Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FENOMENA CALON KEPALA DAERAH TERSANGKA DAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA SERENTAK 2018 Effan Zulfiqar
Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora Vol 3, No 1 (2019): Pebruari 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.59 KB) | DOI: 10.31604/jim.v3i1.2019.52-56

Abstract

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak putaran keempat tahun 2018  menyimpan beberapa catatan peristiwa penting yang sebelumnya tidak terjadi di dua gelombang putaran Pilkada serentak tahun 2015,  dan 2017. Artinya Pilkada 2018 sepertinya sangat berbeda dari segi dinamisasi dan nuansa politiknya bila dibandingkan dengan perhelatan dua putaran Pilkada sebelumnya.
AKULTURASI BUDAYA PERNIKAHAN ETNIS JAWA DENGAN ETNIS MANDAILING DI DESA SIDOJADI KECAMATAN BUKIT MALINTANG KABUPATEN MANDAILING NATAL Effan Zulfiqar; Safran Efendi Pasaribu; Soritua Ritonga; Ali Sahbana Nasution
Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora Vol 7, No 1 (2023): Pebruari, 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jim.v7i1.2023.153-157

Abstract

Proses akulturasi atau percampuran budaya pernikahan antara etnis Jawa dengan Mandailing di Desa Sidojadi sudah lama terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses akulturasi budaya pernikahan etnis Jawa dengan etnis Mandailing di Desa Sidojadi Kecamatan Bukit Malintang Kabupaten Mandailing Natal dan apa saja hambatan dalam akulturasi budaya pernikahan etnis Jawa dengan etnis Mandailing di Desa Sidojadi Kecamatan Bukit Malintang Kabupaten Mandailing Natal. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses akulturasi budaya pernikahan etnis Jawa dengan etnis Mandailing di Desa Sidojadi Kecamatan Bukit Malintang Kabupaten Mandailing Natal terjadi sejak lama karena penduduk di desa ini lebih banyak beretnis Jawa karena adanya program transmigrasi masa pemerintahan Soeharto lalu menetap di desa tersebut, setelah itu penduduknya banyak yang menikah dengan penduduk etnis Mandailing dan menetap di Desa Sidojadi. Sehingga dalam kehidupan sosialnya penduduk etnis Jawa dan Mandailing sudah hidup berdampingan dan saling berinteraksi sosial, budaya bahkan kegiatan ekonomi hubunganannya sangat baik. Begitu juga dalam prosesi pernikahan sebelum pelaksanaannya kedua belah pihak baik pihak perempuan etnis Jawa dan pria beretnis Mandailing ataupun sebaliknya saling bermusyawarah untuk menentukan budaya apa yang akan dipakai saat acara pernikahan agar dapat menghindari konflik
Tergerusnya Tradisi Marsialap Ari Dalam Masyarakat Tapanuli Bagian Selatan Effan Zulfiqar; Safran Efendi Pasaribu
Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora Vol 7, No 2 (2023): Agustus 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jim.v7i2.2023.526-531

Abstract

Marsilap ari sebagai salah satu bentuk tradisi masyarakat di wilayah Tapanuli Bagian Selatan yang telah dipraktikan berabad-abad ternyata dalam 40 tahun terakhir sudah tergerus dalam kehidupan masyarakat terutama di perdesaan. Artikel ini mencoba melihat apa saja yang menjadi factor penyebab tergerusnya kearifan lokal marsialap ari. Dengan pendekatan studi pustaka, diketahui  penyebab tergerusnya tradisi marsialap ari tersebut, diantaranya menguatnya nilai-nilai individualistik, pragmatis dan materialistik di tegah-tengah masyarakat. Termasuk  kehadiran mesin-mesin  pertanian  juga telah mengambil alih semua yang dikerjakan dengan marsialap ari selama ini sejak tahap pembersihan sawah sampai panen. Di samping tradisi marsialap ari tidak lagi tersosialisasi dengan baik kepada kaum muda di desa sebagai betuk tradisi lokal yang harus dipertahankan keberadaannya. Sementara para kaum tua sudah tidak mampu lagi bekerja di sawah/kebun dengan marsialap ari. Hal-hal tersebutlah yang menjadi penyebab mengapa tradisi ini dalam 40 tahun terkhir semakin tergerus dalam kehiduoan sosial masyarakat di wilayah Tapanuli Bagian Selatan