Agustinus Supriyono
Department Of History, Faculty Of Humanities, Diponegoro University

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Representasi Ideologi dalam Teks Lagu ‘Andai Aku Jadi Gayus”: Sebuah Analisa Wacana Tentang Ketidakberdayaan Masyarakat Kecil terhadap Hukum Supriyono, Agustinus; Handayani, Sari
WIDYATAMA Vol 22, No 2 (2013): WIDYATAMA
Publisher : WIDYATAMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Musik merupakan bagian  yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam situasi apapun musik selalu mengisi kehidupan manusia. Sebagai bahasa universal musik menjembatani berbagai ungkapan perasaan dan situasi yang melatarbelakanginya. Sebagai sebuah karya seni, musik tidak hanya bersifat menghibur namun juga berfungsi sebagai media komunikasi yang tercermin dari teks lagu yang ditulis oleh penciptanya. Musik dan teks lagu dapat dipahami sebagai simbol komunikasi. Secara umum musik dan komunikasi mempunyai kemampuan untuk menciptakan kembali atau menentang struktur sosial yang dominan karena komunikasi terbentuk di masyarakat. Teks lagu, sebagai cerminan praktek wacana, sarat dengan kode-kode yang tidak nampak secara nyata yang terungkap melalui bahasa yang digunakan. Melalui lirik lagu, si penyanyi mengungkapkan berbagai macam tema-tema yang ada di masyarakat, dan dengan demikian lirik lagu menjadi bagian dari proses komunikasi sosial. Untuk berkomunikasi, pengguna bahasa menciptakan teks yang bisa dipahami, berterima dan bertatabahasa, karena tanpa pemahaman maka tidak tercipta komunikasi. Teks tidak berdiri sendiri, melainkan dilingkupi oleh konteks yang lebih luas seperti konteks situasi, konteks sosial budaya dan ideologi. Dalam hal ini ideologi dipandang sebagai sebuah cara pandang terhadap realita sosial. Kata Kunci : Ideologi, wacana, teks lagu
TINJAUAN HISTORIS BENTENG VOC DI JEPARA Supriyono, Agustinus
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 1 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i1.3419

Abstract

Article entitled “Tinjauan Historis Benteng VOC Di Jepara”  (Historical review of the VOC Fortress at Jepara”) discussed issues about background and purpose the building of the fortress. Furthermore should be showed the historical evidences which  potraied about the VOC Fortress at Jepara. As its  result could be conclude that the building of VOC Forttress at Japara has economical, political and military  purposes.Keywoords: Jepara, Forttress, VOC, history Artikel yang berjudul “Tinjauan Historis Benteng VOC Di Jepara”  membahas permasalahan mengenai latar belakang dan tujuan pembangunan benteng tersebut. Di samping itu akan disajikan bukti-bukti historis yang memberikan gambaran mengenai benteng VOC di Jepara. Dari hasil analisis sumber-sumber yang sejauh ini bisa ditemukan dapat disimpulkan bahwa pembangunan benteng VOC di Jepara mempunyai tujuan yang bersifat ekonomi, politik dan militer.Kata kunci: Jepara, benteng, VOC, sejarah 
TINJAUAN HISTORIS JEPARA SEBAGAI KERAJAAN MARITIM DAN KOTA PELABUHAN Supriyono, Agustinus
Paramita: Historical Studies Journal Vol 23, No 1 (2013): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v23i1.2494

Abstract

This article aims to explain and to prove the maritime life and tradition of the Indonesian society, especially in Jepara during the pre-colonial period, which in turn can be one of means to evoke the maritime spirit of Indonesian society. The glory of maritime kingdom of Jepara, particularly during the reign of Queen Kalinyamat, was mainly supported by big and powerful naval force. It could be known from the naval military expedition undertaken twice by Queen Kalinyamat to expel the Portuguese in Malaka. However, since the arrival of the West in Indonesia in the 17th century, especially Dutch, the maritime world in the Archipelago declined gradually.   Key words: Jepara, maritime kingdom, harbor city Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan dan membuktikan kehidupan dan tradisi maritim masyarakat Indonesia, khususnya Jepara pada jaman pra-kolonial, yang pada gilirannya bisa menjadi salah satu sarana untuk membangkitkan semangat dan jiwa bahari masyarakat Indonesia. Kejayaan kerajaan maritim Jepara, khususnya pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, terutama didukung oleh armada laut yang besar dan kuat. Hal itu dapat diketahui dari ekspedisi militer laut sebanyak dua kali yang dilakukan Ratu Kalinyamat untuk mengusir Portugis di Malaka. Akan tetapi, sejak kedatangan bangsa Barat di Indonesia pada abad 17, khususnya Belanda, dunia kemaritiman di Nusantara secara berangsur-angsur mengalami kemunduran. Kata kunci: Jepara, kerajaan maritim, kota pelabuhan
TINJAUAN HISTORIS JEPARA SEBAGAI KERAJAAN MARITIM DAN KOTA PELABUHAN Supriyono, Agustinus
Paramita: Historical Studies Journal Vol 23, No 1 (2013): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v23i1.2494

Abstract

This article aims to explain and to prove the maritime life and tradition of the Indonesian society, especially in Jepara during the pre-colonial period, which in turn can be one of means to evoke the maritime spirit of Indonesian society. The glory of maritime kingdom of Jepara, particularly during the reign of Queen Kalinyamat, was mainly supported by big and powerful naval force. It could be known from the naval military expedition undertaken twice by Queen Kalinyamat to expel the Portuguese in Malaka. However, since the arrival of the West in Indonesia in the 17th century, especially Dutch, the maritime world in the Archipelago declined gradually.   Key words: Jepara, maritime kingdom, harbor city Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan dan membuktikan kehidupan dan tradisi maritim masyarakat Indonesia, khususnya Jepara pada jaman pra-kolonial, yang pada gilirannya bisa menjadi salah satu sarana untuk membangkitkan semangat dan jiwa bahari masyarakat Indonesia. Kejayaan kerajaan maritim Jepara, khususnya pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, terutama didukung oleh armada laut yang besar dan kuat. Hal itu dapat diketahui dari ekspedisi militer laut sebanyak dua kali yang dilakukan Ratu Kalinyamat untuk mengusir Portugis di Malaka. Akan tetapi, sejak kedatangan bangsa Barat di Indonesia pada abad 17, khususnya Belanda, dunia kemaritiman di Nusantara secara berangsur-angsur mengalami kemunduran. Kata kunci: Jepara, kerajaan maritim, kota pelabuhan
TINJAUAN HISTORIS BENTENG VOC DI JEPARA Supriyono, Agustinus
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 1 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i1.3419

Abstract

Article entitled “Tinjauan Historis Benteng VOC Di Jepara”  (Historical review of the VOC Fortress at Jepara”) discussed issues about background and purpose the building of the fortress. Furthermore should be showed the historical evidences which  potraied about the VOC Fortress at Jepara. As its  result could be conclude that the building of VOC Forttress at Japara has economical, political and military  purposes.Keywoords: Jepara, Forttress, VOC, history Artikel yang berjudul “Tinjauan Historis Benteng VOC Di Jepara”  membahas permasalahan mengenai latar belakang dan tujuan pembangunan benteng tersebut. Di samping itu akan disajikan bukti-bukti historis yang memberikan gambaran mengenai benteng VOC di Jepara. Dari hasil analisis sumber-sumber yang sejauh ini bisa ditemukan dapat disimpulkan bahwa pembangunan benteng VOC di Jepara mempunyai tujuan yang bersifat ekonomi, politik dan militer.Kata kunci: Jepara, benteng, VOC, sejarah 
ANALISIS PELAKSANAAN AKUISISI ARSIP KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH PADA MASA ORDE BARU SEBAGAI UPAYA PENYELAMATAN ARSIP BERNILAI GUNA SEKUNDER DI BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH Primadani, Hendra Wirawan; Maryanto AA, Tri; Supriyono, Agustinus
Jurnal Ilmu Perpustakaan Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.955 KB)

Abstract

Judul skripsi ini adalah Analisis Pelaksanaan Akuisisi Arsip Sebagai Upaya Penyelamatan Arsip Bernilaiguna Sekunder Di Badan Arsip Dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan akuisisi arsip pada masa orde baru dari Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Tengah yang dilaksanakan oleh Badan Arsip Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai bentuk implementasi kebijakan akuisisi yang dibuat oleh pemerintah sebagai upaya penyelamatan arsip bernilaiguna sekunder setelah instansi tersebut terlikuidasi pasca jatuhnya orde baru.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Dalam tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber yang terlibat dalam proses pelaksanaan, pengumpulan dokumen pendukung, dan observasi dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap arsip-arsip yang tersimpan di Badan Arsip Dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. Pengolahan data menggunakan analisis domain yang dituangkan secara deskriptif.Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan akuisisi yang dilakukan oleh Badan Arsip Daerah Provinsi Jawa Tengah terhadap arsip-arsip dari Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan pada tahun 1999-2001, sedangkan pengolahan sampai penyimpanan dilakukan pada tahun 2001-2007. Kegiatan akuisisi dilaksanakan sebagai bentuk implementasi dari kebijakan akuisisi yang dibuat oleh pemerintah guna menyelamatkan arsip2dan penyediaan informasi yang mempunyai nilaiguna sekunder dari Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Tengah pada masa orde baru setelah instansi tersebut terlikuidasi pasca jatuhnya masa orde baru. Jenis fisik arsip yang diakuisisi adalah jenis fisik arsip tekstual, kartografi, dan foto. Teknis pelaksanaan akuisisi dilakukan dalam tiga tahapan yaitu : proses pendataan, proses pengolahan, dan proses penyerahan. Dalam proses penyimpanan dilakukan menurut jenis fisik arsipnya seperti : arsip tekstual disimpan di boks dan dimasukan ke roll o’pact, arsip kartografi disimpan di peralon dan vertical filing plane, sedangkan arsip foto belum diolah.Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan akuisisi arsip tersebut merupakan bentuk implementasi keluarnya kebijakan akuisisi. Jenis arsip yang diakuisisi adalah arsip tekstual, kartografi dan foto. Tehnik pelaksanaannya dibagi menjadi tiga tahapan yaitu : proses pendataan, proses pengolahan, dan proses penyerahan. Dalam proses penyimpanan dilakukan menurut jenis fisik arsipnya seperti : arsip tekstual disimpan di boks dan dimasukan ke roll o’pact, arsip kartografi disimpan di peralon dan vertical filing plane, sedangkan arsip foto belum diolah.
PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP LAYANAN ARSIP STATIS DI BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH Hendro, Kano Kureta; Maryanto A.A, Tri; Supriyono, Agustinus
Jurnal Ilmu Perpustakaan Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.613 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penilaian pengunjung terhadap petugas layanan di Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, mengetahui penilaian pengunjung terhadap layanan arsip statis arsip di Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, mengetahui penilaian pengunjung terhadap fasilitas layanan yang diberikan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Supardi, “Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada pengujian teori – teori melalui pengukuran variabel – variabel penelitian dengan angka kemudian dilakukan analisis. Pengunjung sebagai populasi dan sampel.Hasil penelitian yang diperoleh adalah penilaian pengunjung terhadap petugas layanan dibagi menjadi dua, yaitu sikap dan cara berinteraksi petugas layanan cukup ramah dan kinerja petugas layanan kurang baik. Penilaian pengunjung terhadap layanan arsip statis dibagi menjadi empat, yaitu penilaian pengunjung terhadap prosedur layanan informasi arsip sangat sesuai, biaya retribusi sangat murah, layanan kunjungan kurang sesuai, kelengkapan koleksi arsip cukup sesuai. Penilaian pengunjung terhadap fasilitas layanan dibagi menjadi dua, yaitu penyediaan fasilitas layanan sangat memadai dan sarana dan prasarana cukup maksimal. Simpulan yang didapat bahwa penilaian pengunjung terhadap layanan arsip statis di Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah sangat baik dengan presentase 60%.
Nobility and Land System in the Pre-Colonial Era of the Surakarta and Yogyakarta Kingdoms Sugiyarto, Sugiyarto; Supriyono, Agustinus; Hartatik, Endah Sri
Paramita: Historical Studies Journal Vol 30, No 2 (2020): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v30i2.23692

Abstract

This article discusses apanage land belonging to the village heads, which is a legacy of the land system in the era of pre-colonial Surakarta and Yogyakarta kingdoms or what is termed as Vorstenlanden. This paper is aimed to find out how the feudal and nobility system in Java, which in the colonial era was very vulnerable to intervention and politics of splitting or fighting. To answering this question, a study will be conducted on the history of the Islamic Mataram kingdom until the era of Surakarta and Yogyakarta, en focusing on the analysis of the apanage and nobility systems. The method used is a historical method that consists of four steps, namely, heuristics, textual criticism, interpretation, and historiography. This research shows high officials and royal aristocrats have the power and the right to collect land tax and labor. A decline in the degree of nobility in Java will also affect the extent or amount of apanage land obtained. In the other side, the peasant only enjoy a small portion of the results of working on land or rice fields. Artikel ini membahas tentang tanah apanage milik para kepala desa yang merupakan     peninggalan sistem pertanahan di era pra-kolonial kerajaan Surakarta dan Yogyakarta atau yang disebut dengan Vorstenlanden. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem feodal dan bangsawan di Jawa yang pada masa penjajahan sangat rentan terhadap intervensi dan politik perpecahan atau perkelahian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dilakukan studi tentang sejarah kerajaan Mataram Islam hingga era Surakarta dan Yogyakarta, dengan fokus pada analisis sistem bangsawan dan bangsawan. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu heuristik, kritik tekstual, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menunjukkan pejabat tinggi dan bangsawan kerajaan memiliki kekuasaan dan hak untuk memungut pajak tanah dan tenaga kerja. Penurunan derajat kebangsawanan di Jawa juga akan mempengaruhi luasan atau jumlah rata-rata tanah yang diperoleh. Di sisi lain, petani hanya menikmati sebagian kecil dari hasil menggarap lahan atau sawah. 
Perkembangan Motif Batik Jepara Tahun 2008-2019: Identitas Baru Jepara Berbasis Kearifan Lokal Siti Maziyah; A. Alamsyah; Agustinus Supriyono
Jurnal Sejarah Citra Lekha Vol 5, No 1 (2020): Etnisitas, Identitas, dan Kebudayaan
Publisher : Department of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jscl.v5i1.28360

Abstract

Along with the emergence of batik in various places with their respective regional identities, batik also emerged in Jepara with its characteristic motifs. This article aims to determine the development of Jepara batik motifs in 2008-2019 as Jepara's new identity based on local wisdom. The emergence of Batik Jepara has begun in 2008 that became the new identity of Jepara. This identity is further strengthened through the inauguration of batik as a world heritage object by UNESCO in 2009. This study uses literature, observation, and in-depth interview with batik entrepreneurs in Jepara to find out superior motifs and philosophies of each batik motif originating from the local wisdom of the people of Jepara. This identity is what makes Jepara batik motifs different from batik motifs in other places. The results show that the Jepara batik motif was influenced by the local culture of the Jepara community, that is not separated from the Jepara carving motif, Kartini batik motif, Jepara community legend, Jepara typical building icons, marine flora-fauna motifs that gave Jepara identity as a coastal area, and the existence of development motifs that remain based on the characteristics of Jepara.
Confirming the Existence of the Kingdom: The Efforts of Territorial Consolidation and Formation of Cultural Identity During the Reign of Hamengku Buwana I, 1755 – 1792 Sutarwinarmo Sutarwinarmo; Agustinus Supriyono; Dhanang Respati Puguh
Indonesian Historical Studies Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ihis.v1i2.1928

Abstract

This article discusses the efforts of territorial Consolidation and formation of cultural identity during the reign of Hamengku Buwana I. This article is written using the historical method and utilizing primary sources in the form of VOC archives stored in the National Archives of the Republic of Indonesia and Java manuscripts stored in Yogyakarta Sultanate, as well as secondary sources in the form of articles and books. After Giyanti Agreement in 1755, Sultan Hamengku Buwana I attempted to consolidate his territory through negotiation, dispute settlement and law enforcement in order to preserve the sovereignty and territorial integrity of his kingdom. He also developed Ringgit Swargen, Yogyakarta style leather puppets that have the different shape from Surakarta style leather puppets developed by Surakarta Sunanate as one of the cultural identity of Yogyakarta Sultanate. The leather puppet show was used to control the areas that were in the territory of the Sultanate of Yogyakarta, as the leather puppet show performed outside the palace must obtain permission from the palace puppet master. The efforts of Sultan Hamengku Buwana I failed, due to the conflict that caused the war destroyed the boundaries and the peace agreement that had been made.