Dewi Tika Lestari
Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Menggali Falsafah Hidop Orang Basudara dari Melodi Bakubae (Perdamaian) - Lagu Gandong di Maluku Dewi Tika Lestari
Melayu Arts and Performance Journal Vol 2, No 1 (2019): Melayu Art and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v2i1.684

Abstract

AbstrakKonflik Maluku adalah suatu kenyataan historis yang terus menjadi suatu objek studi berbagai disiplin ilmu. Banyak pendekatan keilmuan, seperti sosiologi, antropologi, teologi dan agama – yang telah mengkaji masalah konflik dan proses perdamaian di Maluku. Kajian ini menegaskan peran musik lokal Maluku sebagai salah satu media mengomunikasikan perdamaian. Dalam proses perdamaian, nyanyian lokal Maluku, sebagai bentuk musik vokal seperti lagu gandong yang mengkespresikan semangat hidop orang basudara selalu digemakan. Pesan musikalitasnya merasuk sanubari dan perasaan kultural masyarakat, sehingga turut membangkitkan kesadaran bahwa semua masyarakat Maluku adalah sesama orang basudara,  yang mesti hidup bakubae atau berdamai. Demikian karya-karya musik itu dapat disebutkan sebagai suatu melodi perdamaian (bakubae) di Maluku. Kajian ini menggunakan pendekatan analisis filsafat-seni, yang mencari nilai-nilai etis, estetika dan pandangan hidup masyarakat pemilik musik tersebut. Kajian ini menghasilkan suatu pengetahuan bahwa musik juga berkontribusi membangun perdamaian.AbstractThe Maluku Conflict is a historical reality that always become an object of study from the various disciplines. There were many studies as like sociology, anthropology, theology and religion that did research about conflict and peace building in Maluku. This research impress about local music of Maluku also serves as one of the media to communicate peace. Local song, as like gandong that expressed the value and spirit hidop orang basudara (peaceful live), pervading the hearts and cultural feelings of the people, thus helping to raise awareness of all the people of Maluku as brother and sister or as one family from the same ancentor, who must live bakubae or in reconciling. Therefore local music creation can be explained as a peace melody (bakubae) in Maluku. This study uses a philosophy-art analysis approach, which search the ethical, aesthetic and world-view values of the music-owner community. This study resulted in a knowledge that music also could contribute to building peace. Key words: Falsafah, Orang Basudara, Melodi Baku bae.