Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGGANDAAN BASIS DI DALAM LINGKUP PEREKONOMIAN REGIONAL WILAYAH TAPAL KUDA DALAM PERIODE SEBELUM MAUPUN SETELAH PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Supriyono, Agus; Rondhi, Muhammad; Kusmiati, Ati
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol 5, No 2 (2011)
Publisher : Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.039 KB)

Abstract

Finding on research result is as follow: First; investment on economic sector of basis in sub- region of Madura Island, sub-region of Madura Gulf and also Kabupaten Sumenep as well as Sidoarjo, either in the period of before and after regional autonomy has relatively good role in encouraging development of regional economy, particularly in encouraging export sector to outer region. Second; investment on economic sector of basis in City of Surabaya, Pasuruan and Probolinggo either in the period of before and after regional autonomy has relatively good role in encouraging development of regional economy, particularly in encouraging the development of export sector to outer region. Third; investment on economic sector of basis in sub-region of Madura strait and also in Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pemekasan, Pasuruan, Probolinggo, as well as Situbondo, either in the period of before and after regional autonomy had caused the increase of demand for production in the economic sector of non- basis. Key Words: regional economy, base multiplier, Horse Shoe area, before and after regional autonomy
Isolasi, Validasi Metode dan Optimasi Awal Proses Ekstraksi Senyawa Penanda Eurycomanon dari Akar Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) Yunianto, Prasetyawan; Nurhadi, Nurhadi; Supriyono, Agus
Chimica et Natura Acta Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.57 KB) | DOI: 10.24198/cna.v5.n2.14690

Abstract

Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) secara etnofarmakologi digunakan sebagai obat herbal tradisional yang digunakan untuk afrodisiak dan vitalitas. Eurycomanon digunakan sebagai senyawa penanda dari ekstrak akar pasak bumi, namun kadar yang diperbolehkan dalam ekstrak pasak bumi sesuai standar Malaysia pada kisaran 0,8–1,5%, karena sifatnya yang toksik. Senyawa eurycomanon sebagai senyawa penanda dari  pasak bumi masih jarang dan harganya cukup mahal. Oleh karena itu, sangat diperlukan isolasi eurycomanon dan validasi metode analisanya serta proses ekstraksinya. Proses isolasi diawali dengan ekstraksi metode maserasi menggunakan pelarut metanol terhadap akar pasak bumi yang sudah dibuat serbuk. Hasil ekstraksi dipekatkan dan difraksinasi dengan pelarut air dan metanol secara bertahap dari 0% - 100% metanol mengunakan kolom resin stiren-divinilbenzen. Fraksi target dicek menggunakan UPLC-MS dan dilakukan isolasi lebih lanjut dengan HPLC semi preparatif menggunakan kolom RP C-18. Hasil isolasi dicek kemurnian dan spectrum UV-nya dengan HPLC analitis dengan detektor PDA (photo diode array) dan dilakukan elusidasi stuktur dengan NMR. Hasil isolat yang terkonfirmasi sebagai eurycomanon dilakukan validasi metode analisa dan digunakan untuk menganalisa hasil optimasi awal proses ekstraksi. Fraksi target diperoleh dari fraksi 25% metanol dan disolasi lebih lanjut menggunakan HPLC semi preparatif. Isolat yang diperoleh telah dikonfirmasi dengan elusidasi stuktur NMR sebagai senyawa eurycomanon dari akar pasak bumi dengan kemurnian 96%. Metode analisa diperoleh dengan menggunakan HPLC secara gradien elusi (asetonitril:air) pada  detektor UV 254 nm dengan kolom RP C-18, 150 x 46 mm, 5 µm. Kajian awal proses menunjukkan bahwa ekstraksi terbaik untuk akar pasak bumi dengan kadar etanol 30% pada suhu 50°C. Kajian ini dapat digunakan sebagai pembanding proses esktraksi akar pasak bumi yang berbeda dengan Buku Pedoman  Teknologi Formulasi Sediaan berbasis Ekstrak dari BPOM tahun 2013 Volume 2, yaitu menggunakan sistem maserasi dengan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:10.
Validasi Metode RP-HPLC untuk Penentuan Kadar Andrografolid Sebagai Senyawa Penanda pada Campuran Esktrak Purwati, Anisyah Is; Yunianto, Prasetyawan; Supriyono, Agus
Chimica et Natura Acta Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.46 KB) | DOI: 10.24198/cna.v5.n3.16056

Abstract

Andrografolid merupakan senyawa bioaktif dari tanaman sambiloto (Andrographis paniculata) yang berpotensi sebagai bahan obat. Kadar andrografolid dapat ditentukan menggunakan RP-HPLC. Penelitian ini bertujuan mengembangkan dan memvalidasi metode RP-HPLC untuk menentukan kadar andrografolid sebagai senyawa penanda untuk standarisasi formula obat herbal terstandar (OHT) dari campuran ekstrak tanaman sambiloto dan binahong (Andredera cordifolia). Metode RP-HPLC dikembangkan menggunakan kolom Sunfire C18 (150 × 4,6 mm, 5μm) dengan fase gerak asetonitril dan campuran 0,1% asam trifloroasetat dan metanol (90:10) secara elusi gradien serta laju alir fase gerak 1 mL/menit. Deteksi menggunakan detektor PDA pada panjang gelombang 230 nm. Andrografolid dielusi pada waktu retensi 9,77 dengan resolusi puncak 2,14. Respon dari standar andrografolid linear pada rentang konsentrasi 0,031-0,5 mg/mL dengan r2=0,9999. Akurasi dari metode ini, yaitu 94,46% dengan nilai RSD 1,73%. Presisi, limit deteksi (LOD), dan limit kuantisasi (LOQ) yang diperoleh masing-masing, yaitu 3,46%, 0,028 mg/mL, dan 0,096 mg/mL. Metode yang divalidasi ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penentuan kadar andrografolid dalam standarisasi obat herbal terstandar dari campuran ekstrak tanaman.
PENGARUH PENGELOLAAN ARSIP SERAT KEKANCINGAN TERHADAP PENGATURAN HAK ATAS TANAH BERSTATUS MAGERSARI PASKA PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG PERTANAHAN DAN AGRARIA (UUPA)1960 (STUDI KASUS ARSIP SERAT KEKANCINGAN DI KOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) Rakhmawati, Rina; Lestari, Ngesti; Supriyono, Agus
Jurnal Ilmu Perpustakaan Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.7 KB)

Abstract

Sengketa tanah banyak terjadi karena minimnya pengetahuan dalam pengelolaan bukti kepemilikan tanah, termasuk sengketa sultan ground. Meski hak milik ada di pihak keraton, sultan ground dapat diberikan kepada abdi dalem yang berjasa, berikut para ahli warisnya. ArsipSerat Kekancingan merupakan bukti kepemilikan sekaligus pemanfaatan sultan ground dengan status penghuni Magersari.Beberapa sultan ground berada di kawasan pariwisata dengan ragam wisatawan dalam maupun luar negeri. Namun pengaturannya masih belum memiliki kejelasan hukum, terutama dalam hal administrasi arsip serat kekancingan.Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa sistem kearsipan serat kekancingan belum memenuhi standar pengelolaan yang baik dan benar sehingga berpengaruh pada rumitnya penyelesaian beragam konflik yang terjadi di masyarakat, seperti sengketa di Jalan Suryowijayan, Jalan Brigjen Katamso Gondomanan dan Hotel Ambarukmo Kabupaten Sleman
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BEBERAPA SPESIES RUMPUT LAUT DARI PULAU SUMBA supriyono, agus
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 9 No. 1 (2007)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.852 KB) | DOI: 10.29122/jsti.v9i1.765

Abstract

The specimens of Caulerpa racemosa ,Codium edule, Halimeda tuna, Ulva reticulata, Dictyota dichotoma, Sargassum crassifolium, and Turbinaria ornata were collected from the Sumba Islands waters, Indonesia. The crude methanol extracts of those specimens, n-hexane, dichloromethane and water fraction of Sargassum crassifolium were tested for antioxidant activity using the thiocyanate method. The methanol extracts of Caulerpa racemosa, Halimeda tuna, Ulva reticulata, Dictyota dichotoma, Sargassum crassifolium, and Turbinaria ornata showed antioxidant activity, but extracts of Codium edule did not show antioxidant activity. All of the Sargassum crassifolium fractions were active, but the water fraction of this extract was more active than the other fraction.