Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI MENGGUNAKAN EMPAT JENIS RUMPUT Salim, Fadliah; Suryati, Tuti
Jurnal Riset Industri Vol 8, No 2 (2014): Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan untuk Industri Hijau
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.588 KB)

Abstract

Penelitian fitoremediasi tanah tercemar minyak bumi menggunakan empat jenis rumput - rumputan yang terdiri dari Eleusine indica, Paspalum notatum, Setaria splendida, dan Stenotaphrum secundatum telah dilakukan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas rumput-rumputan tersebut sebagai tanaman fitoremediasi dalam mengurangi kadar total petroleum hydrocarbon (TPH) pada tanah tercemar minyak bumi. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan vegetative tanaman rumput yang terdiri dari biomasa kering, tinggi tanaman, jumlah anakan, dan panjang akar setelah 4 bulan tanam. Selain itu juga dilakukan analisis kadar TPH pada tanah yang telah ditanami rumput-rumputan selama 4; 9; dan 12 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat jenis tanaman rumput yang diteliti adalah efektif untuk digunakan sebagai tanaman fitoremediasi tanah tercemar minyak bumi. Persen penurunan TPH tertinggi diperoleh dari rumput Paspalum notatum (38,81%), kemudian Eleusine indica (38,69%), Setaria splendida (36,34%), dan Stenotaphrum secundatum (29,32%). Kata kunci: Tanah tercemar minyak bumi, fitoremediasi, rumput-rumputan, total petroleum hydrocarbon 
Seleksi Lima Jenis Rumput untuk Fitoremediasi Tanah Tercemar Minyak Bumi Suryati, Tuti
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 16 No. 1 (2015)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6253.514 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v16i1.1610

Abstract

Phytoremediation is a promising green technology for cleaning up petroleum contaminated soil. The potential of this technology in tropical regions such as Indonesia is very high due to favorable climatic conditions for plant growth and encourage the activity of soil microbes capable of degrading oil. This study aimed to identify five types of grass plants namely Brachiaria decumbens, Brachiaria humidicola, Eleusin indica, Paspalum notatum and Setaria splendida, which were grown in petroleum contaminated soil with Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) level of 3.42%. The most important, they are hopefully as the type of grass able to reduce the high petroleum contamination. The results showed that the grass Paspalum notatum was the best candidate for phytoremediation of petroleum contaminated soil, having 43.3%decreased of TPH level after twelve month planting.Keyword : Phytoremediation, petroleum contaminated soil, grasses
STUDI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN PASCA TAMBANG TIMAH KABUPATEN BANGKA TENGAH Suryati, Tuti
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18 No. 1 (2017)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.285 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v18i1.81

Abstract

Kegiatan penambangan timah telah merusak lahan subur menjadi lahan yang sangat kritis yang merusak ekosistem di dalamnya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengembalikan lahan tersebut menjadi lahan produktif adalah melalui reklamasi atau revegetasi. Untuk meningkatkan keberhasilan program tersebut salah satunya dilakukan dengan penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan mikoriza lokal dari lahan pasca tambang timah Kabupaten Bangka Tengah yang akan dikembangkan sebagai sumber inokulum untuk kemudian diaplikasikan dalam pemulihan lahan pasca tambang timah di Kabupaten Bangka Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis jumlah spora FMA dari 23 sampel tanah di area rizosfir tumbuhan lahan pasca tambang  timah ditemukan 3 genus FMA, yakni Glomus sp., Gigaspora sp., dan Acaulospora sp. Glomus ditemukan di sebagian besar lokasi penelitian. Jumlah spora terbanyak ditemukan dari rizosfir akar Pennisetum purpureum Schumach yang berjumlah 82 spora/50 g tanah dengan 2 jenis FMA yakni Gigaspora dan Glomus yang diperoleh dari lokasi lahan pasca tambang Nibung. Persentase kolonisasi terbesar yaitu 52% ditemukan pada akar Cyperus polystachyus Rottb dari lahan pasca tambang timah Kayu Ara.Kata Kunci : Fungi mikoriza arbuskula, lahan pasca tambang timah, reklamasi, remediasi
PEMANASAN GLOBAL DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI Suryati, Tuti
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 8 No. 1 (2007): JURNAL TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.026 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v8i1.407

Abstract

Global warming will have a negative impact on biodiversity. In contrast,the increase of population in the world has an effect to the need ofbiological resources for food, industry, medicine, etc. Human activitiesin several sectors, such as energy, forestry, agriculture, husbandry,and waste create a greenhouse effect. Greenhouse effects are due to arise of greenhouse gases, such as CO2 (carbon dioxide), CH4 (methane),N2O (nitrogen dioxide), PFCS (perfluorocarbon), HFCS (hydrofluoro-carbon), SF6 (sulfurhexafluoride), and H 2O (water vapor). Studiessuggest that climate change may also cause the melting of polar ice-caps, rising sea levels, and a shift of season. Global climate changewiil also have a wide range of effects on human health, including a riskof infectious disease epidemics. Therefore, climate change is a seriouslythreat for the world and it is necessary to have a global agreement tocombat the threat. In 2005, Kyoto Protocol was agreed and The CleanDevelopment Mechanism (CDM) is a the Kyoto Protocol’s mechanismaimed at helping industrialized countries meet their greenhouse gasreduction targets. The CDM is also meant to help developing countriesachieve sustainable development, including facilitating the transfer and/or development of low-emission technologies. Long term collectiveefforts are needed to combat and adapt with adverse effects of globalwarming, especially for the extinction of biological diversity.
ELIMINASI LOGAM BERAT KADMIUM DALAM AIR LIMBAH MENGGUNAKAN TANAMAN AIR Suryati, Tuti
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 4 No. 3 (2003): JURNAL TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.266 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v4i3.284

Abstract

Aquatic plants (Eichornia crassipes, Pistia stratiotes and Salvinia cucullata)were grown in a nutrient solution in the presence of Cd ion (0,2 mg/L). Analysiswere performed to established whether there was a removal of Cd in solutionand there was accumulation of Cd in the roots and shoots of the plants.Analysis of Cd concentrations in water was performed everyday and at the endof the experiment the shoot and root of the plants was harvested. The resultsshowed that Cd concentrations in all solutions declined until tenth day.Eichornia crassipes could remove Cd in solution completely by six days. WhilePistia stratiotes and Salvinia cucullata of Cd removal rate were 93,5 % and 77,4%, respectively. Root to shoot concentration ratio of Cd was 36 for Eichorniacrassipes and 10 for Pistia stratiotes.
FITOREMEDIASI CEMARAN HIDROKARBON MINYAK BUMI MENGGUNAKAN POTENSI TUMBUHAN TYPHA ANGUSTIFOLIA Suryati, Tuti
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 13 No. 1 (2020): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jrl.v13i1.4290

Abstract

Pencemaran minyak bumi di lahan basah (perairan) akan lebih membahayakan karena penyebarannya yang lebih cepat meluas sehingga akan lebih cepat pula mencapai sumber-sumber air yang dibutuhkan untuk kehidupan. Tanaman Typha angustifolia merupakan salah satu tanaman lahan basah (perairan) yang telah digunakan untuk fitoremediasi logam berat dan limbah organik. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengkaji potensi tumbuhan tersebut untuk digunakan dalam fitoremediasi cemaran hidrokarbon minyak bumi. Tanaman Typha angustifolia ditanam dalam media lumpur yang mengandung cemaran hidrokarbon minyak bumi (crude oil) pada kadar 0 kg, 0,5 kg, 1 kg dan 2 kg selama pemaparan dua puluh minggu. Parameter yang dianalisis meliputi pertumbuhan tanaman dan kadar total petroleum hydrocarbon (TPH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman Typha angustifolia dapat tumbuh pada media yang mengandung cemaran minyak bumi sampai kadar TPH awal 11,92 %. Setelah 20 minggu kadar TPH dalam media yang ditanami lebih rendah daripada media yang tidak ditanami (kontrol). Persentase penurunan TPH tertinggi dicapai pada media dengan penambahan minyak bumi 0,5 kg (kadar TPH awal 4,42%), dengan penurunan TPH sebesar 42,6%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman Typha angustifolia potensial dapat digunakan untuk fitoremediasi cemaran hidrokarbon minyak bumi. Kata kunci : Typha angustifolia, cemaran hidrokarbon minyak bumi, fitoremediasi
APLIKASI TEKNOLOGI DESORPSI TERMAL UNTUK REMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK: STATE OF THE ART Aviantara, Dwindrabata Basuki; Suryati, Tuti
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 14 No. 2 (2021): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terjadinya pencemaran tanah oleh minyak mentah berkaitan erat dengan kegiatan antropogenik. Memulihkan tanah dari cemaran memerlukan teknologi remediasi salah satunya adalah proses desorpsi termal. Desorpsi termal menghilangkan cemaran dari matriks tanah tercemar, limbah padat/semi padat, sedimen, slurries dan filter cake, dengan cara pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung serta menggunakan bilik statik maupun dinamik. Matriks tercemar yang telah diolah dikumpulkan dan dibiarkan dingin sebelum dibuang sesuai peraturan yang berlaku. Aplikasi desorpsi termal pada tanah tercemar harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu ukuran partikel tidak lebih dari 2 inci, kelengasan dalan kisaran 5 – 35% serta rapatan lindak dalam kisaran 1281 – 1922 kg m-3. Sistem teknologi desorpsi termal mampu mengolah tanah tercemar dengan nilai TPH dalam kisaran 60 – 67.000 mg/kg (rataan = 5.000 mg/kg) secara cepat dan sangkil. Sedangkan hasil dari perlakuan memberikan nilai TPH mulai dari tak terdeteksi sampai dengan 5.500 mg/kg (tipikal dalam kisaran 10 – 100 mg/kg). Hal ini memberikan aras kemangkusan sekitar 95 – 99%. Untuk mengoperasikan sistem desorpsi termal memerlukan dua komponen biaya yaitu biaya tetap (fixed cost) serta biaya satuan (unit cost). Komponen biaya tetap meliputi biaya untuk perencanaan dan perijinan, mobilisasi serta demobilisasi. Sedangkan komponen biaya satuan mencakup variable operating cost, semi variable operating cost serta fixed charge