Claim Missing Document
Check
Articles

KELIMPAHAN ECHINODERMATA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA Oktavianti, Reny; Suryanti, -; Purwanti, Frida
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (645.665 KB)

Abstract

Lamun (Seagrass) merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup dan tumbuh di laut dangkal. Kelompok echinodermata dapat hidup menempati berbagai macam habitat seperti zona rataan terumbu, daerah pertumbuhan algae, padang lamun, koloni karang hidup dan karang mati dan beting karang (rubbles dan boulders). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerapatan lamun, kelimpahan Echinodermata, dan hubungan antara kerapatan lamun dengan kelimpahan Echinodermata di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta. Metode pemetaan lamun untuk menentukan kerapatan lamun yang padat, sedang dan jarang dengan menarik line sepanjang 200 meter sejajar garis pantai dan 100 meter tegak lurus pantai dengan menggunakan kuadran transek berukuran 5 m × 5 m sedangkan kelimpahan Echinodermata dilakukan dengan metode kuadran transek berukuran 1 m × 1 m. Hasil penelitian menunjukkan kerapatan lamun di stasiun A 359 tegakan/m2, stasiun B 179 tegakan/m2, dan stasiun C 83 tegakan/m2. Kelimpahan Echinodermata pada stasiun A 10 ind/75m2, stasiun B 9 ind/75m2 dan stasiun C 21 ind/m2. Terdapatnya hubungan erat antara kerapatan lamun dengan kelimpahan Echinodermata di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta.  Seagrass is a flowering plant (Angiospermae) that live and grow in a shallow sea. The groups of echinoderms can live to occupy various habitats such as reef zone, algae growth area, seagrass beds, live dead coral colony, coral rubbles and boulders. The purpose of this study were to determine the density of seagrass, abudance of Echinoderms in the Panggang island, Kepulauan Seribu, Jakarta. Seagrass mapping method used to determine the density of seagrass (dense, average and sparse) by appealing a line along 200 meters parallel to the shoreline and 100 meters perpendicular to the coast using 5 m x 5 m transect quadrant, whereas echinoderms abundance counted using 1 m x 1 m transect quadrant. The results showed that density of seagrass at A station is 359 stands/m2, B station is 179 stands/m2, and C station is 83 stands/m2. Abundance of echinoderms at A station is 10 ind/75m2, B station is 9 ind/75m2  and C station is 21 ind/75m2. There is a close correlation between seagrass density with echinoderms abundance in the Panggang island, Seribu islands, Jakarta.
KELIMPAHAN BULU BABI (SEA URCHIN) PADA KARANG MASSIVE DAN BRANCHING DI DAERAH RATAAN DAN TUBIR DI LEGON BOYO, PULAU KARIMUNJAWA, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA Purwandatama, Rizqi Waladi; Suryanti, -; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.909 KB)

Abstract

Bulu babi (sea urchin) merupakan spesies kunci bagi ekosistem terumbu karang. Menurunnya populasi bulu babi diduga akan menyebabkan matinya terumbu karang karena populasi mikroalga akan meningkat dengan drastis sehingga mikroalga akan mendominasi menutupi karang. Oleh sebab itu, dengan mengamati kelimpahan bulu babi, persentase penutupan karang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan bulu babi dapat diketahui apakah perairan tersebut masih stabil atau telah rusak sehingga keseimbangan ekosistem di wilayah perairan tersebut dapat terjaga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan bulu babi (sea urchin) pada karang massive dan branching di daerah rataan terumbu karang dan tubir di Legon Boyo, Pulau Karimunjawa, Balai Taman Nasional Karimunjawa. Metode sampling yang digunakan dalam pengambilan data penutupan karang adalah line transek. Adapun pengambilan data kelimpahan bulu babi menggunakan kuadran transek yang berukuran 1 x 1 m. Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi yaitu stasiun A (rataan terumbu) dan stasiun B (tubir). Panjang line transek adalah 50 meter yang di letakkan sejajar garis pantai, transek yang digunakan di daerah rataan terumbu sebanyak 3 line dan daerah tubir sebanyak 3 line. Jarak antara line di masing-masing lokasi sampling 5 m. Nilai persentase penutupan karang hidup di daerah rataan terumbu sebesar 66,36 %. Sedangkan nilai persentase penutupan karang hidup di tubir sebesar 73,00 %. Nilai tersebut termasuk dalam kategori baik. Pada rataan terumbu didapatkan kelimpahan individu bulu babi sebanyak 426 ind/150 m2, Sedangkan untuk kelimpahan individu bulu babi pada tubir yaitu sebanyak 193 ind/150 m2. Nilai signifikasi uji Independent T Test yang didapat adalah 0,008 sehingga 0,008 ≤ 0,05. Ini berarti H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan pada jumlah bulu babi pada karang massive dan karang branching.
KESUBURAN PERAIRAN BERDASARKAN NITRAT, FOSFAT, DAN KLOROFIL-a DI PERAIRAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG PULAU KARIMUNJAWA Isnaeni, Nurannisa; Suryanti, -; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.041 KB)

Abstract

Perairan Pulau Karimunjawa banyak dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan manusia yang tentunya berpengaruh terhadap kesuburan perairan, salah satunya pada ekosistem terumbu karang yang kemudian akan berpengaruh juga pada biota karang yang ada di dalamnya. Kesuburan suatu perairan dipengaruhi oleh unsur hara (nitrat dan fosfat), klorofil-a, serta variabel fisika kimia perairan. Penelitian dilakukan pada bulan November – Desember 2014 di Pulau Karimunjawa, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan NO3, PO4, dan klorofil-a di beberapa wilayah ekosistem terumbu karang Pulau Karimunjawa dan mengetahui keterkaitan antara klorofil-a dengan nitrat dan fosfat. Metode  yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik purposive sampling. Lokasi sampling ditentukan berdasarkan 3 stasiun dengan aktivitas pemanfaatan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesuburan perairan berdasarkan kandungan nitrat di  stasiun zona inti dan zona budidaya tergolong mesotrofik, sedangkan zona pariwisata tergolong oligotrofik. Berdasarkan kandungan fosfatnya, ketiga stasiun pengamatan tergolong dalam kategori tingkat kesuburan sangat baik sekali. Ketiga stasiun tergolong dalam kategori oligotrofik berdasarkan kandungan klorofil-a. Hubungan antara klorofil-a dengan nitrat lebih kuat daripada klorofil-a dengan fosfat yang dibuktikan pada hasil regresi linear dimana nilai (r) klorofil-a dengan nitrat sebesar 0,995 sedangkan nilai (r) klorofil-a dengan fosfat sebesar 0,143.    The marine area in Karimunjawa Island is widely-used for human activities. It influences the marine fertility as well; one of them is on the coral ecosystem which also will influence the coral biota within the area. The fertility of a marine area is also affected by the hara unsure (nitrate and phosphate), chlorophyll-a, as well as the variable of marine’s physics and chemist. This research was done on November-December 2014 in Karimunjawa Island, which was aimed to identify the level of fertility based on NO3, PO4, and Chlorophyll-a in the several zone on marine area of coral ecosystem in Karimunjawa Island, and to identify the relationship between Chlorophyll-a with NO3 and PO4. This research used the descriptive method using purposive sampling. The location of sampling was then identified based on 3 stations which have different application activities. The result of the study shows that the marine’s fertility based on the nitrate substance in the primary zone station and conservative zone were categorized as mesotropic, while in the tourism zone was categorized as oligotropic. Based on the phosphate substance, those three stations were categorized in the extremely good fertility level. In addition, the three stations were categorized as oligotropic category based on the chlorophyll-a substance. The relationship between chlorophyll-a and nitrate was stronger than the chlorophyll-a and phosphate. It can be proven by using the result of linear regression, where the score (r) of chlorophyll-a and nitrate was as much as 0,995, whereas the score (r) of chlorophyll-a and phosphate was as much as 0,143.
PERBEDAAN KELIMPAHAN TERIPANG (Holothuroidea) PADA EKOSISTEM LAMUN DAN TERUMBU KARANG DI PULAU KARIMUNJAWA JEPARA Permadi, Martantya Bagus; Ruswahyuni, -; Suryanti, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1095.457 KB)

Abstract

Kepulauan Karimunjawa Jepara Jawa Tengah sangat terkenal akan kekayaan sumberdaya alam yang ada di dalam laut seperti pada daerah ekosistem terumbu karang dan lamun. Banyak biota-biota yang berasosiasi di daerah tersebut salah satunya teripang untuk keperluan mencari makan, melakukan pemijahan dan juga sebagai tempat perlindungan. Kepulauan Karimunjawa mempunyai potensi perikanan khususnya teripang. Kondisi substrat,mikro habitat,serta aktifitas pengelolaan wilayah di suatu perairan mempengaruhi keseimbangan ekosistem terumbu karang dan ekosistem lamun yang berdampak pada penyebaran dan kelimpahan teripang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan jenis teripang di ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang serta untuk mengetahui perbedaan kelimpahan teripang di ekosistem lamun dan terumbu karang di Pulau Karimunjawa Jepara pada bulan Mei 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Metode penelitian ini dilakukan  pada masing-masing stasiun, yaitu stasiun A (padang lamun) B (terumbu karang). Nilai persentase penutupan karang  sebesar 66,09 % nilai tersebut termasuk dalam kondisi baik. Pada ekosistem lamun didapatkan kelimpahan teripang sebanyak 91 ind/150 m2 sedangkan pada ekosistem terumbu karang 16 ind/150 m2. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah ekosistem lamun memiliki kelimpahan teripang lebih tinggi dibandingkan daerah ekosistem terumbu karang. Berdasarkan hasil Uji Tes “T” dapat disimpulkan bahwa kelimpahan jenis teripang yang paling banyak adalah pada ekosistem lamun.  Karimunjawa Island central java jepara is very well known for the wealth of natural resource that exist in the area of marine ecosystems such as coral reefs and seagrass. Many biota in the area of one sea cucumber for the purpose of feeding, spawning and perform wellas a place refuge. Karimunjawa island has the potential sea cucumber fisheries especially micro habitat, substrate conditions and management activities in a region affects the water balance of reef ecosystem and seagrass that have an impact on the spread and abudance of sea cucumbers. The purpose of this study was to determine the abudance of sea cucumber species in seagrass and coral reef on the island karimunjawa jepara in may 2014. The method used in this research is the method observation conducted at eachstasion A (seagrass) B (reef). Value percentage of coral cover amounting to 66,09% of the value include in the conditions good. In seagrass abudance of sea cucumber as much 91 ind/150 m2 while on the coral reef ecosystem 16 ind/150 m2. From these data it can be concluded that the area of seagrass ecosytem possess an abudance of sea cucumber are higher than the area of coral reef ecosystem. Based on the results of Test “T” can be conclude that the abudance of sea cucumber is the most seagrass in the area. 
KELIMPAHAN DAN POLA PERSEBARAN SAND DOLLAR BERDASARKAN LOKASI KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU Masruroh, Nurul Hidayati; Suryanti, -; Purwanti, Frida
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.974 KB)

Abstract

Sand dollar termasuk dalam kelas Echinoidea dari filum Echinodermata yang memiliki bentuk tubuh irregular yaitu bentuk tubuh bilateral dan pipih atau oval tanpa lengan, duri-duri menutup tubuh. Habitatnya di dasar perairan yang berpasir atau daerah berlumpur. Pulau Pramuka merupakan salah satu pulau  yang mempunyai daerah rataan pasir yang luas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis, kelimpahan dan pola sebaran sand dollar yang terdapat pada lokasi kegiatan yang berbeda di perairan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2014 di Pulau Pramuka Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan yang bersifat deskriptif, pengambilan data dilakukan pada 3 stasiun, yakni stasiun 1 (lokasi pemukiman), stasiun 2 (lokasi alami), stasiun 3 (lokasi pariwisata). Tekhnik pengambilan sampel dilakukan pada setiap stasiun dengan menggunakan line transek 50 meter dengan jarak antar tali 10 meter, pada tiap line transek dilakukan pengamatan dan pengambilan sand dollar menggunakan kuadran 1 x 1 meter. Hasil penelitian menunjukkan di pulau Pramuka terdapat 11 corak jenis sand dollar, dengan kelimpahan pada stasiun 1 sebanyak 537 individu, sedangkan  pada stasiun 2 sebanyak 601 individu, dan stasiun 3 sebanyak 195 individu. Kelimpahan relatifnya terbesar yang didapatkan di pulau Pramuka pada jenis Laganum depresum dan L.depresum tonganense sedangkan kelimpahan relatif  terkecil adalah L. fudsiyama africanum, L. retins, L. decagonale rectum, L. central dan L. decagonale. Pola sebarannya sebagian besar termasuk mengelompok (clumped). Sand dollar belong to class of Echinoidea from phylum Echinodermata that have an irregular body shape bilateral and flat or oval without arms,  covered by spines. Sand dollar habitat is in the sandy or muddy areas.  Pramuka island is one island that has a large area of sand flat. The purpose of this study were to determine species composition, abundance and distribution patterns of sand dollars found in the location with different activities in the Pramuka Island waters Kepulauan Seribu. This study was conducted in May-June 2014 at the Pramuka Island Kepulauan Seribu National Marine Park. The research method used a descriptive field observations, data collected at 3 station, in which stations 1 (Residential location), stations 2 (Natural location), stations 3 (tourism location).The sampling method is done by pulling the line transect 50 meters long at each station with distance of each rope 10 meter.  On each 1 meter the sand dollar was observed and collected using 1 x 1 m quadrant. The results showed that Pramuka Island has 11 types of sand dollar. With abundance at station 1 is 537 individual, station 2 is 601 individual, and station 3 is 195 individual. The Largest relative abundance found in the Pramuka Island are Laganum depresum and L. depresum tonganense whereas the smallest relative abundance are L. fudsiyama africanum, L. retins, L. decagonale rectum, L. central and L. decagonale. Sand dollars distribution patterns mostly clumped.
JENIS DAN KELIMPAHAN IKAN PADA KARANG BRANCHING DI PERAIRAN PULAU LENGKUAS KABUPATEN BELITUNG Yuspriadipura, Aga; Suprapto, Djoko; Suryanti, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.769 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan ikan yang terdapat di Karang Branching, Pulau Lengkuas Kabupaten Belitung. serta mengetahui Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman ikan yang terdapat di Karang Branching, Pulau Lengkuas Kabupaten Belitung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2013 di Pulau Lengkuas Kabupaten Belitung. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 17 jenis ikan karang yaitu Siganus gulatus (baronang), Epibulus msidlator (tikus-tikus), Scarus rivulatus (kakak tua), Hemigymnus melapterus (nori merah), Halichoeres hortulanus (piso-piso), Caesio cuning (platak), Cheilimus fasciatus (betok biru), Pomacentrus coelestis (ekor kuning), Heniochus varuis (kepe-kepe monyong), Scarus iwulatus (keling tanduk), Celiscus strigatus (betok sri gunting), Scolopsis margarefiter (kepe-kepe susu), Chelmon rostrastus (keling perak), Hovaculichthys taeniorys (tanda-tanda), Lutjanus fulvilamma (nori monyong), Chaetodon kleini (kakak tua merah), Paraglyphidodon nogoris (kepe-kepe tanduk). Nilai indeks keanekaragaman (H’) Ikan Karang di lokasi sebesar 2,553, dan nilai indeks keseragaman (e) 0,901, hal tersebut menunjukkan bahwa di perairan tersebut ada dominasi salah satu spesies yaitu Pomacentrus coelestis. This research aims to find out the type and abundance of fish in Branching Coral, Lengkuas Island in Belitung Regency. The method that was used in this research was a survey method. Was carried out in June until August 2013 at the Lengkuas Island of Belitung Regency. Based on the research results there were 17 types of coral fish namely Siganus gulatus (Rabbitfish), Epibulus msidlator (rats), Scarus rivulatus (parrot), Hemigymnus melapterus (red nori), Halichoeres hortulanus (piso-piso), Caesio cuning (platak), Cheilimus fasciatus (blue anabas), Pomacentrus coelestis (yellow tail), Heniochus varuis (monyong butterflyfish), Scarusi wulatus (rivet horns), Celiscus strigatus (sri gunting anabas), Scolopsis margarefiter (butterfly milk) Chelmon rostrastus (Silver-rivet), Hovaculichthys taeniorys (signs), Lutjanus fulvilamma (nori monyong), Chaetodon kleini (red parrot), Paraglyphidodon nogoris (Horn butterflyfish). Value of diversity index (H’) coral fish in the research location of 2,553, and uniformity index value (e) 0,901, it showed that in the water, there was a one predominance species of Pomacentrus coelestis.
SEBARAN DAN JENIS LAMUN PANTAI PANCURAN BELAKANG PULAU KARIMUNJAWA, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, JEPARA Cahyani, Nabila Fikri Dwi; Hartoko, Agus; Suryanti, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.901 KB)

Abstract

Pantai Pancuran Belakang adalah salah satu pantai di Pulau Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Pulau Karimunjawa memiliki potensi sumberdaya alam pesisir yang besar. Pantai ini juga sebagai habitat lamun. Salah satu peran penting dari lamun adalah sebagai pendaur ulang zat hara.Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedimen dasar perairan serta citra Satelit GeoEye tahun 2011. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara acak. Pengambilan sampel dilakukan di sekitar Pantai Pancuran Belakang pada 2 stasiun yang berbeda. Masing-masing stasiun terdiri dari 9 plot dengan ukuran 10x10 m. Pada tiap plot dibagi menjadi subplot dengan ukuran 1x1 m, sehingga didapatkan 100 subplot. Dari 100 subplot tersebut kemudian dilakukan pengambilan sampel pada 5 subplot secara acak. Sampel sedimen kemudian dianalisa di Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.Keragaman tekstur sedimen dasar perairan yang dimiliki mengakibatkan terjadinya pola sebaran lamun yang hidup di pantai tersebut. Setelah data didapatkan kemudian dilakukan pengolahan data yang terdiri dari kelimpahan/kerapatan, persentase tutupan, serta uji korelasi oleh software SPSS.Hasil yang di dapatkan 8 jenis lamun yaitu Thalassia hemperichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophilla minor, Enhalus acroides, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata dan Halodule pinifolia. Kerapatan tertinggi ditemukan pada Cymodocea rotundata yaitu 52,16% atau total 505 individu. Sedangkan penutupan tertinggi terdapat pada jenis Cymodocea rotundata yaitu 6,565 m2. Terdapat 3 jenis substrat yaitu gravel, sand dan silt. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS di dapatkan nilai p sebesar 0,06 pada stasiun 1 dan 0,09 pada stasiun 2. Hal tersebut menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara kerapatan lamun dengan persentase substrat pasir.
HUBUNGAN KELIMPAHAN EPIFAUNA PADA KERAPATAN LAMUN YANG BERBEDA DI PANTAI PANCURAN BELAKANG PULAU KARIMUNJAWA, JEPARA Ristianti, Nisa; Ruswahyuni, -; Suryanti, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.007 KB)

Abstract

Pulau Karimunjawa merupakan salah satu wilayah di perairan Kabupaten Jepara yang memiliki keanekaragaman ekosistem perairan, salah satunya adalah ekosistem lamun yang merupakan ekosistem pendukung di wilayah pesisir. Salah satu fungsi padang lamun sebagai habitat bagi organisme bentik khususnya epifauna sangat rawan apabila padang lamun terus menerus mendapat tekanan ekologis. Terjadinya perubahan lingkungan akibat eksploitasi dan pencemaran akan berpengaruh terhadap ekosistem padang lamun  dan kelimpahan epifauna. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kelimpahan epifauna pada kerapatan lamun yang berbeda dan hubungan kelimpahan epifauna pada kerapatan lamun yang berbeda di perairan Pantai Pancuran Belakang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi, sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan pemetaan sebaran lamun. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan yang sangat kuat antara kerapatan lamun dengan kelimpahan epifauna dilihat dari hasil analisis korelasi sederhana dengan nilai (r) sebesar 0,967 dan signifikasi (0,138 > 0,05). Karimunjawa island is one of the areas in the waters of Jepara Regency that has a diversity of aquatic ecosystems, one of which is a seagrass ecosystem is one of the coastal areas of supporting ecosystems. One of the functions of the seagrass habitat for benthic organisms as particularly highly prone when the epifauna seagrass continuously gets the ecological pressures. The occurrence of environmental change as a result of exploitation and pollution will affect the ecosystem of the seagrass and abundance of epifauna. The purpose of this research is to know the abundance of epifauna on different seagrass density and abundance of epifauna on relationship of density in different seagrass coastal waters Pancuran Belakang. The research method used is the method of observation, whereas sampling is done by mapping the distribution of seagrass. Research showed that the a very strong between density seagrass beds with abundance of epifauna seen from the result analysis correlation simple with value (r)  0,967 and signification ( 0,138 > 0,05). 
BIOMASSA KARBON VEGETASI MANGROVE MELALUI ANALISA DATA LAPANGAN DAN CITRA SATELIT GEOEYE DI PULAU PARANG, KEPULAUAN KARIMUNJAWA Febrianti, Dewati Ayu; Hartoko, Agus; -, Suryanti
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1212.186 KB)

Abstract

Hutan mangrove merupakan salah satu hutan yang mempunyai simpanan karbon tertinggi di kawasan tropis. Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan dengan eksploratif dan pengambilan data menggunakan metode purposive sampling. Pengukuran besarnya biomassa tersimpan di atas permukaan tanah (batang, cabang, dan daun) dihitung menggunakan persamaan allometrik dengan tidak merusak vegetasi mangrove, dimana dalam penelitian ini mengestimasi stok karbon vegetasi mangrove menggunakan citra GeoEye. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biomassa karbon vegetasi mangrove Pulau Parang sebesar 128,29 ton/ha (64,15 ton C/ha), dengan simpanan karbon terbesar terdapat pada bagian batang. Dari analisa regresi polynomial untuk pemodelan sebaran biomassa karbon pada tajuk mangrove didapatkan hasil bahwa tajuk Rhizophora mucronata tertinggi di stasiun I berkisar antara 0,0001 – 0,143 ton C dengan persamaan y = - 0,0436 (B2/B3)2 + 0,526 (B2/B3) - 1,4642, sebaran biomassa karbon tajuk Bruguiera gymnorrhiza tertinggi juga terdapat pada stasiun I berkisar antara 0,0001 – 0,081 ton C dengan persamaan y = - 0,0027 (B2/B3)2 + 0,0649 (B2/B3) – 0,2432, serta sebaran biomassa karbon tajuk Bruguiera cylindrica hanya terdapat pada stasiun III berkisar antara 0,0014 – 0,0619 ton C dengan persamaan y = - 0,0089 (B2/B3)2 + 0,0632 (B2/B3) - 0,0683.
KELIMPAHAN JENIS BULU BABI (ECHINOIDEA, LESKE 1778) DI RATAAN DAN TUBIR TERUMBU KARANG DI PERAIRAN SI JAGO – JAGO, TAPANULI TENGAH Mustaqim, Muhammad Mirza; Ruswahyuni, -; Suryanti, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.583 KB)

Abstract

Penelitian tentang kelimpahan ikan, moluska dan bentos pada daerah terumbu karang sudah banyak dilakukan, tetapi dalam kenyataannya belum banyak yang meneliti tentang kelimpahan bulu babi di daerah terumbu karang. Adapun daerah rataan terumbu karang dan tubir terumbu karang adalah sebagai habitat atau tempat hidup dari bulu babi, maka dimungkikan kelimpahan bulu babi pada kedua lokasi tersebut. Aktivitas di perairan Si Jago – Jago baik berupa penangkapan ikan maupun pariwisata diduga telah mempengaruhi keseimbangan ekosistem terumbu karang dan organisme yang berasosiasi di dalamnya khususnya bulu babi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan jenis bulu babi (Echinoidea) pada daerah rataan terumbu karang dan tubir terumbu karang di Perairan Si Jago – Jago, Tapanuli Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012. Metode pengambilan data persentase penutupan terumbu karang menggunakan metode line transek berukuran 30 meter, sedangkan pengambilan data kelimpahan bulu babi (Echinoidea) menggunakan metode kuadran transek berukuran 5 x 5 meter. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu bahwa nilai persentase penutupan karang hidup pada daerah rataan terumbu karang sebesar 45,51 %. Sedangkan nilai persentase penutupan karang hidup pada daerah tubir terumbu karang sebesar 46,2 %. Nilai tersebut termasuk dalam kategori sedang. Pada daerah rataan terumbu karang didapatkan kelimpahan individu bulu babi sebanyak 298 individu/ 450 meter2, sedangkan kelimpahan individu bulu babi pada daerah tubir terumbu karang sebanyak 122 individu/ 450 meter2. Jenis bulu babi yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu Diadema antilarum, Diadema setosum, dan Echinotrix calamaris. Kelimpahan jenis bulu babi yang paling banyak ditemukan pada daerah rataaan dan tubir adalah jenis Diadema antilarum.  Berdasarkan hasil Uji “T” test dapat disimpulkan bahwa kelimpahan jenis bulu babi yang paling tinggi adalah pada daerah rataan terumbu karang. Hal tersebut didapatkan dari nilai signifikasi yaitu 0,043, yang kurang dari < 0,05 sehingga terima H1 tolak H0, bahwa ada perbedaan kelimpahan bulu babi pada daearah rataan dan tubir terumbu karang.
Co-Authors 'Ain, Churun - Ruswahyuni - Supriharyono Abdul Ghofar Adhitya Wijayanto, Adhitya Aga Yuspriadipura Agfia Rizkmaylia agung Suryanto Agus Hartoko Ajeng Ganefiani Alifhannizar Marwadi Anastia Afika Riza Andreas Nur Hidayat Andrian Juniarta, Andrian Angelia Maharani Setya Putri Anggun P. Situmorang Anindya Wirasatriya Annisa Fitrias Sustianti Arinda Rosari Arizal Rusdiyato Boedi Hendrarto Ca Perdana Arthaz, Ca Perdana Churun Ain Churun Ain Churun A’in Churun A’in Churun A’in Churun A’in Daniel Nugroho Wijaya, Daniel Nugroho Desti Nurul Ramadona Dewati Ayu Febrianti Dhany Rosyid Aziz, Dhany Rosyid Djoko Suprapto Dwi Kritiyasari Epafras Andrew Putra Fandi Maulana Febrianto, Sigit Fella Suffa Azzahra Frida Purwanti Galih Arum Puspitaningtyas Aji Pangastuti Galuh Yuanita Maira Hadi Endarwati Hadi Endrawati Himatul Aliyah Febriana Ika Chrisyariati Inesa Ayuniza Rahmitha, Inesa Ayuniza Julia Herlianti, Julia M. Mujiya Ulkhaq Mahdy Rohmadoni Martantya Bagus Permadi, Martantya Bagus Martin Arianto Partogi Mayang Rizkiyah Megawati Arsita Putri Mersi Liwa&#039;u Dina Monica Sofchah Febriyanti Muhamad Fadli Muhammad Mirza Mustaqim Muhammad Zainuri Muslihuddin Aini Nabila Fikri Dwi Cahyani Niniek Widyorini Nisa Ristianti Nur Eko Setiawan, Nur Eko Nurannisa Isnaeni, Nurannisa Nurul Hidayati Masruroh Nurul Latifah Nurul Yaqin Oktavianto Eko Jati Patric Erico Rakandika Nugroho Pradita Yusi Akshinta Prasasti Nusa Pertiwi Nur Fatimah Prijadi Soedarsono Pujiono Wahyu Purnomo Pujiono Wahyu Purnomo Putri Cipta Pangestu Rendra Rini Rismatul Chusna Reni Ria Yunita Reny Oktavianti Riki Tristanto Rizqi Waladi Purwandatama Rosyid Paundra Gamawan Royhan Maulana Rr. Nadia Chairina Tishmawati Ruswahyuni Ruswahyuni Sehat Martua Parulian Nababan, Sehat Martua Parulian Setiaji Nugroho Siska Tri Cahyaningrum Siti Rudiyanti Siti Rudiyanti Stela Monic Maya Ersa Supriharyono Supriharyono Supriharyono Supriharyono Susi Sumartini Sutrisno Anggoro Sutrisno Anggoro Teja Arief Wibawa Tony Cahya Firmandana Untung Ismoyo Vina Aulia Firdausa Waskito Nugroho William Ben Gunawan Wishal Asdicky Falah Wiwiet Teguh Taufani Yanuareza Putra Sunarernanda Yulia Roslinawati