Petrus Go Twan An
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search
Journal : Seri%20FilsafatTeologi%20Widya%20Sasana

Soal eksistensial makna hidup, Titik-Temu Soal“Siapakah Manusia, Siapakah allah” Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 29 No. 28 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertanyaan “Siapakah manusia, siapakah Allah itu” dapat dilihat lebih eksistensial dalam riwayat hidup beberapa tokoh, a.l.Edith Stein yang setelah pergumulannya memilih jalan tertentu. Soal ini bukanlah masalah satu dua tokoh, melainkan merupakan soal semua orang, umat manusia pada umumnya. Soal ini tak melulu teoretis, melainkan sudah ribuan tahun dibahas secara akademis dan lebih eksplisit dalam filsafat dan teologi, dan lebih implisit dalam aneka ilmu, sehingga bersifat interdisipliner. Tiada maksud hanya mengulangi pelbagai jawaban itu, melainkan lebih memusatkan perhatian pada sifat eksistensialnya. Selayang pandang nampaknya dua soal ini hanya berbeda dan masing- masing harus dibahas tersendiri, agar ciri khasya lebih tampak dan menjadi lebih mendalam serta lebih jelas; tetapi terutama dari sudut eksistensial, kedua soal itu juga dapat dilihat dalam kaitan timbal-baliknya, sejauh menyangkut relasi yang memang mengandaikan substansi subsisten, tetapi juga masih dapat “dilengkapi & diperkaya” oleh suatu substansi lain. Hasil penelitian kedua soal itu tak diabaikan, melainkan justru diandaikan sejauh bukan hanya teori, apalagi hanya hipotesa, melainkan sudah dianggap sebagai ajaran tradisional Gereja dan dirumuskan dalam katekismus: misalnya Katekismus Gereja Katolik (KGK) edisi final 1997, yang demi penghematan (tulisan ini jangan terlalu panjang) tak selalu dikutip, melainkan hanya ditunjuk Dalam tulisan ini fokus diarahkan pada segi eksistensial yang terutama mengacu pada relasi antara keduanya. maka kaitannya lebih diperhatikan, meskipun biasanya merupakan dua soal.
Katekese Moral Dalam Rangka Pembaruan Gereja Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

“Gereja harus senantiasa diperbarui” (“Ecclesia semper reformanda”) tak perlu dibahas panjang-lebar lagi, sudah merupakan kebenaran yang diterima kebanyakan pihak. Tetapi untuk tulisan ini perlu pembatasan: baik bahan katekese maupun Gereja sendiri yang harus diperbarui dan jangka waktu keberadaannya.
Beragama Di Indonesia Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 27 No. 26 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketika Paus Benediktus XVI mengunjungi Inggris, dalam pidato 17- 09-2010 di depan masyarakat Inggris yang dihadiri korps diplomatik, akademisi, politisi dan pengusaha, Ia mengritik beberapa soal beragama, yakni: Marginalisasi agama Reduksi agama menjadi soal privat belaka, soal melakukan ibadat di depan publik 1. Hal ini saya sebut sebagai bahan perbandingan dengan keadaan di Indone- sia. Kritik Paus Benediktus XVI tak berlaku untuk Indonesia di mana peran agama juga di ranah publik amat besar. Keadaan ini memang tak selalu mudah untuk minoritas.
Citra Gereja Yang Rahim Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 26 No. 25 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tuhan memang maharahim dan kabar baik yang membebaskan ini tak boleh tinggal teori atau pengetahuan sejumlah kecil orang, melainkan harus disebarluaskan dan disambut oleh semua atau sebanyak mungkin or- ang. Tetapi harus ada pihak yang menyampaikannya, terutama agama- agama (dalam agama Islam sifat kerahiman Allah dikedepankan: Bismillah ir-rahman ir-rahim) dan khususnya bagi kita agama Katolik. Tetapi bagaimanakah citra Gereja Katolik? Bagaimana citra Gereja Indonesia yang hanya 3% dari jumlah penduduk yang kira-kira 250 juta?
Kerahiman Dan Keadilan Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 26 No. 25 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam “Misericordiae Vultus” yang mencanangkan tahun kerahiman 2015-2016 dalam art.10 dikeluhkan bahwa kerahiman kurang berperan dan bahkan perkataannya makin dilupakan, sedangkan keadilan terus menerus dituntut, maka baiklah tema hubungan antara kerahiman dan keadilan juga diangkat di sini. “Barangkali lama kita lupa menunjuk jalan kerahiman dan menempuhnya. Pada satu pihak godaan untuk terus menerus menuntut keadilan saja membuat kita lupa bahwa hal ini hanyalah langkah pertama. Langkah ini memang perlu dan tak dapat diabaikan, tetapi Gereja harus melampauinya demi tujuan yang bermakna dan lebih tinggi.Di satu sisi menyedihkan melihat bagaimana pengalaman pengampunan menjadi makin jarang dalam budaya kita. Malahan perkataannya sendiri rupanya makin menghilang”1 Banyak orang bermaksud baik, tetapi kurang memahami hal-hal yang harus mereka lakukan, meskipun seringkali mungkin lebih secara intuitif melaksanakannya. Misalnya: saya memang sudah memaafkan atau mengampuninya, (soal kerahiman), tetapi proses hukum (soal keadilan) jalan terus. Keduanya tidaklah saling bertentangan, melainkan urusan lain dan ada banyak kepentingan dan sudut pandangan yang harus diperhatikan juga.Tuhan memang mahaadil, tetapi ia juga maharahim. Kiranya faktor terakhir ini dulu kurang mendapat perhatian, dan dalam tahun kerahiman ini lebih diperhatikan, juga agar lebih berpengaruh atas hidup kita, baik sebagai orang yang diperlakukan dengan kerahiman Tuhan, maupun sebagai orang yang meneruskan anugerah itu dan bersikap penuh kerahiman terhadap sesama.
Mengapa Bergembira Dan Berbelaskasih? Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 25 No. 24 (2015)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam judul tulisan ini tak disebut subyek, karena sifat Tuhan seharusnya didekati manusia yang tak hanya menerima, melainkan pada gilirannya juga memberi (kegembiraan dan belaskasih). Hidup kita campuran suka-duka yang sering berhimpitan. Sukacita yang merupakan nada dasar Gereja Katolik yang tak tersingkirkan oleh dukacita yang juga kenyataan tak terbantahkan, apalagi dalam kesadaran bahwa kita pendosa dapat terus hidup berkat belaskasihan Tuhan. Tulisan ini pendek dan skematis, agar cukup jelas untuk dapat cepat dibaca.
Kebahagian dan Agama Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam buku memoar terakhir hidup publiknya Hans Küng (85), teologKatolik yang sejak 1979 sesuai dengan konkordat (perjanjian) antara Vatikandan negara-bagian Baden Wuerttemberg mengalami pencabutan “Missiocanonica” yang berarti dilarang mengajar di fakultas teologi di mana calonimam belajar dan kini terkena degenerasi macula (penyakit mata) danterancam penyakit demens menegaskan bahwa hidupnya bahagia (“erfuelltesLeben”) dan ia tak lengket pada hidup ini. Dengan demikian di dalam dirinyaterdapat secara terpadu dua istilah elementer, yakni “kebahagiaan” dan“agama” yang menjadi gara-gara bahan artikel ini. Keduanya amat rumitdan sulit didefinisikan. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengangkatnya denganharapan agar lebih disadari dan dihayati, supaya agama Katolik lebihdirasakan sebagai “wadah” kebahagiaan yang tetap bertahan terhadappenderitaan di dunia ini.
Catatan Kritis Tentang Teologi Kemakmuran (“Teologia Da Prosperidade”) Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penghayatan agama/iman seringkali tak lepas dari pemahaman, makabaiklah dalam rangka hari studi tentang kebahagiaan juga pemahamanini disinggung. Pemahaman tak selalu resmi dianut, tetapi dapat ikutmewarnai iman resmi.
Uang (Tidak) Membahagiakan Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Judul ini adalah peribahasa.1 Dalam beberapa bahasa ada pepatahserupa. Hal ini boleh dipandang sebagai indikasi adanya sekadar kebenaranyang diungkapkannya, entah karena pengalaman sejumlah orang, entahkarena pengamatan, terutama para pakar yang menelitinya. Tulisan inimembatasi diri dengan memeriksa pepatah itu secara kontekstual, artinyadengan memperhatikan konteks Indonesia.
Teologi Salib Kristus Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Judul ini dipilih untuk menghindari identifikasi dengan karya MartinLuther “Theologia Crucis” yang dilawankan dengan “Theologia Gloriae”,sedangkan tulisan ini tak dimaksudkan untuk mengulanginya, melainkan justrubermaksud mempersatukannya, mengimbangi teologi kemakmuran atauteologi sukses dan melengkapi pembahasan kebahagiaan dalam agamaKristiani yang harus tetap menjunjung tinggi Salib. Orang yang dibina hanyadengan teologi kemakmuran atau Injil sukses saja, tidak hanya kurangmendapat seluruh khazanah iman, melainkan juga dapat mempunyaimentalitas yang kiranya kurang siap menghadapi salib dalam hidupnya. Selainitu tak sedikit orang Katolik yang agak takut akan teologi salib, meskipunpengikut Kristus diharapkan siap memanggul salibnya.