RJ Natongam Sianturi
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Gereja Tanpa Mimbar: Sebuah Model Kepemimpinan Eklesial Feminis RJ Natongam Sianturi
KINAA: Jurnal Kepemimpinan Kristen dan Pemberdayaan Jemaat Vol. 1 No. 2 (2020): Kinaa: Jurnal Kepemimpinan Kristen dan Pemberdayaan Jemaat. Vol 1, No 2, Desemb
Publisher : IAKN TORAJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/kinaa.v1i2.19

Abstract

Abstract: Patriarchy culture has strongly influenced the Christianity on marginalizing women, especially limiting women's leadership in the church. Biblical theorems and the church fathers' views that subordinate women are also used as reasons to perpetuate male power in the church. Women are not only blamed for being considered the origin of sin, but also seen as weak, inferior, lustful, more emotional, and less rational than men. Although the Bible also records that there were women who became apostles and leaders, but this fact did not necessarily undermine the patriarchy culture in the church. Based on that, the author criticizes the patriarchy culture in the church and reconstructs a model of church leadership that sides with women. In this article, the author proposes a church without a pulpit as a feminist ecclesial leadership model with several concepts, namely (1) the church is women and women are the church; (2) the church as a common space; (3) the church as a space for friendship; and (4) the church as a space for sharing.   Keywords: leadership, women, feminist, ecclesiology.   Abstrak: Budaya patriarki secara kuat memengaruhi Kekristenan untuk memarginalkan perempuan terkhusus membatasi kepemimpinan perempuan di dalam gereja. Dalil-dalil Alkitab dan pandangan Bapa-bapa gereja yang mensubordinasikan perempuan juga turut digunakan sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan laki-laki di dalam gereja. Perempuan tidak hanya disalahkan karena dianggap sebagai asal dosa namun juga dipandang lebih lemah, lebih rendah, makhluk hawa nafsu, lebih emosional, dan kurang rasional dibandingkan dengan laki-laki. Walaupun Alkitab juga mencatat ada perempuan yang menjadi rasul dan pemimpin, namun fakta ini tidak dapat meruntuhkan budaya patriarki di dalam gereja. Berdasarkan itu, penulis mengkritisi budaya patriarki di dalam gereja dan merekonstuksi model kepemimpinan gereja yang berpihak kepada perempuan. Dalam artikel ini, penulis menggagas gereja tanpa mimbar sebagai model kepemimpinan eklesial feminis dengan beberapa konsep, yaitu (1) gereja adalah perempuan dan perempuan adalah gereja; (2) gereja sebagai ruang bersama; (3) gereja sebagai ruang persahabatan, dan (4) gereja sebagai ruang berbagi.   Kata kunci: kepemimpinan, perempuan, feminis, eklesiologi.
Perilaku Seksual Pranikah di Kalangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Kristen RJ Natongam Sianturi; Hasudungan Sidabutar
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 1 No 1 (2019): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v1i1.8

Abstract

This study was a survey research and the technique of collecting data was questionnaire. The result shown that there are 18 types of premarital sexual behaviour conducted by students of Program Studi PAK STAKN Kupang, they are: 1) holding partner's hands;2) cuddling;3) kissing on cheek;4) kissing on lips; 5) watching the porn video; 6) saving and searching porn images through internet line; 7) imaginating sexual intercourse; 8) talking porns with friends; 9) kissing the neck; 10) kissing onto breast; 11) touching breast; 12) fingering; 13) masturbating; 14) sex talk (talking dirty) with partners; 15) sex chat or sex phone or sex cam; 16) petting; 17) conducting intercourse; 18) oral sex. The patterns of sexual behaviour in this study were 3 types, they are: 1) holding partner's hands; 2) cuddling; 3) kissing on cheeks. The three of these types were in the high percentages, whereas the 15 left were in low percentages. In anticipating premarital sexual behavior among students, especially those who have sexual intercourse to lead to pregnancy. It is needed an action from the university management to students both men and women who disobey the rules by dropping them out from the college. It is expected to be cured of habbit for rule violators and provide lessons to their junior. Penelitian ini merupakan penelitian survei tentang perilaku seksual pranikah di kalangan mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Kristen STAKN Kupang. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada delapan belas bentuk perilaku seksual pranikah mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Kristen STAKN Kupang yaitu: 1) pegangan tangan dengan pacar atau pasangan; 2) berpelukan dengan pacar atau pasangan; 3) berciuman pipi dengan pacar atau pasangan; 4) berciuman bibir dengan pacar atau pasangan; 5) menonton video porno; 6) menyimpan atau mencari gambar porno dari internet; 7) membayangkan melakukan seksual dengan lawan jenis; 8) membicarakan hal porno dengan teman; 9) mencium leher atau leher dicium pacar atau pasangan; 10) berciuman sampai ke daerah payudara; 11) memegang payudara atau payudara dipegang pacar atau pasangan; 12) memegang alat kelamin pacar atau pasangan; 13) masturbasi atau onani; 14) membicarakan hal porno dengan pacar atau pasangan; 15) melakukan chat sex atau sms sex atau phone sex atau cam sex; 16) petting; 17) melakukan hubungan seksual; dan 18) oral sex. Tiga bentuk perilaku seksual yaitu: 1) pegangan tangan dengan pacar atau pasangan; 2) berpelukan dengan pacar atau pasangan; 3) berciuman pipi dengan pacar atau pasangan dengan persentase tinggi sedangkan lima belas bentuk perilaku seksual lainnya berada pada persentase rendah.`Untuk mengantisipasi perilaku seksual pranikah di kalangan mahasiswa terutama yang melakukan hubungan seksual hingga mengakibatkan kehamilan perlu ada sikap yang tegas dari pimpinan perguruan tinggi kepada mahasiswa yang melanggar aturan yang ada baik laki-laki maupun perempuan dengan memberhentikan atau mengeluarkan mereka dari perguruan tinggi tersebut. Hal itu diharapkan untuk memberikan efek jera kepada pelanggar aturan sekaligus memberikan pembelajaran kepada adik-adik kelasnya.