Peter Bruno Sarbini
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Allah Yang Al Rahman Dan Al Rahim Peter Bruno Sarbini
Seri Filsafat Teologi Vol. 26 No. 25 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sekelompok orang Yahudi pernah mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad SAW, “Laknat dan kematian bagimu, wahai Muhammad”. Siti Aisyah, istri Rasulullah SAW menjawab salam tersebut secara emosional dan berisi kecaman, “Laknat dan kematian bagi kamu semua”. Nabi Muhammad kemudian menegur istri tercinta, “Pelan-pelan wahai Aisyah, hendaknya kamu bersikap lemah-lembut dalam menanggapi masalah”. Dalam hadis lain dinyatakan bahwa Nabi Muhammad berpesan, “Hindarilah kekerasan dan perbuatan kasar”. Rasulullah SAW menjawab salam orang- orang Yahudi tadi dengan ucapan salam perdamaian. Peristiwa di atas menunjukkan kasih sayang, kesabaran dan keteladanan Nabi Muhammad, utamanya kepada para pengikutnya serta umat-umat agama lain pada umumnya. Teladan luhur ini sebenarnya bersumber dari Allah SWT yang dimanifestasikan dari sifatNya Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Untuk itu Rasulullah SAW pernah bersabda, “Mereka yang menebarkan kasih-sayang, niscaya dikasihi Yang Maha Kasih. Kasihilah mereka yang hidup di bumi, niscaya Tuhan yang berada di langit mengasihi kalian” (HR. Tirmidzi).
Harta dan Kekayaan Dalam Islam Peter Bruno Sarbini
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Al-Qur’an melukiskan harta sebagai kesenangan hidup di duniayang bersifat sementara. Allah berfirman: “Dijadikan indah bagi manusiamencintai bermacam-macam yang diingini, kepada perempuan-perempuan,anak-anak, harta yang berlimpah-limpah dari jenis emas, perak, kuda yangbagus, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,dan pada sisi Allah ada sebaik-baik tempat kembali (surga)”: Al-Qur’anSurah Aali ‘Imraan [QS. 3]: 14. Adapun yang bersifat kekal adalahkesenangan akhirat sebagaimana firman Allah berikut ini: “Hai kaumku,ikutlah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar”(QS. Al Mu’min [40]: 39). Demi kebutuhan hidup, Al-Qur’an mendorongmanusia mencari harta. Harta bisa bermakna rohani apabila manusiabersedia menafkahkannya di jalan Allah.
Mengritisi Dan Meluruskan Pandangan Tentang Kafir Peter Bruno Sarbini
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kenapa orang-orang Kristen sering disebut atau dicap kafir? Benarkah tuduhan dan sebutan tersebut ‘ditujukan’ dan ‘dialamatkan’ kepada kelompok lain yang berbeda agama? Apa dasarnya? Manakah sumber ajaran Islam yang menyatakan dan membenarkan sebutan itu? Itulah beberapa pertanyaan yang muncul dan meminta jawaban yang bisa dipertanggungjawaban kebenarannya. Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk mengkritisi dan meluruskan kembali istilah atau sebutan kafir. Dengan demikian pembaruan pemahaman yang salah tentang sebutan kafir bisa diluruskan atau dikembalikan lagi kepada makna benar.
Hijrah Menuju Harapan Baru dan Kejayaan Islam Peter Bruno Sarbini
Seri Filsafat Teologi Vol. 31 No. 30 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v31i30.168

Abstract

Hijrah is a very important event for Muslims, a milestone in the formation of Islamic civilization in Yathrib or Medina. Many lessons can be learned from this hijrah. The hijrah of the Prophet Muhammad and his companions was not a running away from reality, but a decision based on divine revelation to build new strength and hope that one day they could return with honor, dignity, glory and transformation. The opening of the City of Mecca was the evidence of their real victory, “izaa jaa a nashrullahi wal fath”, when Allah’s help arrived and the city of Mecca had been opened (Surah an-Nasr: 1). This paper describes the hijrah as an historic event taking place in the context of rejection, persecution, and death threats carried out by the Quraysh infidels in Mecca against Muhammad and his followers. They moved to Yathrib or Medina to find new hope, glory and social transformation. Furthermore, this article offers some thoughts regarding the implementation of the idea of ????hijrah in the context of our common struggle to mitigate the prolonged covid-19 pandemic
Wajah Islam Nusantara Bagi Gereja Peter Bruno Sarbini
Seri Filsafat Teologi Vol. 25 No. 24 (2015)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sejumlah kejadian besar tentang kekerasan dan teror terkait orang atau kelompok Muslim sejak peristiwa 11 September 2001 di AS, pengeboman di Bali (12 Oktober 2002) yang menewaskan banyak warga Australia, disusul Bom Bali II (1 Oktober 2005), pengeboman di Madrid (11 Maret 2004), pengeboman di London (2 Juli 2005) membuat wajah/citra Islam dan kaum Muslim kian memburuk (Republika, 10/9/2015). Kemunculan Boko Haram dan IS (Islamic State) yang menyebabkan eksodus migran dari Timur Tengah ke Eropa dalam beberapa bulan terakhir menambah buruknya citra dan wajah Islam serta kaum Muslim di mata banyak kalangan masyarakat non-Muslim. Kekacauan politik dan kekerasan yang terus berlanjut di Suriah, Irak, Libya, dan banyak wilayah di Timur Tengah turut menjadi faktor meningkatnya gelombang migrasi ke Eropa (Azyumardi Azra: 2015). Berbagai peristiwa dan perkembangan tidak menguntungkan itu memberi kesan kuat bahwa Islam dan kaum Muslim tidak berwajah humanis. Islam tidak lagi dipandang dan dirasakan sebagai pembawa keramahan, tetapi kemarahan. Benarkah Islam dan umat Muslim tidak lagi berwajah serta berhati humanis? Bila hal ini benar, maka Islamofobia sungguh tak terelakkan bagi umat beragama lain. Wajah macam apa yang hendak ditampilkan dari Islam Nusantara yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan bagi Gereja?
Persahabatan Sejati Dalam Islam Peter Bruno Sarbini
Seri Filsafat Teologi Vol. 30 No. 29 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v30i29.23

Abstract

A friendship in Islam is important. Even, a Muslim is suggested to be careful whom s/he is friends with. Making friends with the pious, good, right, honest, and other virtuous characters, will last forever to heaven. Only the prudent is able to be friends until heaven. The Quran emphasizes that friendship is not limited worldly relationship only, but it also determining our position in hereafter life (QS. az-Zukhruf: 67). A Muslim can meet everyone, but to make friends, make sure your friend is faithful (QS al-Maidah: 51, HR. Abu Daud, Tirmidzi). How precious to have a friend is. There are many verses in Quran and the SAW Prophet’s sunnah which contains the study of friendship.
Wajah Agamayang Beringas Di Ruang Publik Peter Bruno Sarbini
Seri Filsafat Teologi Vol. 27 No. 26 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Buku yang baru terbit berjudul “Islam Tuhan Islam Manusia: Agama dan Spiritualitas di Zaman Kacau”, cukup menarik. Sang penulis, Haidar Bagir menuturkan terjadinya pergeseran paradigma pemikiran keagamaan di Indonesia kontemporer. Paradigma pemikiran agama yang lebih mengedepankan harmoni itu kini digeser dan sedang digantikan oleh paradigma takfiri (kebencian, mengafir-ngafirkan). Ideologi takfiri ini mendorong sebagian umat beragama menjadi radikal dan melakukan pelbagai tindakan teror serta kekerasan.
Benturan- benturan Misi Gereja Katolik Peter Bruno Sarbini
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perjalanan dan misi Gereja Katolik senantiasa menghadapi beragam tantangan dan benturan, baik yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar. Gereja sering dipandang dan dinilai oleh pihak-pihak tertentu dengan stigma ketertutupan yang meng-claim dirinya sebagai satu-satunya jalan serta sumber keselamatan (extra ecclesiam nulla salus). Bagaimanakah keberadaan dan karya-karya Gereja yang mau memperkenalkan diri, tidak eksklusif dan relevan di tengah keragaman agama, budaya, suku dll? Tantangan-tantangan dan benturan apa saja yang dihadapi Gereja, utamanya di negara tercinta ini? Bagaimana Gereja menyikapi dan mengatasi berbagai benturan terhadap karya-karya serta misinya? Tulisan ini menguraikan dan berusaha menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan dan persoalan tersebut.