FX. EKO ARMADA RIYANTO
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Persahabatan merespon tanda-tanda zaman (analisis historiografis duc in altum kolaborasi stft widya sasana) FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 30 No. 29 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v30i29.6

Abstract

This article focuses on the theme of collaboration and friendship lived and experienced in Widya Sasana School of Philosophy and Theology to respond the challenges of the times. The methodology applied is analysis of historical moments without going into the details of the events based on the original documents of foundation of the campus. The goal of study is to analize how friendship and collaboration have shaped and built up this campus. STFT Widya Sasana is metaphorically like a ship that has to continue to sail across the ocean of educational challenges from time to time. This historiographical analysis study found that true friendship needs to prioritize missionary, collaborative, dialogical, accountable and sustainable characters for the priestly education in such a way that the alumni be able to respond to the challenges of the times.
“Percikan” Revolusi 4.0 Refleksi Filosofis Tentang Siapa Manusia Dan allah FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 29 No. 28 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jika revolusi industri 4.0 dimetaforakan sebuah “big bang” peradaban baru manusia zaman ini, baiklah refleksi kecil ini menyimak “percikan- percikannya”. Sebab, meski dentumannya tidak terdengar, “percikan- percikan” itu diantaranya secara nyata berdampak pada diri dan keluarga kita, suasana dan tuntutan institusi tempat kita bekerja, sekolah dan sistem pendidikan dengan mentalitas baru dari peserta didik di mana kita mengajar, komunitas rumah kita menghayati panggilan dan perutusan, societas dan bangsa yang kita abdi, dan terutama persekutuan umat Allah yang kita cintai.
“Aku Indonesia, Aku Pancasila” Sebuah Refleksi Kesadaran Konstruksi Diri FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 27 No. 26 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Filsafat berawal dari “aku.” Filsafat mulai dengan kesadaran diri1. Atau, filsafat mulai dengan kesadaran “aku”. Kesadaran akan “aku” artinya apa? Bila kita menyadari nama dan asal usul keluarga atau tempat kita dilahirkan, kesadaran itu bukan kesadaran akan “aku”. Kesadaran itu sekedar satu dua pengetahuan informatif tentang sebagian dari keberadaanku. Bila kita menyadari kelemahan dan kekuatan diri sendiri, itu pun belum bisa disebut kesadaran akan “aku.” Sebab, itu sekedar pengenalan ciri atau karakter fisik atau sekitar itu.
Asal Usul “Liyan” FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 27 No. 26 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menguraikan filsafat Liyan atau “Other” mengandaikan pemahaman tentang eksplorasi “Self”. Filsafat pertama-tama adalah filsafat tentang “Self”. Jika “Self” adalah kepenuhan manusia sebagaimana kita simak dalam metafisika Timur (Hinduisme) dan juga Filsafat Yunani, dan di luar “Self” tidak bisa dibayangkan dan dipikirkan, dimana letaknya “Other” (Liyan) secara filosofis dapat diuraikan? Di bawah ini sebuah upaya sederhana untuk menggali makna Liyan “the Other”.
Gerakan-Gerakan Pencerahan Indonesia FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 27 No. 26 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Uraian di bawah ini memiliki asumsi berikut: Perjalanan panoramik politik Indonesia pertama-tama adalah “sembulan-sembulan aneka gerakan pencerahan”. Disebut “sembulan”, karena merupakan peristiwa-peristiwa yang secara khas milik zamannya, lahir dari kreativitas dan pasionitas (rasa cinta yang berkobar-kobar) anak-anak muda negeri ini terhadap bangsanya. Dikatakan “sembulan” karena juga bukan merupakan sebuah seri peristiwa yang berlangsung sistematis. Di suatu waktu muncul dahsyat. Di kesempatan lain, tampil redup. Tetapi peristiwanya menggebrak, mengubah, mencerahkan.
Pancasila di Ruang Keseharian FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 27 No. 26 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konon tanggal 6 Juni 1901, saat Bung Karno lahir, Indonesia mendapat “pulung” (kilatan cahaya dari langit). Tradisi nenek moyang mengatakan bahwa jatuhnya “pulung” menandakan sebuah pesan datangnya peristiwa dahsyat di hari depan. Salah satu peristiwa dahsyat itu terwujud ketika Bung Karno mencetuskan kristalisasi nilai-nilai luhur yang diderivasi dari tradisi tata hidup bersama bangsa sendiri. Kristalisasi itu disebutnya Pancasila. Sejak di bangku SD, setiap orang Indonesia diajar menghapal ke- lima sila. Orang memang hapal Pancasila, tetapi kerap tidak mengerti nilai dan maknanya. Yang terlupakan: manusia Indonesia tidak pernah melakukan diskursus rasional kebalikannya, yang saya sebut “de- Pancasila-isasi”. “De-Pancasila-isasi” merupakan fenomena-fenomena peristiwa dan kemunculan paham ideologis-agamis maupun non agamis yang berusaha merelativir dan menggeser Pancasila.
Menyembah “Allah Yang Kalah” Pergulatan Absurditas Salib FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 26 No. 25 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mengapa Yesus yang tidak bersalah disalib secara amat keji? Malah, tidak hanya itu, Dia disesah, dicambuki secara brutal dengan cambuk yang ujungnya bertembilang besi? Mengerikan. Sebuah derita absurd. Itulah satu dua pertanyaan dari seorang sahabat kala merenungkan The Passion of Christ, Penderitaan Kristus. Orang terhenyak oleh sebuah tontonan derita yang absurd. Kita larut dalam sebuah kekejaman salib. Di sana Allah jelas kalah, kalah oleh kekuatan yang menderanya. Kita menyaksikan sebuah pengorbanan luar biasa dari Kristus. Dalam teologi kita menyimak bahwa derita itu dimaksudkan untuk menebus manusia.
Panorama Gereja Katolik Indonesia [1] Menyimak Kontribusi Muskens Dan Steenbrink FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 25 No. 24 (2015)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Melukiskan panorama sejarah Gereja Katolik Indonesia dalam beberapa halaman dapat terjebak dalam “ketidakadilan”, karena begitu luas rentangan waktu dan cakupan aneka peristiwanya. Karena itu, saya mengajukan terlebih dahulu dua kontribusi dari dua penulis buku Sejarah Gereja Katolik Indonesia (SGKI), Martinus Muskens (seorang imam diosesan) dan Karel Steenbrink (seorang awam Katolik). Muskens berasal dari tahun-tahun tujuhpuluhan; sementara Steenbrink berasal dari kurun saat ini. Dua kontribusi penulis ini saya pandang representatif untuk maksud agar kita mengerti perspektif sekaligus “pesona” perjalanan panoramik Gereja Katolik Indonesia. Dari kedua penulis kita belajar bahwa penulisan sejarah meminta keketatan dan keakuratan riset sumber-sumber (asli) sekaligus pentingnya perspektif yang benar. Misi Katolik di Hindia Belanda Timur (Indonesia) dihidupkan kembali sejak tahun 1808 dengan susah payah1, sebab selama kurun dua ratus tahun sejak tahun 16022, Gereja Katolik telah dihancurkan oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Nyaris tidak ada lagi kegiatan misi Gereja Katolik di tahun-tahun itu. Pusat-pusat Katolik peninggalan Portugis telah dipadamkan oleh VOC atau kaum Protestan (imbas suasana perang agama di Eropa). Orang-orang Katolik “diregristrasi” ke dalam komunitas- komunitas Protestan.
Panorama Gereja Katolik Indonesia [2]: Pendudukan Jepang Dan Pemulihannya (Konteks Misi Surabaya) FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 25 No. 24 (2015)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Panorama sejarah Gereja Katolik di Indonesia dalam ruang yang terbatas pasti tak mungkin menjangkau secara adil seluruh momen perjalanannya. Pilihan periode pendudukan Jepang dan pemulihannya menjadi aksentuasi tulisan ini. Tetapi, beberapa panorama tahun-tahun sebelum periode pendudukan Jepang kiranya perlu disimak sepintas1, agar posisi aksentuasi tulisan ini (Sejarah Gereja Katolik periode hancurnya karya misi konteks Misi Surabaya) dapat lebih dimengerti. Konteks misi Surabaya dipilih karena alasan praktis, i.e., selama ini menjadi tema wilayah riset penulis hampir lima belasan tahun.
“Kebahagiaan” Itu Tak Ada Puisi-Puisi Auschwitz FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah lembar demi lembar, bahkan puluhan atau ratusan halamandalam buku ini, semuanya berusaha menguak dan mengulas makna kataKebahagiaan. Tetapi pernahkah terlintas di dalam benak kita, bahwaKebahagiaan itu tidak ada? Atau, lebih tepat, Kebahagiaan itu pernah tidakada; pernah menjadi kata tidak populer dalam sejarah hidup manusia; pernahmerupakan kata yang tak terlintas sedetik pun dalam benak kerinduanmanusiawi.