Claim Missing Document
Check
Articles

Studi Kinetika Proses Adsorpsi NOM pada Air Permukaan dengan Zeolit dan Karbon Aktif Sururi, M. Rangga; Hartarti, Etih; Husyaeri, Reza
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 1, No 2 (2009): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Natural organic matter (NOM) merupakan prekursor produk samping pada proses desinfeksi air minum.Adsorpsi merupakan alternative proses pengolahan pendahuluan untuk menyisihkan NOM dari air baku.Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kinetika adsorpsi media karbon aktif dan zeolit terhadappenyisihan NOM sehingga diketahui media mana yang memiliki efektifitas sorpsi terbesar dalammenyisihkan NOM melalui kinetika adsorpsi.Pada proses adsorpsi dengan karbon aktif dan zeolit pada NOM dalam air permukaan, model kinetikaorde 2 dianggap lebih baik jika dibandingkan dengan model kinetika orde 1, karena memiliki nilai qe(jumlah adsorbat yang teradsorpsi pada waktu setimbang) sebesar 0,29 mg/gr untuk karbon aktif dan0,336 mg/gr untuk zeolit. Nilai qe tersebut lebih mendekati nilai qe experiment sebesar 0,34 mg/gr. Mediazeolit pada percobaan ini dapat menyerap bahan organik alami dalam air permukaan dengan lebih baikdibandingkan dengan karbon aktif, karena zeolit merupakan adsorben polar yang memiliki sifathidrofilik.Kata kunci: Adsorpsi, setimbang, karbon aktif, zeolit
EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM PDAM TIRTA KERTA RAHARJA CABANG TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG Nugraha, Iftikar Rizkia; Sururi, Mohammad Rangga; Sulistiowati, Lina Apriyanti
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 1 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (992.74 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.1.10

Abstract

Abstrak: Cabang Teluknaga merupakan bagian wilayah dari pelayanan air minum PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang. Cakupan wilayah pelayanan Cabang Teluknaga yaitu Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Kosambi, dengan jumlah penduduk pada tahun 2017 adalah 325.417 jiwa. Permasalahan sistem distribusi di wilayah ini adalah kurangnya sisa tekan pada jam puncak. Perencanaan ini bermaksud untuk mengevaluasi jaringan distribusi dengan simulasi menggunakan EPANET 2.0 pada jaringan distribusi. Hasil evaluasi jaringan distribusi eksisting menunjukan bahwa sisa tekan pada daerah pelayanan terjauh kurang dari 10 m dan diamater pipa yang terlalu besar sehingga kecepatan air kurang dari 0,3 m/detik. Oleh karena itu, dibutuhkan penyesuaian diamater pipa dan pemerataan tekanan untuk mencapai kondisi optimal. Direncanakan dua alternatif untuk menentukan kondisi optimal yaitu pemasangan booster pump dan menara air. Melalui analisa menggunakan WRT (Weight Ranking Method) terpilih sistem distribusi dengan pemasangan booster pump. Kata kunci: evaluasi, air minum, sistem distribusi, EPANET 2.0, Teluknaga Abstract: Teluknaga Branch is part of PDAM Tirta Kerta Raharja Tangerang District. The coverage of drinking water area in Teluknaga Branch is Teluknaga and Kosambi Subdistricts, with the population in 2017 is 325.417 people. The problem of distribution system in this region is lack of residual head at peak hour. This plan to evaluate by simulation using EPANET 2.0. The results the evaluation of existing distribution network show that residual head on the farthest service less than 10 m and pipes have a diameter that?s too large so the velocity in pipe less than 0.3 m/sec. Under these conditions, adjustable of diameter pipe is necessary and equalization of pressure to achieve optimal conditions. Planned two alternatives to determine the most optimal conditions that is using the booster pump and water tower. The alternative selection method uses WRT, so that the chosen alternative is the alternative one, namely the distribution system using a booster pump. Keywords: evaluation, drinking water, distribution system, EPANET 2.0, Teluknaga 
Perbandingan Kendala dan Tantangan Penerapan Konsep Green Campus di Itenas dan Unpar (Hal. 23-35) Puspadi, Nenes Anggi; Wimala, Mia; Sururi, Rangga
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 2: Juni 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.563 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i2.23

Abstract

ABSTRAKKonsep green campus merupakan suatu upaya pengelolahan lingkungan yang melibatkan civitas kampus dalam mewujudkan lingkungan kampus berwawasan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kendala dan tantangan penerapan konsep green campus di Itenas dan Unpar. Kuesioner, wawancara dan observasi langsung dilakukan untuk memperoleh data yang diinginkan. Analisis varians (Anova) untuk mengetahui perbedaan pemahaman dan perenapan konsep green campus diantara kedua PTS tersebut.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai pemahaman dan penerapan konsep green campus. Secara umum, kendala terbesar yang dihadapi adalah tingkat pemahaman pengguna kampus yang masih rendah dan masih lemahnya kebijakan pimpinan kampus terkait konsep ini. Solusi yang dapat direkomendasikan adalah dengan memperbanyak sosialisasi kepada pengguna kampus baik secara kurikulum, penelitian dan organisasi kemahasiswaan peduli lingkungan serta memperkuat komitmen perguruan tinggi dalam melaksanakan konsep ini.Kata kunci: green campus, kendala dan tantangan, analisis varians ABSTRACTGreen campus concept is an environmental management efforts involving the campus community in creating environmentally friendly campus. This study aimed to compare the obstacles and challenges in the application of green campus at Itenas and Unpar. Survey through questionnaire, interview and site observation were conducted to obtain the desired data. Analysis of variance (ANOVA) was used to determine differences of understanding and implementation of the concept between both campuses. The result showed that there were no significant differences regarding the understanding and implementation of green campus at itenas and unpar. In general, the biggest obstacle was the poor understanding of green campus concept and lack of policies related to the concept issued by each campus. The recommended solutions to these problems were to socialize the green campus concept either through curriculum, research and student organizations concerning the environmental issues, and enhace the campus commitment to implement the green campus concept.Keyword: green campus, obstacle and challenge, analysis of variance
Menuju Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan Terhadap Standar Green Building Di Indonesia Dan Malaysia (Hal. 119-130) Ruhendra, Heilia Nur; Akmalah, Emma; Sururi, Rangga
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.241 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i1.119

Abstract

ABSTRAK Dampak pemanasan global telah mendorong pergerakan ke arah pembangunan berkelanjutan dengan meningkatkan efisiensi ekonomi, perlindungan terhadap ekosistem, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan adalah proses konstruksi yang berkelanjutan. Bangunan memiliki pengaruh besar terhadap lingkungan, termasuk menghasilkan emisi karbon yang berbahaya. Hal tersebut telah mendorong dikembangkannya standar green building dan proses sertifikasinya untuk mengurangi dampak dari pembangunan terhadap lingkungan. Tulisan ini menyajikan sebuah tinjauan terhadap green building dan hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan, khususnya mengenai standar terkait efisiensi energi dan kualitas udara, serta proses sertifikasi green building di Indonesia dan Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan variabel dan parameter serta proses sertifikasi green building di kedua negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun dari segi variabel Indonesia dan Malaysia memiliki kesamaan tujuan, namun dari segi parameter memiliki perbedaan yang signifikan. Malaysia memiliki standar yang lebih terukur dan proses sertifikasi yang lebih baik.Kata kunci: pemanasan global, green building, standar, sertifikasi. ABSTRACT Global warming and its consequences are encouraging the movement towards a sustainable development, with its increasing economic efficiency, environmental protection, and human well-being improvement. One of the key aspects in sustainability development is sustainable construction. Buildings have extensive impacts on the environment, which includ producing potentially harmful carbon emissions. These facts have prompted the development of green building standards and certifications to mitigate the impacts of buildings on the environment. This paper provides an overview of how green building relates to sustainable development with respect to green building standards (i.e. energy efficiency and air quality) and certification in Indonesia and Malaysia. This research aims to compare the green building variables and parameters as well as the certification procedure between the two countries. The results show that despite having the same purpose in variables, the parameters have significant differences. Malaysia has more measurable standards and improved certification process compared to Indonesia.Keywords: global warming, green building, standards.
AN INVESTIGATION OF A CONVENTIONAL WATER TREATMENT PLANT IN REDUCING DISSOLVED ORGANIC MATTER AND TRIHALOMETHANE FORMATION POTENTIAL FROM A TROPICAL RIVER WATER SOURCE Sururi, Mohamad Rangga; Notodarmojo, Suprihanto; Roosmini, Dwina; Putra, Prama Setia; Maulana, Yusuf Eka; Dirgawati, Mila
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol 52, No 2 (2020)
Publisher : Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2020.52.2.10

Abstract

The characteristics and composition of dissolved organic matter (DOM) and trihalomethane (THM) generation during water treatment are important for producing safe drinking water. However, little information is available on this topic within the context of Indonesia. This study aimed to investigate the efficiency of a conventional drinking water treatment plant (WTP) in removing DOM and chloroform forming potential (CHCl3FP), and evaluate surrogate parameters for CHCl3FP. Samples were taken during the rainy season and the dry season from raw water, after secondary treatment and after the rapid sand filter. DOM was characterized based on the A254, A355, SUVA, dissolved organic carbon (DOC), and fluorescence DOM (FDOM) parameters. The composition of the DOM was identified using the peak picking method. Overall, from raw to finished water, the WTP performed better in the rainy season with 55.96% reduction of DOC and 63.45% reduction of A355 as compared to the dry season with 53.27% reduction of DOC and 24.18% reduction of A355.The overall removal of humic and tryptophan compounds during the rainy season was 33.33% and 37.50%, respectively. In the dry season, humic compounds were reduced by 18.80%, while tryptophan increased threefold. A355 can serve as a surrogate parameter for CHCl3FP in raw water and water after secondary treatment, containing more humic-like compounds than tryptophan-like compounds.
Efek Perlakuan pH pada Ozonisasi SARI, NANDA NURITA; SURURI, M.RANGGA; PHARMAWATI, KANCITRA
Jurnal Reka Lingkungan Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.001 KB) | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v1i1.1-12

Abstract

AbstrakOzon merupakan salah satu oksidator kuat dalam air dan dianggap sebagai desinfektan paling efektif dibandingkan dengan desinfektan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pH pada konsentrasi sisa ozon (C) dan waktu kontak (T) optimum bagi proses penyisihan bakteri coliform dan E. Coli. Semakin tinggi kondisi pH di dalam air maka semakin besar kandungan ion hidroksida didalamnya. Ion hidroksida dalam dekomposisi ozon berperan sebagai inisiator yang  dapat mempercepat pembentukan OH radikal yang bersifat tidak selektif. Sampel air yang digunakan adalah Mata Air Cibanteng dan air Unit Filter PDAM Tirtawening Kota Bandung. Metode yang digunakan untuk mengukur C adalah Indigo Colorimetric. Penelitian dilakukan di Laboratorium Air ITENAS secara semi batch dengan perlakuan pH asam, netral dan basa pada interval waktu kontak 3,5,10 dan 15 menit. Konsentrasi sisa ozon dengan perlakuan pH basa lebih kecil nilainya dibandingkan pH netral dan asamKata kunci : desinfeksi, konsentrasi sisa ozon (C), pH, ozonisasi. AbstractOzone is a strong oxidator in water and is deemed as the most effective disinfectant compared to the others. The aim of this research were raise awareness of the pH in the residual ozone concentration (C) and optimum time (T) for the residual process of coliform bacteria and E. Coli. The higher pH in the water will raised number of hydroxide ions. Hydroxide ions inside the decomposed ozone act as the initiator which could speed up the forming of radical OH who is not selective. The water sample used was Cibanteng Spring Water and output of water filter unit in PDAM Tirtawening Kota Bandung. The method used to measure C was the Indigo Colorimetric. This research was done in water laboratorium ITENAS using the semi batch technique in regards to the acidic, the neutral and the alkali pH during the interval contact time of 3, 5, 10 and 15 minutes. Concentration of residual ozone with alkaline pH treatment is lower than than neutral and alkaline pH treatment.Key words : disinfection, residual ozone concentration (C), pH, ozonation  
Pengolahan Limbah Domestik dengan menggunakan Biokoagulan Biji Moringa oleifera Lam. dan Saringan Pasir cepat H. ARITONANG, DODY OCTAVIANUS; SUTISNA, MUMU; SURURI, M RANGGA
Jurnal Reka Lingkungan Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.031 KB) | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v1i2.69-80

Abstract

AbstrakPertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar telah mendorong peningkatan jumlah air limbah domestik (Supradata, 2005). Pada tahun 2013 jumlah penduduk di kota X mencapai  3.351.048 jiwa dan menghasilkan timbulan air limbah domestik sebanyak 351.860 m3/hari. IPAL X menggunakan kolam stabilisasi pada proses pengolahan air limbah secara biologi memerlukan waktu pengolahan selama 10 hari. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap debit limbah domestik yang akan diolah. Kolam stabilisasi memiliki kapasitas pengolahan air limbah sebesar ±243.000 m3 dan belum dapat mengolah secara menyeluruh air limbah domestik di kota X. Permasalahan waktu pengolahan yang lama diharapkan dapat diselesaikan dengan hasil penelitian pengolahan limbah domestik dengan menggunakan biokoagulan biji Moringa oleifera Lam. dan saringan pasir cepat. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium (volume percobaan 1 liter). Penelitian ini terlebih dahulu dilakukan dengan menentukan kondisi optimum biokoagulan dengan melakukan variasi pH dan dosis  biokoagulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter yang efektif disisihkan biokoagulan adalah BOD 79,15%, TSS 99,99994%, minyak dan lemak 86,53%. Kombinasi biokoagulan dan saringan pasir cepat selain mampu menyisihkan BOD, TSS, minyak dan lemak juga mampu menyisihkan fosfat sebesar 89,74%. Kondisi optimum biokoagulan yang diperoleh adalah pH optimum 7 dengan dosis optimum 1500 ppm, serta waktu pengendapan yang diperlukan adalah 420 detik. Kata kunci: air limbah domestik, biokoagulan Moringa oleifera Lam., saringan pasir cepat.
Evaluasi Hidrolis Jaringan Distribusi Air Minum Sistem Beber PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon Sukmawardani, Maharani Anastasya; Sururi, Mohamad Rangga; Sutadian, Arief Dhany
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22 No. 1 (2021)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2001.911 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v22i1.4088

Abstract

ABSTRACT Water loss is a severe problem in the drinking water supply system as it disrupts the continuity of the drinking water supply. The Water loss is a severe problem in the drinking water supply system as it disrupts the continuity of the drinking water supply. The largest proportion of water losses is usually found in distribution systems. This study was located in the Beber water supply system, PDAM Tirta Jati Cirebon Regency. The study aimed to evaluate the hydraulic condition and give improvement recommendations for the Beber piping network system distribution. This research performed the International Water Association (IWA) water balance concept through water production and water usage data. Furthermore, the hydraulic condition is evaluated using water usage, ground-level elevation, water usage pattern, and the existing distribution network's technical data. The evaluation was conducted by simulation using EPANET 2.0 from the Environmental Protection Agency (EPA), which then compared to the design criteria listed in Permen PUPR No. 27 2016. The results show a 44.38% percentage of water loss due to a pipe leak. Simulation results showed a segment of pipe having velocity less than 0.3 m/s (43.31%), and all nodes had pressure below 12.4 MPa. The simulation results also showed some nodes had pressure greater than 100 mKa and exceeded the HDPE SDR 17 pipe's maximum capacity. This condition causes many pipe leaks that occur in the system, so it is recommended to install a Pressure Reducing Valve (PRV) and change of pipe diameter. The study also suggests establishing a District Meter Area (DMA) to detect pipe leak points. Keywords: water loss, distribution network, pipe leakage, DMA, EPANET 2.0.   ABSTRAK Kehilangan air merupakan masalah serius dalam Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) karena mengganggu kontinuitas penyediaan air minum. Kehilangan air terbesar biasanya ditemui pada sistem distribusi termasuk pada SPAM Beber milik PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon. Tujuan studi ini adalah untuk melakukan evaluasi hidrolis dan memberikan rekomendasi perbaikan pada sistem jaringan perpipaan distribusi SPAM Beber. Evaluasi dilakukan dengan konsep neraca air sesuai standar International Water Association (IWA) dengan menggunakan data debit produksi dan pemakaian air. Selanjutnya dilakukan evaluasi hidrolis jaringan menggunakan data pemakaian air, elevasi muka tanah, pola pemakaian air, serta data teknis jaringan distribusi eksisting. Evaluasi dilakukan dengan membuat simulasi hidrolis menggunakan software EPANET 2.0 dari Environmental Protection Agency (EPA) yang kemudian dibandingkan dengan kriteria desain yang tercantum dalam Permen PUPR No. 27 Tahun 2016. Hasil evaluasi menunjukkan persentase kehilangan air mencapai 44,38% akibat kebocoran pipa. Hasil simulasi hidrolis menunjukkan, terdapat segmen pipa yang memiliki kecepatan aliran kurang dari 0,3 m/detik (43,31%) dan seluruh nodes memiliki sisa tekan dibawah 12,4 MPa. Hasil simulasi juga menunjukkan terdapat nodes yang memiliki sisa tekan sebesar 100 mKa dan melebihi kapasitas maksimum dari pipa HDPE SDR 17. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab tingginya angka kebocoran pipa yang terjadi pada sistem, sehingga perlu dilakukan perbaikan dengan pemasangan PRV dan pergantian diameter pipa. Penataan District Meter Area (DMA) juga dapat dilakukan sebagai solusi untuk mempermudah pendeteksian titik kebocoran pipa. Kata Kunci : kehilangan air, jaringan distribusi, kebocoran pipa, DMA, EPANET 2.0.
Pengaruh Laju Aliran Udara Terhadap Efisiensi Penyisihan Organik di dalam Air Lindi dengan Menggunakan Teknik Oksidasi Lanjut (O3/H2O2) Sururi, Mohamad Rangga; Fadiyah, Mayang Afi; Saleh, Siti Ainun; Dirgawati, Mila
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22 No. 1 (2021)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2852.641 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v22i1.4379

Abstract

ABSTRACT Leachate has complex characteristics, and it is commonly processed biologically in the Leachate Treatment Plant (IPL) in Indonesia. However, as the landfill ages, the leachate becomes less biodegradable. An appropriate technique is needed to treat leachate at IPL, and one of the promising methods is advanced oxidation with O3/H2O2. This study examined the effect of air flow rate on the concentration of residual ozone (KSO) and its efficiency to remove organic compounds using the O3/H2O2 process. Leachate samples were collected as grab samples from TPA Sarimukti Bandung. As much as 1 L of leachate samples were placed in an ozone contactor equipped with a filter disc with a pore size of 100-160 µm. The dose of H2O2 was continuously added to 1.197 g/L. Compressor was used to provide airflow with variations of 2, 3, and 4 L/min. Dissolved Oxygen (DO) was measured to determine the concentration of residual ozone (KSO) and validated by examining KSO measurements with the Indigo colorimetric method. A strong relationship between KSO and DO (R2 = 0.99) was observed at an airflow rate of 4 L/min. The highest ozone mass transfer coefficient (KLa,O3) was recorded at a 4 L/minute flow rate with 0.0022 min-1 at 27 °C.  The best removal efficiency has occurred at the fastest air flow rate (4 L/min) with COD, and UV254 removal was 88.89% and 14.87%, respectively. Keywords: DO, flow variation, KSO, leachate, O3/H2O2, organic, mass transfer   ABSTRAK Karakteristik lindi sangatlah kompleks dan di Indonesia, Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) pada umumnya menggunakan sistem pengolahan biologis. Namun demikian, seiring dengan pertambahan umur urugan sampah, lindi semakin tidak biodegradable. Teknik pengolahan tepat diperlukan untuk mengolah lindi di IPL. Salah satu teknik yang sering digunakan adalah oksidasi lanjut dengan O3/H2O2 dengan mentransferkan gas ozon ke dalam air lindi yang diukur sebagai Konsentrasi Sisa Ozon (KSO) dan menambahkan H2O2 untuk meningkatkan pembentukan OH? di dalam air.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju aliran udara terhadap KSO serta pengaruhnya terhadap efisiensi penyisihan senyawa organik pada proses O3/H2O2. Sampel lindi diambil secara grab sampling dari TPA Sarimukti Bandung. Sebanyak 1 L sampel ditempatkan pada kontaktor ozon yang dilengkapi filter disc dengan pori berukuran 100-160µm. Dosis H2O2 yang diberikan tetap sebesar 1,197 g/L. Udara dialirkan dengan air compressor dengan variasi debit udara 2, 3, dan 4 L/menit. Pada penelitian ini, pengukuran Dissolved Oxygen (DO) digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur KSO. Validasi dilakukan dengan meneliti hubungan antara KSO dan DO dan pengukuran KSO dilakukan dengan metode indigo colorimetric method.  Hasil penelitian menunjukkan KSO dan DO memiliki hubungan yang kuat (R2 = 0,99) pada variasi aliran udara 4 L/menit. Laju aliran udara tercepat terjadi ketika nilai koefisien transfer masa ozon (KLa,O3) mencapai nilai tertinggi (0,0022 menit-1) pada suhu 27 oC. Hasil penelitian membuktikan efisiensi penyisihan COD (88,89%) dan UV254 (14,87%) tertinggi terjadi pada laju aliran udara tercepat selama 180 menit. Kata kunci: DO, aliran udara KSO, lindi, O3/H2O2, organik, transfer masa
Evaluasi Hidrolis Jaringan Distribusi Air Minum Sistem Beber PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon Sukmawardani, Maharani Anastasya; Sururi, Mohamad Rangga; Sutadian, Arief Dhany
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22 No. 1 (2021)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2001.911 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v22i1.4088

Abstract

ABSTRACT Water loss is a severe problem in the drinking water supply system as it disrupts the continuity of the drinking water supply. The Water loss is a severe problem in the drinking water supply system as it disrupts the continuity of the drinking water supply. The largest proportion of water losses is usually found in distribution systems. This study was located in the Beber water supply system, PDAM Tirta Jati Cirebon Regency. The study aimed to evaluate the hydraulic condition and give improvement recommendations for the Beber piping network system distribution. This research performed the International Water Association (IWA) water balance concept through water production and water usage data. Furthermore, the hydraulic condition is evaluated using water usage, ground-level elevation, water usage pattern, and the existing distribution network's technical data. The evaluation was conducted by simulation using EPANET 2.0 from the Environmental Protection Agency (EPA), which then compared to the design criteria listed in Permen PUPR No. 27 2016. The results show a 44.38% percentage of water loss due to a pipe leak. Simulation results showed a segment of pipe having velocity less than 0.3 m/s (43.31%), and all nodes had pressure below 12.4 MPa. The simulation results also showed some nodes had pressure greater than 100 mKa and exceeded the HDPE SDR 17 pipe's maximum capacity. This condition causes many pipe leaks that occur in the system, so it is recommended to install a Pressure Reducing Valve (PRV) and change of pipe diameter. The study also suggests establishing a District Meter Area (DMA) to detect pipe leak points. Keywords: water loss, distribution network, pipe leakage, DMA, EPANET 2.0.   ABSTRAK Kehilangan air merupakan masalah serius dalam Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) karena mengganggu kontinuitas penyediaan air minum. Kehilangan air terbesar biasanya ditemui pada sistem distribusi termasuk pada SPAM Beber milik PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon. Tujuan studi ini adalah untuk melakukan evaluasi hidrolis dan memberikan rekomendasi perbaikan pada sistem jaringan perpipaan distribusi SPAM Beber. Evaluasi dilakukan dengan konsep neraca air sesuai standar International Water Association (IWA) dengan menggunakan data debit produksi dan pemakaian air. Selanjutnya dilakukan evaluasi hidrolis jaringan menggunakan data pemakaian air, elevasi muka tanah, pola pemakaian air, serta data teknis jaringan distribusi eksisting. Evaluasi dilakukan dengan membuat simulasi hidrolis menggunakan software EPANET 2.0 dari Environmental Protection Agency (EPA) yang kemudian dibandingkan dengan kriteria desain yang tercantum dalam Permen PUPR No. 27 Tahun 2016. Hasil evaluasi menunjukkan persentase kehilangan air mencapai 44,38% akibat kebocoran pipa. Hasil simulasi hidrolis menunjukkan, terdapat segmen pipa yang memiliki kecepatan aliran kurang dari 0,3 m/detik (43,31%) dan seluruh nodes memiliki sisa tekan dibawah 12,4 MPa. Hasil simulasi juga menunjukkan terdapat nodes yang memiliki sisa tekan sebesar 100 mKa dan melebihi kapasitas maksimum dari pipa HDPE SDR 17. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab tingginya angka kebocoran pipa yang terjadi pada sistem, sehingga perlu dilakukan perbaikan dengan pemasangan PRV dan pergantian diameter pipa. Penataan District Meter Area (DMA) juga dapat dilakukan sebagai solusi untuk mempermudah pendeteksian titik kebocoran pipa. Kata Kunci : kehilangan air, jaringan distribusi, kebocoran pipa, DMA, EPANET 2.0.