Valentinus Saeng
STFT Widya Sasana

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Konsep Persahabatan Dalam Pemikiran Thomas Aquinas Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 30 No. 29 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v30i29.7

Abstract

Friendship is a word that is very familiar to us and we often hear it in the daily people’s conversation. The public or general opinion understands that friendship is the same as a companionship or a meaning of friend has an identical sense with a companion or a colleague. But how about this identification? Is it true? This paper attempts to elaborate the friendship meanings, by presenting its motives (intentions) and purpose (finality), so that we can understand the signification of friendship. The object of this research is the concept of friendship in Thomas Aquinas' thought. And the approach used in this research is a critical historical study.
Antara Eureka Dan Erica: Konsep Manusia Di Era 4.0 Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 29 No. 28 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manusia kontemporer sedang memulai sebuah era baru yang disebut Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 tiada lain adalah sebuah tahapan yang lebih tinggi atau langkah maju dari Revolusi Industri terdahulu, yang ditandai oleh kehadiran Internet of and for Things (IOT), artificial in- telligence (AI), genetic engineering (GE), Inplantable Technologis, Storage for All, The Connected Home, Big Data, Driverless Cars, Robot Doctor, Neurotechnologies, Bitcoin and Blockchain, 3D Print- ing.1 Kehadiran beraneka ragam perangkat teknis super-canggih itu mengubah mulai dari pola kerja, gaya hidup, cara berkomunikasi dan bertransportasi, cara menjaga maupun merawat kesehatan, pola pengambilan kebijakan hingga eksistensi dan desain dari sebuah kota (Smart City) maupun hakikat atau jati diri manusia (life extension, memory extraction, Designer Being atau Designer Babies)2 karena kemampuan alat-alat itu merobotkan kemanusiaan.3 Maka satu persoalan besar yang hendaklah diperhatikan, jika ditinjau dari sudut manusia, ialah apakah kehadiran alat-alat teknologi yang super-pintar itu hanya untuk meringankan beban kerja, meningkatkan produksi, meringkas jarak dan mempersingkat waktu, dan di bidang biologi misalnya, berhenti pada menyembuhkan penyakit, memulihkan luka-luka atau memperpanjang nafas dan menyentosakan hidup manusia, dapat dimanfaatkan untuk membuat hidup manusia “menjadi lebih baik”?
The Fourth Industrial Revolution: Quo Vadis Agama Dengan Tuhannya? Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 29 No. 28 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat kontemporer di negara-negara industri maju dan kalangan menengah ke atas serta kaum cerdik pandai di banyak negara sedang memperbincangkan dengan serius dan seru sebuah tema fundamental dan decisif bagi manusia dan alam lingkungan, yaitu “revolusi industri keempat” atau revolusi industri era 4.0. Tema ini mencuat ke ranah publik dan menjadi bahan perbincangan hangat berkat buku The Fourth Industrial Revolu- tion yang ditulis oleh Klaus Schwab, Pendiri dan Pemimpin Utama Forum Ekonomi Dunia (Founder and Executive Chairman of the World Eco- nomic Forum), yang mengorganisasikan pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia itu di kota Davos, Swiss. Terhadap Revolusi Industri 4.0 ini negeri Jepang, misalkan saja, sudah memberi satu tanggapan dengan meluncurkan Society 5.0 atau Super-smart Society.2 Tujuannya ialah “menciptakan sebuah masyarakat Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution (New York: Crown Business, 2017). yang mampu memecahkan beragam tantangan sosial dengan memadukan inovasi dari revolusi industri 4.0 (seperti IoT, big data, intelligensi artifisial (AI), robot dan economi yang merata) ke dalam setiap kehidupan industri dan sosial... menjadikan hidup manusia lebih serasi dan berkelanjutan.3 In- donesia sebagai negara yang ber-Ketuhanan yang Maha Esa memberikan tanggapan apa?
Revitalisasi Pancasila Demi Indonesia Yang Religius Dan Beradab Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 27 No. 26 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketika Presiden Soeharto mengundurkan diri pada tgl. 21 Mei 1998 berakhirlah regim Orde Baru yang telah menguasai panggung kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia selama 32 tahun secara otoritarian. Pengunduran diri Soeharto merupakan dampak dari krisis multi-dimensi yang diawali dengan krisis finansial ’98 yang melanda benua Asia. Mo- mentum krisis dan kritis itu dimanfaatkan oleh segenap unsur yang anti- Soeharto untuk menumbangkannya yang mendapat dukungan sangat luas dari kalangan kampus dalam bentuk demonstrasi massif berskala nasional dan kontinyu. Benturanpun tidak dapat dihindarkan, sehingga berujung pada kerusuhan sosial bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) yang melanda Jakarta dan sekitarnya pada tgl. 13-14 Mei 1998.
Misericordiae Vultus: Sebuah Catatan Pengantar Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 26 No. 25 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bulla Misericordiae Vultus1 (MV) – Wajah Kerahiman dimaklumkan secara resmi dan meriah di Basilika St. Petrus tgl. 11 April 2015. Isinya terdiri atas 25 poin penting yang saling berkaitan. Dengan Bulla ini, Paus Fransiskus bermaksud melanjutkan apa yang telah dibahas secara panjang lebar dalam ensiklik Evangelii Gaudium (EG) Tahun 2013. Dalam EG Paus membuat sebuah analisa yang tajam dan mendalam tentang situasi sosial, politik, ekonomi dan kultural kontemporer yang sarat dengan beragam kontradiksi akibat relasi dan interaksi dari banyak faktor dan unsur yang ansich bertentangan satu sama lain, tetapi pada saat yang sama menyangga bangunan masyarakat global. Kontradiksi itu menyebabkan banyak sekali dampak bagi kehidupan Gereja dan dampak itu diperparah lagi oleh situasi internal Gereja yang lebih menampilkan wajah institusional- normatif-liturgis dan tua-bangka ala mummi di museum daripada wajah yang gembira dan penuh cinta kasih.
Gereja Dalam Pusaran Ideologi Global: Sebuah Diagnosis Dan Prognosis Seturut Evangelii Gaudium Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 25 No. 24 (2015)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Komunikasi massa menafikan kebudayaan dan pengetahuan. Tidak ada persoalan tentang realitas simbolis atau proses didaktif yang berperanserta, karena hal itu akan mengkompromikan partisipasi kolektif yang menjadi makna perayaan, suatu partisipasi yang bisa dijalani melalui sebuah liturgi semata, kode resmi tanda-tanda yang secara teliti telah mengosongkan muatan makna.1
Konsili Vatikan Ii: Sebuah Revolusi Sunyi Dan Pengaruhnya Bagi Gereja Katolik Indonesia Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 25 No. 24 (2015)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanpa terasa Konsili Vatikan II telah memasuki usia setengah abad. Andaikata seorang manusia, Konsili Vatikan II sedang berada di usia dewasa dan merupakan periode yang produktif kalau disimak dari aspek karya. Konsili Vatikan II merupakan salah satu dari aktivitas Gereja, yang secara esensial dan eksistensial adalah Umat Allah sendiri, persekutuan dari manusia di seluruh dunia yang mengimani Yesus Kristus sebagai Sang Juruselamat. Karena alasan demikian, usia 50 tahun ialah usia Umat Allah sendiri yang telah melakukan pembaharuan diri secara radikal untuk menemukan jatidiri sebagai kaum pilihan yang dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia dengan semangat kasih, persaudaraan dan pengampunan yang tulus. Apakah di usia setengah abad ini Gereja menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, bersukacita, humanis, dialogal, solider, melayani, berbelaskasihan dan mengampuni seperti diamanatkan oleh Konsili Vatikan II?
Arti Kebahagiaan Sebuah Tinjauan Filosofis Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tiada seorang manusia pun senang lapar, bersukaria menahan dahagadan memohon doa dari rekan dan kenalan supaya jatuh sakit dan terussakit-sakitan. Semua orang ingin kenyang, sembuh dari sakit, hidupberkecukupan dan tenang lahir-batin tanpa terus diliputi kegalauan,kekhawatiran dan ketakutan. Secara kodrati manusia mencari kesenanganbadani bersamaan dengan ketentraman hati, menghindari sejauh mungkinkesakitan badan dan kecemasan batin. Singkat kata, secara naluri semuaorang mencari kebahagiaan dan menghindari kemalangan.
Hakikat Penderitaan Sebuah Tinjauan Filosofis Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

tengah lautan. Hidup merupakan gerak langkah dalam penderitaan yangberkepanjangan.Karena itu, semua ingin tahu mengapa manusia terus dihadapkanpada tumpukan penderitaan dan kesakitan yang mendera tanpa henti. Kitaterus menggugat dan meratapi nasib sambil bertanya adakah sesuatu yangsalah pada eksistensi manusia di dalam dunia. Kalau memang dunia memilikiawal dan akhir, diciptakan oleh Dia yang maha baik dan sempurna, lalu apaalasan Sang Khalik membiarkan derita dan nestapa menggerogoti hidupmanusia, yang adalah citra-Nya sendiri? Apakah penderitaan secara kodratiadalah hakekat keberadaan manusia di dunia, sebuah keniscayaan takdir?Bagaimana Dia harus menyikapi dan memaknai penderitaan-Nya?
Misi Pasionis di Indonesia Dalam Terang Misi Propaganda Fide Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v32i31.181

Abstract

Karya misi keselamatan oleh Gereja Katolik di seluruh dunia merupakan kelanjutan dari karya misi penyelamatan dan penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, lalu diteruskan para rasul dan para muridNya. Sejalan dengan upaya konsolidasi dan koordinasi untuk semua aktivitas misi Gereja baik dari sudut doktrinal, organisasi dan karya karitatif maupun karya pewartaan dan pengajaran, maka didirikanlah sebuah lembaga oleh Paus Gregorius XV, yaitu Sacra Congregatio de Propaganda Fide – SCDF atau Propaganda Fide tgl 22 Juni 1622. Propaganda Fide tiada lain adalah departemen atau dikasteri yang bertugas untuk mewartakan doktrin iman Gereja Katolik Roma. Sejarah misi Kongregasi Pasionis (CP) atau Pasionis di Indonesia berada dalam konteks misi Propaganda Fide. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian tentang hal ini bersifat kualitatif dengan perspektif kajian historis atas bermacam dokumen yang tersedia.