Claim Missing Document
Check
Articles

KONSTRUKSI SOSIAL SISWA SMA TERHADAP MITOS BUYUT CILI SEBAGAI TRADISI LISAN SEJARAH BLAMBANGAN Suprijono, Agus
Paramita: Historical Studies Journal Vol 23, No 2 (2013): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v23i2.2671

Abstract

The research focused on a social construction or interpretation of the Buyut Cili Myth as a storytelling tradition Blambangan history. The research objectives identified socially constructed form of knowledge as well as the values of the Buyut Cili myth. The research method was classroom action research. The result of the research found that Buyut Cili myth was a conceptual instrument for students to understand the concept of historical continuity. The complexity of life was contained in reality which displayed by the Buyut Cili. It proved that social reality was plural or multi-dimension. The Myth of Buyut Cili is as a learning resource to achieve basic competence to describe the historical tradition in Indonesian society during the prehistory and history” consisted of historical, religious, cultural, social, and economic values, that needed for students’ character education.Keywords: social construction, buyut cili myth, oral tradition Fokus penelitian adalah konstruksi sosial atau pemaknaan terhadap mitos Buyut Cili sebagai tradisi lisan sejarah Blambangan. Tujuan penelitian mengidentifikasi hasil konstruksi sosial berupa pengetahuan maupun nilai-nilai dari mitos Buyut Cili. Metode penelitian adalah classroom action research. Hasil penelitian adalah mitos Buyut Cili  merupakan instrumen konseptual bagi siswa memahami konsep kesinambungan sejarah. Kompleksitas kehidupan terkandung pada realitas yang ditampilkan oleh mitos Buyut Cili membuktikan bahwa realitas sosial atau kenyataan sosial bersifat jamak atau multidimensional. Mitos Buyut Cili sebagai sumber belajar untuk mencapai kompetensi dasar “mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan masa aksara” sarat nilai historis, agama, budaya, sosial, dan ekonomi yang urgen untuk pendidikan karakter siswa. Kata kunci: konstruksi sosial, mitos buyut cili, tradisi lisan   
KONSTRUKSI SOSIAL REMAJA OSING TERHADAP RITUS BUYUT CILI SEBAGAI CIVIC CULTURE UNTUK PEMBENTUKAN JATIDIRI Suprijono, Agus; Pasya, Gurniwan Kamil
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 13, No 2 (2013): APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpp.v13i2.3431

Abstract

Fokus penelitian adalah eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi remaja Osing terhadap Buyut Cili serta kesadaran diri atau konstruksi diri. Tujuan penelitian mendeskripsikan pembentukan pengetahuan, internalisasi nilai, dan motif tindakan serta identifikasi kesadaran diri. Metode penelitian fenomenologi, teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah remaja Osing dalam konstruksi sosial terhadap realitas sosial dan budaya masyarakatnya mampu mengembangkan domain psiko-sosial yakni kebiasaan berpikir dan bersikap yang menopang berkembangnya harmonisasi kehidupan sosial dan komitmen sebagai anggota masyarakat yang bernalar dan diterima dengan sadar terhadap nilai dan prinsip hidup berdemokrasi.
Implementation of Local Wisdom of Minang Culture (Studies Of The Minang Diaspora in Surabaya) Trisa, Yosi; Suprijono, Agus; Jacky, M
The Indonesian Journal of Social Studies Vol 2, No 1 (2019): July
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of the study was to understand how the application of Minang Culture Local Wisdom values "in the earth is grounded, there is the sky dijunjuang" in the Context of Ethnopedagogy by Perantau Minang in the City of Surabaya. This research is qualitative in nature with an ethnographic approach that was carried out for three months (August-October 2018) to Minangkabau migrants in the city of Surabaya. The results of the study show that there are at least five Minangkabau cultural values that are very important to be included as part of the ethopathic material. The nine cultural values are: 1) Caring for and maintaining Mother Language; 2)?Dima bumi dipijak, disitu langit dijunjuang?; 3)?Nan elok dek awak katuju dek urang; Lamak dek awak lamak dek urang; Sakik dek awak sakik dek urang?; 4)?Karatau madang di hulu, Babuah babungo balun; Marantau Bujang dahulu, Di rumah baguno balun?; 5)?Baraja ka na manang, mancontoh ka nan sudah?; dan ?Takuruang nak dilua, taimpik nak diateh?; 6) ?Yang buta penghembus lesung, yang pekak pelepas bedil, yang lumpuh penghuni rumah, yang kuat pemikul beban, yang bodoh untuk disuruh-suruh, dan yang pintar lawan berunding.?; 7) ?Hiduik baraka, baukue jo bajangko?; 8) ?Nan tuo dihormati, nan ketek disayangi, samo gadang bawo bakawan, ibu jo bapak diutamokan.?;9) ?Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah??Keywords: ethnopedagogy, local wisdom, Minangkabau culture.
KONSTRUKSI SOSIAL SISWA SMA TERHADAP MITOS BUYUT CILI SEBAGAI TRADISI LISAN SEJARAH BLAMBANGAN Suprijono, Agus
Paramita: Historical Studies Journal Vol 23, No 2 (2013): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v23i2.2671

Abstract

The research focused on a social construction or interpretation of the Buyut Cili Myth as a storytelling tradition Blambangan history. The research objectives identified socially constructed form of knowledge as well as the values of the Buyut Cili myth. The research method was classroom action research. The result of the research found that Buyut Cili myth was a conceptual instrument for students to understand the concept of historical continuity. The complexity of life was contained in reality which displayed by the Buyut Cili. It proved that social reality was plural or multi-dimension. The Myth of Buyut Cili is as a learning resource to achieve basic competence to describe the historical tradition in Indonesian society during the prehistory and history” consisted of historical, religious, cultural, social, and economic values, that needed for students’ character education.Keywords: social construction, buyut cili myth, oral tradition Fokus penelitian adalah konstruksi sosial atau pemaknaan terhadap mitos Buyut Cili sebagai tradisi lisan sejarah Blambangan. Tujuan penelitian mengidentifikasi hasil konstruksi sosial berupa pengetahuan maupun nilai-nilai dari mitos Buyut Cili. Metode penelitian adalah classroom action research. Hasil penelitian adalah mitos Buyut Cili  merupakan instrumen konseptual bagi siswa memahami konsep kesinambungan sejarah. Kompleksitas kehidupan terkandung pada realitas yang ditampilkan oleh mitos Buyut Cili membuktikan bahwa realitas sosial atau kenyataan sosial bersifat jamak atau multidimensional. Mitos Buyut Cili sebagai sumber belajar untuk mencapai kompetensi dasar “mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan masa aksara” sarat nilai historis, agama, budaya, sosial, dan ekonomi yang urgen untuk pendidikan karakter siswa. Kata kunci: konstruksi sosial, mitos buyut cili, tradisi lisan   
ANALISIS KELAYAKAN KUALITAS LEMBAR KERJA PERSERTA DIDIK (LKPD) MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X SEMESTER 1 DI SMA NEGERI KABUPATEN SIDOARJO NUR TARSILA, HANIF; SUPRIJONO, AGUS
Avatara Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam sistem pendidikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sering dijadikan guru sebagai penunjang pencapaian kompetensi peserta didik dan mencapai tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan suatu perangkat pembelajaran, salah satunya berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sebagai bahan ajar yang efektif. Pemahaman tentang Lembar Kerja Peserta Didik yang diterbitkan penerbit swasta sangat penting dilakukan analisis kelayakan kualitasnya. Hal ini berarti LKPD yang digunakan sebagai pegangan wajib peserta didik saat ini, guru hendaknya mempertimbangkan analisis kelayakan kualitasnya sehingga kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana kelayakan kualitas kelengkapan komponen, kelayakan kualitas isi/materi, kelayakan kualitas fisik/kegrafisan, dan kelayakan kualitas bahasa LKPD Mata Pelajaran Sejarah yang dapat digunakan di SMA Negeri Kabupaten Sidoarjo.Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif, karena selain mendeskripsikan bagaimana kelayakan kualitas terhadap LKPD mata pelajaran sejarah Indonesia kelas X semester 1 di SMA Negeri Kabupaten Sidoarjo, kelayakan kualitas tersebut juga akan diprosentasikan dalam bentuk angka. Untuk mengetahui bagaimana kelayakan kualitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) mata pelajaran sejarah Indonesia, peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen serta wawancara dan dokumentasi untuk melengkapi hasil wawancara tersebut.Data diperoleh dari hasil wawancara, kuesioner dan dokumentasi ditiga sekolah yakni SMAN 1 Sidoarjo, SMAN 4 Sidoarjo dan SMAN 1 Wonoayu dengan jumlah responden sebanyak 105 peserta didik pada jenjang kelas X semester 1. Analisis kelayakan kualitas LKPD dilakukan pada tiga penerbit yakni CV. Tuntas Graha Pustaka Surakarta, PT. Intan Pariwara Yogyakarta dan CV. Viva Pakarindo Klaten. Data diolah dengan melakukan pengelompokan menjadi tiga kelas yakni kurang baik, baik dan sangat baik. Hasil olah data kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan hasil berupa tabel prosentase.Hasil penelitian menunjukkan kelayakan kualitas LKPD terhadap Mata Pelajaran Sejarah Indonesia kelas X semester 1 yang digunakan di SMA Negeri Kabupaten Sidoarjo memiliki nilai rata- rata kelayalan kualitas yang di terbitkan CV. Viva Pakarindo Klaten sebesar 60,27% (kurang baik), berbeda dengan nilai rata- rata kelayakan kualitas terbitan CV. Tuntas Graha Pustaka Surakarta yakni sebesar 77,85% (baik) dan nilai rata- rata kelayakan kualitas terbitan PT. Intan Pariwara Yogyakarta yakni sebesar 99,9% (sangat baik). Selain itu juga dilihat dari penilaian keterbacaan materi LKPD oleh peserta didik dalam perolehan skor rata- rata sebesar 81,6% dan penilaian keterbacaan bahasa LKPD perolehan skor rata- rata sebesar 80,7% dari ketiga LKPD mata pelajaran sejarah Indonesia dinyatakan baik.Kata Kunci: Kualitas LKPD Sejarah Indonesia Kelas X Semester 1, Aspek kelengkapan komponen, Aspek isi/materi, Aspek fisik/kegrafisan, Aspek bahasa
ANALISA TINGKAT KESULITAN SOAL LATIHAN USBN 2019 MELALUI APLIKASI ANATES PUTRI HIDINIA, DELLA; SUPRIJONO, AGUS
Avatara Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi telah memberikan dampak yang positif dan negative bagi setiap umat manusia. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi membuat tidak adanya batasan antar sesama manusia untuk berkomunikasi. Perkembangan ilmu dan teknologi membuat tidak adanya batasan antar sesama manusia untuk berkomunikasi. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia ke arah persaingan nasional maupun internaisonal. Salah satu cara yang ditempuh suatu negara dengan meningkatkan kualitas sumber daya menusia. Sumberdaya manusia yang berkualitas berakar dari kualitas pendidikan.Berdasarkan dokumentasi yang dilakukan penulis, penulis ingin menulis tentang Analisa Tingkat Kesulitan Soal Latihan USBN 2019 Melalui Aplikasi Anates ini adalah karena pada tahun kemarin beberapa media online memberitakan tentang bagaimana sulitnya soal UN maupun UNBK HOTS.Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dalam pengumpulan data berupa dua paket berbeda latihan USBN. Serta teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan wawancara. dimana peneliti mendapatkan soal latihan dari guru. Teknik triangulasi digunakan untuk menguji keabsahan data. Dari hasil penelitian, menurut siswa soal sulit merupakan soal yang tidak umum dan tidak diajarkan di kelas. Tentunya soal ini bukan soal yang bertipe hafalan. Serta soal-soal ini bukan materi kelas satu SMA yang bisa dihafal dengan mudah. Soal sulit ini menurutnya soal yang menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.Untuk kategori soal sedang, menurut siswa soal sedang disini soal yang tidak susah maupun tidak mudah. Jadi ditengah-tengah. Soalnya biasanya bukan yang bertipe hafalan maupun menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lain.Untuk kategori mudah, menurut siswa disini soal yang factual atau bisa dihafalkan serta bisa ditebak jawabannya. Bisa ditebak disini maksudnya soal ini soal-soal menjodohkan antara satu pernyataan dengan pernyataan lain.Kata Kunci : Kesulitan soal, Latihan Soal USBN.
PENGELOLAAN HUTAN DI JAWA DAN MADURA: KAJIAN TENTANG KEBIJAKAN EKSPLOITASI HUTAN TAHUN 1913-1932 NUR AFIFAH, IMROATUN; SUPRIJONO, AGUS
Avatara Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Selama tahun 2000-2009, deforestasi yang terjadi di Jawa mencapai 60,64% dan merupakan yang tertinggi dibandingkan pulau lain di Indonesia. Selain mengganggu daur karbon, deforestasi dan degradasi hutan di Jawa dan Madura menyebabkan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi kritis. Pengelolaan hutan di Indonesia (Nusantara), terutama di Jawa dan Madura sebenarnya sudah mulai mendapat perhatian sejak masa pemerintahan Daendels, terutama dalam bidang rehabilitasi hutan. Namun karena masalah prioritas dan kondisi politik saat itu, program rehabilitasi hutan berjalan lambat. Dan pada tahun 1927, pemerintah kolonial mengeluarkan UU Kehutanan untuk Pulau Jawa dan Madura yang dinamakan Boschordonnantie voor Java en Madoera 1927 (Ordonansi Hutan untuk Jawa dan Madura 1927).Adapun masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Mengapa pemerintah kolonial Hindia Belanda mengganti Reglemen Hutan 1913 dengan Boschordonnantie voor Java en Madoera 1927 (Ordonansi Hutan untuk Jawa dan Madura 1927)? dan (2) Bagaimana efektivitas kebijakan eksploitasi hutan di Jawa dan Madura tahun 1927-1932?. Dalam menjawab rumusan tersebut, peneliti menggunakan metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian ini adalah pemerintah kolonial mengganti Reglemen Hutan 1913 karena dua masalah, yaitu terkait masalah konversi hutan dan akses masyarakat terhadap hutan. Sedangkan terkait efektivitas kebijakan eksploitasi hutan selama 1927-1932, Ordonansi Hutan untuk Jawa dan Madura 1927 dapat dikatakan tidak efektif karena pembatasan akses masyarakat terhadap hutan ternyata tidak berhasil mengurangi kasus pelanggaran hutan secara signifikan.Kata kunci: Pengelolaan Hutan, Eksploitasi Hutan.
STUDI DESKRIPTIF PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KHASANAH, ISWATIN; SUPRIJONO, AGUS
Avatara Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Programme for International Student Assessment (PISA) menyebutkan bahwa hasil studi tahun 2009 menempatkan peserta didik Indonesia pada peringkat bawah 10 besar dari 65 negara peserta PISA. Sedangkan Global Institute menunjukkan hanya 5% peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tingkat tinggi, sedangkan peserta didik dari Korea mencapai 71%. Perkembangan zaman, menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang mampu berdaya saing, salah satunya dapat dilakukan dengan pembelajaran yang mendorong pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah rancangan pembelajaran guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik; (2) Apakah pelaksanaan pembelajaran guru telah mengarah pada pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik; dan (3) Apakah evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru telah mengarah pada pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa rancangan pembelajaran dalam bentuk RPP sudah mengarah dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, dengan persentase kelayakan RPP SMAN 13 Surabaya sebesar 74% dan SMAN 16 Surabaya sebesar 76%. Pelaksanakan pembelajaran telah mengarah pada pengembangan kemampuan berpikir kritis. Dan untuk soal evaluasi pembelajaran, keduanya dapat digunakan tanpa revisi dengan persentase kelayakan SMAN 13 Surabaya sebesar 80% dan SMAN 16 Surabaya sebesar 85,71 %. Meskipun begitu, secara keseluruhan substansi soal evaluasi keduanya belum mengarah pada berpikir kritis. Soal evaluasi SMAN 13 Surabaya, hanya memberikan stimulan sampai tingkat mengingat, memahami dan mengevaluasi dengan 26 soal pilihan ganda (74,28%) termasuk dalam aspek interpretasi berpikir kritis Facione. Sedangkan soal evaluasi SMAN 16 Surabaya, hanya memberikan stimulan sampai tingkat memahami dan menjelaskan dengan 16 soal pilihan ganda (64%) termasuk dalam aspek interpretasi, analisis, dan inferensi berpikir kritis Facione. Kata Kunci: Rancangan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, Evaluasi Pembelajaran, Berpikir Kritis
KONFLIK IDEOLOGI SOEKARNO DAN KARTOSOEWIRJO, 1923-1962 DZATIYAH HUDA, MAHBUB; SUPRIJONO, AGUS
Avatara Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Soekarno dan Kartosoewirjo adalah dua tokoh pergerakan yang sangat hebat. Kedua tokoh ini bahkan sama-sama pernah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun dengan ideologi yang berbeda. Yaitu, negara Indonesia Soekarno dengan asas nasionalisimenya dan negara Indonesia Kartosoewirjo dengan asas pan islamismenya. Namun jika dilihat dari sejarahnya, Soekarno dan Kartosoewirjo merupakan teman satu kos saat mereka tinggal di Rumah H.O.S. Tjokroaminoto. Soekarno dan kartosoewirjo tidak hanya tinggal di rumah H.O.S. Tjokroaminoto, tetapi juga berguru pada H.O.S. Tjokroaminoto. Oleh karena itu muncul pertanyaan bagaimana Soekarno dan Kartosoewirjo bisa berbeda ideologi, dan bagaimana konflik diantara keduanya. Berdasarkan dengan latar belakang tersebut, maka diperoleh beberapa rumusan masalah yaitu 1). Bagaimana proses eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi Soekarno dan Kartosoewirjo dalam perkembangan ideologi di Indonesia. 2). Bagaimana dampak dari hasil proses eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi Soekarno dan Kartosoewirjo dalam perkembangan ideologi di Indonesia. Berdasarkan dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses dan dampak dari hasil eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi Soekarno dan Kartosoewirjo dalam perkembangan ideologi pada masa itu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa meskipun pemikiran Soekarno dan Kartosoewirjo sama-sama dipengaruhi oleh H.O.S. Tjokroaminoto, namun ideologi yang dipegang berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan proses internalisasi yang mereka alami berbeda. Soekarno kemudian memilih memegang ideologi nasionalisme dan Kartosoewirjo memilih memegang ideologi Islam. Dalam konflik diantara mereka juga terdapat dramaturgi dibelakangnya. faktor pertemanan masalalu masih mereka bawa dalam konflik mereka.Kata Kunci: Konflik Ideologi antara Soekarno dan Kartosoewirjo, 1923-1964
RESPON GURU DAN SISWA SMA DI KABUPATEN TUBAN TERHADAP PENGELOLAAN MUSEUM KAMBANG PUTIH SEBAGAI SUMBER LITERASI SEJARAH DAN BUDAYA SERTA PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER , INDARTI; SUPRIJONO, AGUS
Avatara Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dewasa ini masyarakat Indonesia kurang memiliki kesadaranterhadap pentingnya peranan museum sebagai pendidikan, padahal di dalam museum itu sendiri terdapatbenda-benda peninggalan sejarah yang dapat digunakan untuk mengetahui sejarah dan budaya bangsa kita sehinggabisa membentuk karakter yang baik bagi generasi penerus. Hal ini juga berlaku terhadap Museum Kambang PutihTuban yang kurang dimanfaatkan untuk sarana pendidikan, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimanarespon guru dan siswa terhadap pengelolaan Museum Kambang Putih sebagai tempat literasi sejarah dan budayaserta penguatan pendidikan karakter.Penelitian ini termasuk dalam penelitian kulitatif dengan pendekatan deskriptif kuantitatif, karena selainmendeskripsikan bagaimana respon guru dan siswa SMA di Kabupaten Tuban terhadap pengelolaan museum respontersebut juga akan diprosentasikan dalam bentuk angka. Untuk mengetahui bagaimana respon guru dan siswa SMApeneliti menggunakan angket sebagai instrumen serta wawancara dan dokumentasi untuk melengkapi hasilwawancara tersebut.Dari hasil wawancara tersebut 123 siswa dari empat sekolah di Kabupaten tuban 122 siswa diantaranyamengatakan bahwa Museum Kambang Putih dapat digunakan sebagai tempat literasi dan pendidikan karakter,karena di museum sendiri terdapat banyak benda koleksi peninggalan sejarah mulai dari masa pra aksara sampaimasa kolonial. Selain itu juga terdapat koleksi alat musik tradisional dan batik serta alat untuk membuatnya.Sedangkan satu siswa lainnya mengatakan bahwa belajar sejarah bisa dilakukan dimana saja tidak hanya di museum.Untuk fasilitas juga sudah cukup baik, bersih dan penataan koleksi disesuaikan dengan masa untukmemudahkan siswa mempelajari sejarah, ruang pameran benda yang cukup luas. Walaupun belum sepertimuseum-museum di kota tetapi Museum Kambang Putih sudah nyaman jika digunakan sebagai tempat untukpembelajaran.Sedangkan respon daru guru, empat guru yang menjadi responden dua diantaranya memberikan responyang positif pula sedangkan dua lainnya ada yang megatakan kurang baik dan kurang tau bagaimana pengelolaanMuseum Kambang Putih kambang Putih. Untuk respon positif guru tersebut megatakan bahwa museum sudahmemiliki fasilitas yang baik serta koleksi yang mendukung untuk pembelajaran dan literasi. Sedangkan responnegatif karena menurut guru tersebut museum Kambang Putih koleksinya masih sedikit, padahal di museum sendirimemiliki lebih dari 5000 benda koleksi yang dapat dimanfaatkan sebagai pembelajaran karena mewakili dariberbagai priode masa di Indonesia. Kata kunci : pengelolaan museum kambang putih, literasi, pendidikan