantu pada kelas kelerengan 0-8%, 9-15% dan 16-25% masing-masing sebesar 92,02 m3.km/jam, 89,07 m3.km/jam dan 83,59 m3.km/jam dan biaya produksi pengangkutan kayu jati masing-masing sebesar Rp 2.640,01/m3.km, Rp 2.737,92/m3.km dan Rp 2.917,27/m3.km.