Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

METAFORA Metafora dalam Puisi Kerinduan Ibnu ‘Arabi (Kajian Semiotik-Pragmatik) Muhammad Dedad Bisaraguna Akastangga
JURNALISTRENDI : JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN Vol 5 No 1 (2020): Edisi April 2020
Publisher : Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1232.534 KB) | DOI: 10.51673/jurnalistrendi.v5i1.208

Abstract

Abstrak Tarjuman al-Ashwaq karya Ibn ‘Arabi merupakan kumpulan puisi kerinduan yang di dalam bait-baitnya menggunakan simbol-simbol metafora yang menarik untuk ditelusuri secara lebih dalam. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan unsur metafora, jenis metafora, makna metafora serta fungsi metafora yang terdapat dalam bait puisi kerinduan Ibn ‘Arabi. Penelitian ini menggunakan gabungan dua teori, yaitu teori semiotik-pragmatik. Semiotika digunakan untuk mengungkap makna metafora, sedangkan pragmatik digunakan mengungkap fungsi implikatur dalam bait-bait tersebut. Hal ini didasarkan bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang bermakna dan tanda-tanda tersebut baru mendapat makna apabila diberi makna oleh pembacanya. Metode yang digunakan adalah semiotik-pragmatik. Pada tataran semiotik, pusat pemaknaan atau kata kunci terletak pada kata, frase, kalimat yang berupa metafora. Tataran pragmatik digunakan untuk mengungkap fungsi metafora yang terdapat dalam bait-bait puisi kerinduan Ibn ‘Arabi. Dengan memberikan makna dari metafora serta menjelaskan fungsinya, maka bait-bait puisi yang berbentuk metafora tersebut dapat dipahami secara utuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metafora dalam bait puisi kerinduan Ibn ‘Arabi terbagi kedalam dua golongan besar, yaitu metafora berdasarkan kode bahasa dan berdasarkan kode sastra. Pada tataran kode bahasa berdasarkan unsur fungsional sintaksis ditemukan tiga jenis metafora yaitu, metafora nominatif, predikatif dan kalimat, sedangkan pada tataran kode sastra dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu berdasarkan ketidaklangsungan ekspresi ditemukan tiga jenis metafora, yaitu metafora perbandingan, pemanusiaan dan penggantian. Berdasarkan penggantian arti ditemukan metafora blank symbol, natural symbol dan private symbol, sedangkan berdasarkan citraan dan imaji ditemukan metafora bercitraan visual/penglihatan, bercitraan auditif/pendengaran, bercitraan olfaktif/ penciuman, becitraan taktilis/ perabaan, bercitraan gustatif/ pengecapan, bercitraan sensation/ perasaan, dan bercitraan kinetik/ gerakan.Adapun fungsi implikatur dalam puisi Ibn ‘Arabi secara umum sebagai fungsi ekspresi puitis. Kata Kunci : Puisi, Metafora, Ibnu Arabi, Semiotik, Pragmatik
Penyemprotan Disinfektan Covid-19 Pada Rumah Ibadah (Masjid) di Lingkungan Mapak Belatung, Kelurahan Jempong Baru, Kec. Sekarbela, Mataram Muhammad Dedad Bisaraguna Akastangga
ALAMTANA: JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT UNW MATARAM Vol 1 No 2 (2020): Edisi Agustus 2020
Publisher : LPPM UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.409 KB)

Abstract

Penyebaran Covid-19 yang sangat massif juga terjadi di NTB. Mataram merupakan wilayah yang terdampak paling parah dari wabah pandemi ini. Salah satu wilayah kecamatan yang terdampak di kota Mataram adalah Kecamatan Sekarbela. Kecamatan Sekarbela telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai zona merah penyebaran Covid-19. Namun, tidak semua lapisan masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Sekarbela mengetahuinya dengan baik seperti di Lingkungan Mapak Belatung Kelurahan Jempong Baru. Masyarakat Lingkungan Mapak Belatung masih tetap melakukan rutinitas mereka sehari-hari sebagai petani, pedagang dan nelayan. Selain itu mereka juga tetap melaksanakan ibadah sholat berjamaah, ibadah sholat jumat dan acara-acara keagamaan yang menghadirkan orang banyak seperti tahlilan, makan bersama di masjid (meroah). Hal itu sangat beresiko dalam penyebaran Covid-19 lebih massif lagi di tengah-tengah masyarakati di Lingkungan Mapak Belatung. Tujuan Pengabdian ini adalah untuk mengurangi resiko penyebaran virus Corona (Covid-19) di Lingkungan Mapak Belatung, Jempong Baru, Sekarbela, Kota Mataram. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah melalui beberapa tahapan pelaksanaan yaitu analisis situasi masyarakat, identifikasi masalah, menentukan tujuan kerja dan rencana pemecahan masalah. Hasil Pengabdian ini adalah masyarakat Lingkungan Mapak Belatung, Jempong Baru, Sekarbela, Kota Mataram memahami, menyadari, mematuhi anjuran pemerintah, menjaga kebersihan dan lebih bijak dalam melakukan aktivitas yang mengundang perkumpulan banyak orang, selalu menjaga jarak pada saar berinteraksi dengan warga lainnya, dan selalu memakai masker saat berinteraksi dengan orang lain.
Psikologi Tokoh Utama dalam Syair al-I’tiraf Karya Abu Nawas Hunaini Azahrah; Muhammad Dedad Bisaraguna Akastangga
PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata Vol 1 No 1 (2020): PENAOQ : Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.92 KB) | DOI: 10.51673/penaoq.v1i1.243

Abstract

Penelitian ini berfokus pada kajian psikologi tokoh utama pada syair al-I’tiraf Karya Abu Nawas. Abu Nawas merupakan salah satu penyair yang memiliki karya-karya monumental sehingga menarik untuk dikaji lebih dalam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka (library Reaserch) dengan pisau analisis psikologi sastra. Hasil dari penelitian ini adalah tokoh aku adalah seorang yang memiliki sifat yang rendah hati, sabar dan pantang menyaerah. Tokoh aku dalam syair al-i’tirof memiliki sifat yang rendah hati ia menghadap kepada Allah karena ia merasa dirinya tidak pantas menjadi penghuni surga dan tidak mampu dengan siksa api neraka dia berharap doanya diterima karena Allah lah pemilik ampunan segala dosa yang telah dilakukan hamba-hambanya. Dalam syair al-i’tirof tokoh aku memiliki sifat yang sabar dalam artian tetap istiqomah untuk mendekatkan diri kepada Allah dia mengibaratkan dosanya laksana butiran pasir yang tidak akan dapat dihitung dan tokoh aku tetap bersabar untuk tetap berdoa kepada Allah agar dosanya diampuni. Dalam syair al-i’tirof tokoh aku juga mempunyai sifat pantang menyerah dalam usahanya agar dosa-dosanya di ampuni oleh Allah karna jika dosanya tidak dikabulkan maka dia akan mempertanggung jawabkan dosa-dosanya di akhirat kelak.
Syair Tumitu wa Tuhyiyu Fi Diwan al-Akhthal (Kajian Semiotika Riffaterre) Saepul Millah; Muhammad Dedad Bisaraguna Akastangga
PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata Vol 1 No 1 (2020): PENAOQ : Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.405 KB) | DOI: 10.51673/penaoq.v1i1.246

Abstract

Karya sastra tidak hanya berarti sebuah kata-kata saja melainkan di balik kata-kata mengandung makna yang sangat dalam. Penelitian ini mencoba menggali makna terdalam dari salah satu puisi karya al-Akhtal dalam Kitab Diwannya yang berjudul “Tumitu wa Tuhyiyu” dengan pendekatan semiotic Riffaterre. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah dalam pembacaan heuristik. Bait pertama, menyebutkan permulaan yang menyebabkan mematikan (tak sadarkan diri) itu adalah minum khamar, bahkan bukan hanya tak sadarkan diri tapi lupa akan apa yang sudah terjadi. Baris kedua menjelaskan mengenai kondisi yang dialami oleh sekelompok orang yang meminum khamar, bahwa sekelompok orang tersebut tak sadarkan diri (mati) selama tiga hari artinya dampak yang diakibatkan setelah minum khamar itu berdampak besar, sehingga disebutkan ketika mereka sadarpun nafasnya masih belum kembali secara sepenuhnya. Sebagaimana model merupakan aktualisasi pertama dari matriks. Aktualisasi pertama dari matrik ini berupa kata atau kalimat tertentu yang khas dan puitis. Kekhasan dan kepuitisan model itu mampu membedakan kata atau kalimat-kalimat lain dalam puisi tersebut. Dalam hal ini puisi tersebut diatas mempunyai susunan kalimat yang puitis yaitu, pertama terdapat pada kalimat sebagai berikut فعد بنا إلى مثلها بالأمس dan تميت وتحيي بعد موت Kalimat pertama adalah pernyataan ”kembalikan kami pada kehidupan seperti kemarin” dan “mematikan dan menghidupkan setelah mati”. Dua model ini yang dipilih, karena keduanya mewakili seluruh bunyi teks puisi yang tertuang dalam delapan bait. Kedelapan bait puisi tersebut mencerminkan dua pokok, pertama, tentang keadaan si peminum yang sebenarnya, bahwa mereka itu pada mulanya adalah orang yang baik, sehat, normal sebagaimana manusia pada umumnya. Kedua, menegaskan bahwa hakikat si peminum ini menunjukan keadaan yang sebenarnya yaitu kondisi sadar (hidup), meskipun kemudian ia mengalami dua kondisi antara menghidupkan (sadar) dan mematikan (tidak sadar). Matrik puisi yang kemudian didapat adalah “fatamorgana kenikmatan”.
Syakhsiyyah Shafwan bin Umayyah fill Qissah Al Qasyirah Thabibun Nufus Li Thaha Husein (Dirasah Tahliliyyah Sikulujiyyah Adabiyyah Inda Carl Gustav Jung). Umar Dani Sumarlin; Muhammad Dedad Bisaraguna Akastangga
PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata Vol 1 No 2 (2020): PENAOQ : Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.368 KB) | DOI: 10.51673/penaoq.v1i2.266

Abstract

Penelitian ini berjudul Syakhsiyyah Shafwan bin Umayyah fill Qissah Al Qasyirah Thabibun Nufus Li Thaha Husein (Dirasah Tahliliyyah Sikulujiyyah Adabiyyah Inda Carl Gustav Jung). Yang melatari pemilihan judul penelitian ini adalah bahwa karya sastra merupakan fenomena psikologi yang menampilkan aspek-aspek kejiwaan manusia. Salah satu karya sastra yang demikian dalam antologi cerpen yang berjudul Thabibun Nufus karya Thaha Husein. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan psikologi analitik Carl Gustav Jung, sehingga perubahan kepribadian dan gejala-gejala kejiwaan dapat diungkapkan. Ada beberapa hal yang menarik dalam Teori kepribadian, salah satunya, pada ranah tingkatan kepribadian (Level of The Psyche). Psyche itu sendiri sebenarnya dalam pengertian Jung adalah jiwa. Jadi objek jiwa lebih luas dari kepribadian itu sendiri, karena kepribadian sebenarnya masuk dalam komponen-komponen kejiwaan. Dalam tingkatan kepribadian Jung, terdapat Kesadaran (Conscious), Ketidaksadaraan Individu (Personal Unconscious), Ketidaksadaran Kolektif (Collective Unconscious), dan juga Arketipe Melalui psikologi analitik ini, dapat di temukan hubungan yang saling terkait antara objek material dan objek formal di mana, objek material disini, mengisahkan kejiwaan yang dialami oleh tokoh utama Shafwan yang mengalami perubahan kepribadian. Perubahan tersebut dikarenakan tekanan yang berasal dari suku akan sebuah kebanggan kehormatan hidup di sekitarnya serta kematian keluarganya yang terbunuh oleh sahabat Muhammad Saw. Tekanan-tekanan itulah yang mengakibatkan berubahnya kepribadian Shafwan dan juga mengakibatkan kecemasan yang mendalam. Setelah meneliti, peneliti menyimpulkan bahwasanya kepribadian yang paling dominan pada tokoh utama Shafwan adalah introvert yang mana introvert memiliki kepribadian tertutup hal ini berarti bahwa tokoh utama lebih mengandalkan dunia dalam individualis yang menganggap segala sesuatu dengan kaca mata subjektif.
Analisis Semiotika Pierce Dalam Puisi “الدنيا“ Karya Mahmud Al-Warraq Muhammad Dedad Bisaraguna Akastangga
PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata Vol 2 No 1 (2021): Penaoq : Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.094 KB) | DOI: 10.51673/penaoq.v2i1.612

Abstract

Puisi atau dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah sya’ir adalah suatu ungkapan yang padat ringkas dan penuh makna. Puisi memiliki ciri khas yaitu menggunakan kalimat yang pendek dan terdiri dari beberapa bait saja. Di dalam puisi banyak ungkapan ekspresi yang diungkapkan secara tidak langsung sehingga membutuhkan pemaknaan lebih dalam. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengungkapkan tanda-tanda semiotika Pierce dalam puisi “Ad-Dunyaa” Karya Mahmud Al-Warraq. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan wujud tanda berdasarkan hubungan tanda dengan penandanya yaitu icon, indeks dan symbol. Icon “ad-Dunyaa” mereprenstasikan kehidupan dunia dan seisinya serta konsekuensi jika penghuni dunia menyia-nyiakan apa yang diperintahkan oleh sang pincipta-Nya, Indeks “ad-Dunyaa” menandai sebab akibat akan keadilan dari kehidupan manusia di dunia bagi yang beriman, begitu pula sebaliknya sebab akibat dunia bagi orang-orang yang telah menyia-nyiakan kehidupannya di dunia, dan Symbol “Al-Maut” adalah Symbol dari tidak hidup lagi, tidak bernyawa atau dalam kalimat lain yaitu kembalinya makhluk kepada sang pencipta.